BAB 5

5.4K 466 23
                                    

Sejak hari itu, renjun tak pernah lagi melihat jeno. Pria itu sepertinya tak pulang ke mansion ini. Dan renjun bersyukur atas itu, karna ia tak perlu melihat wajah dominan yang sangat ia benci itu. Tetapi masalahnya, ia sungguh bosan, ia sama sekali tak diijinkan keluar, dikurung seperti binatang peliharaan. Berkali-kali renjun meminta kepada kepala pelayan agar mengijinkannya menghirup udara segar, namun tak pernah diijinkan. Itu membuat renjun frustasi.

Walau mansion ini sangat luas, terdapat halaman belakang dengan banyak bunga dan rumput yang terawat. Bahkan ada beberapa pohon apel yang sudah berbuah. Namun renjun tetap ingin keluar. Jeno bahkan tak memberinya ponsel, hanya televisi dengan segala saluran yang ia sediakan untuk renjun. Bukankah itu sangat kejam?

Dari pada cinta, jeno seperti psycopath yang terobsesi untuk menyiksanya. Begitulah pandangan renjun. Karna tak punya ponsel, renjun bahkan tak bisa mencari tau siapa sebenarnya jeno.

Dan yang lebih menyebalkan lagi, renjun merasa ada yang aneh dengan tubuhnya belakangan ini. Ia terus merasa lemas, tidak ingin berpindah dari kasur. Kadang ia juga mual, membuatnya susah menelan makanan. Namun renjun tidak ambil pusing, karna ia sering mengalami hal ini selama tinggal di mansion jeno, banyak hal menjijikan disini dan membuatnya kerap kali mual saat mengingatnya. Walau sudah lama sejak renjun terakhir kali melihat jeno membunuh di mansion ini.

Sebenarnya terakhir kalipun, renjun melihat jeno menembak beberapa orang karna keingin tahuannya. Renjun menemukan sebuah pintu dilantai dasar paling ujung yang sedikit terbuka, karena rasa penasarannya, renjun mendekatinya. Dan disitulah alasan mengapa ia sangat membenci jeno bertambah. Dengan mata kepalanya sendiri, renjun melihat jeno yang kesetanan menyiksa beberapa laki-laki disana, menanyakan hal yang tak ia ketahui kepada orang-orang itu, dan ketika sudah menyiksa mereka dan mereka tak menjawab jeno membunuh mereka semua dengan ringan. Renjun menyaksikan itu semua dengan waktu yang lama. Sehingga membuatnya menanamkan pikiran bahwa jeno itu memang iblis tak berperasaan.

"Ah, lemas sekali" renjun kembali merebahkan diri di kasur seusai mandi. Matahari tepat berada di tengah, menunjuka hari sudah siang, namun renjun sama sekali belum makan. Dengan jubah mandi yang masih melekat ditubuhnya, ia kembali bergelut dengan nyamannya kasur king size dikamarnya— kamar milik jeno tentunya. Renjun berani seperti ini karena tak ada jeno, jika ada ia tak mungkin berani bersantai dengan jubah mandi seperti ini, bisa-bisa jeno tak melepaskannya seharian.

"Tuan renjun, saya sudah menyiapkan makan siang. Tolong turun jika anda sudah selesai mandi" suara seorang kepala pelayan, renjun menghela nafas. Ia sungguh tak ingin turun, tak ingin makan juga, ia hanya ingin tidur dengan kasur milik jeno yang mulai ia akui nyaman, berbeda dengan kasur miliknya yang sempit dan keras di masa lalu.

"Aku akan turun sebentar lagi" bohong, nyatanya beberapa menit kemudian ia mulai memejamkan mata kembali. Sejuknya udara karena akan mendekati musim dingin membuatnya begitu mudah diserang kantuk. Hingga renjun kembali terlelap dalam tidur indahnya.

Sementara di bawah sana, jeno sudah pulang sejak beberapa jam lalu. Sengaja tidak menemui renjun karena takut mengganggu submisive itu. Masih dengan jelas jeno ingat tatapan benci yang renjun layangkan untuknya, tatapan yang tak ingin jeno lihat lagi. Dengan pakaiaan santainya ia turun, untuk makan—lebih tepatnya untuk bertemu renjun, karna setidaknya jeno ingin melihat submisive itu untuk memenuhi perasaan rindunya setelah sekian lama tak menemuinya. Jeno ingin memeluk renjun, menciumnya, memanjakannya dan menghabiskan sepanjang hari dengan si manis itu. Namun apa daya, karna beberapa kesalahannya, yang jeno sadari cukup besar, renjun jadi enggan dekat dengannya, sungguh menyakitkan.

"Dimana renjun? Bukankah sudah kukatakan kepadamu untuk menyuruhnya turun?" tanya jeno datar, ketika melihat hanya makanan kesukaan renjun tertara di atas meja namun si empunya tak ada.

devil's cage | Noren [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang