Halo semua! <3
Gimana kabar kalian hari ini? Semoga kalian selalu diberi kesehatan, ya!Aku update chapter baru lagi, nih. Semoga enjoy dengan ceritaku, ya. Jangan lupa untuk vote, komen dan follow aku agar kalian gak ketinggalan pas aku update!
Untuk kalian yang merasa kurang sehat dan merasa tidak bersemangat menjalani hari, tetep bertahan dan jangan menyerah, ya. Jangan sampai pola makan sama pola tidurnya rusak, gak baik!
Untuk kalian yang lagi ngecrushin sama seseorang, semangat terus! Kejar dia sampai menoleh ke arah kalian. Jodoh gak bakalan kemana-mana kok, palingan diambil temen sendiri.
Terakhir, yang lagi punya banyak masalah di rumah atau di sekolah, semoga masalahnya cepat terselesaikan. Jangan lari dari masalah dan jangan lari dari apa yang menyakitimu. Terlukalah hingga kamu sembuh.
Jangan pernah merasa sendirian. Ada aku, Tuhan, yang selalu bersama kalian. Jangan sedih lama-lama, jelek!
Selamat membaca ya, readers kesayanganku! <3
12. TIGA HATI
“Nak,” Seorang wanita paruh baya tersenyum seraya mengelus halusnya rambut milik putranya yang sangat ia sayangi. “Nak, Ibu bangga dengan pencapaian kamu,” ujarnya.
Deven terasa terusik dengan apa yang ia baru saja rasakan. Deven perlahan membuka kedua kelopak matanya lalu menoleh dimana ia samar-samar melihat seorang wanita duduk di sampingnya.
“Ibu?” Deven terlihat terkejut dengan apa yang ia lihat. Perlahan tubuh Deven masuk ke dalam rengkuhan Ibunya. Air mata anak laki-laki itu mengalir begitu saja tanpa ada izin dari dirinya.
“Ibu bangga dengan pencapaian kamu, Nak,” ujar Ibu Deven sekali lagi. “Ibu tunggu kamu menjadi pemain basket terkenal. Kami bakalan tunggu kamu menjadi apa yang selalu kami cita-citakan selama ini,” ujarnya.
“Ibu ... Tapi ...”
“Dev?”
“Dev ... Bangun,”
Kedua kelopak mata Deven terbuka sempurna. Rasa dingin yang bersumber dari AC langsung menyerbu kulit. Deven memperhatikan sekitarnya. Ibu Deven yang baru saja hadir dan sempat menyematkan sedikit kata-kata kini tak terlihat lagi disana.
“Kamu kenapa tidur disini?”
Deven menoleh pada suara lembut itu. Deven menahan nafas karena merasa terhantam oleh sesuatu yang menimpa dadanya. Deven kembali mengingat perkataan Ibunya yang tiba-tiba saja hadir di dalam mimpi.
Pemain basket terkenal? Bagaimana mengatakannya? Keadaan kedua kaki yang terasa dipatahkan saat berlari saja sudah menghambat segala proses dari semua itu. Deven diserang oleh pasokan oksigen yang menipis. Mengapa dengan mudahnya ia gagal?
Anneth memperhatikan Deven yang terus berdiam diri sejak tadi. Laki-laki itu terlihat kebingungan serta sedang menahan gejolak sesuatu yang mengembara. Sepertinya Deven masih linglung dan bertanya-tanya mengapa ia bisa tertidur.
Anneth terlihat mengembangkan senyuman lalu duduk di samping Deven. Anneth sudah mempersiapkan berbagai macam topik perbincangan dengan Deven. “Kita udah beberapa hari gak ketemu semenjak aku pingsan di Villa. Sekarang hari pertama sekolah malah lihat kamu ketiduran di Perpus. Kamu kecapean banget, ya?”
Deven diam melihat berbagai rak buku di Perpustakaan ini. Isi pikirannya yang cerah kini terbungkus oleh dendam-dendam yang selama ini ia pendam. Deven mengatur nafasnya yang mulai tak beraturan. Deven memejamkan matanya sejenak. Merenungi dan menyalahkan dirinya sendiri atas semua yang terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEVEN
Teen FictionDeven Christiandi Putra. Murid pendiam yang pintar dengan segala kegeniusannya. Hidupnya yang semula baik-baik saja seketika hancur oleh seorang gadis yang dengan mudah melenyapkan segala impiannya. Gadis itu tiba-tiba datang dan masuk ke dalam dun...