Bagian 8- Jeremiah

1 1 0
                                    

Lama lama jadi bukit, sudah satu Minggu aku mengumpulkan nya dan akhirnya bapak itu mau membeli nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lama lama jadi bukit, sudah satu Minggu aku mengumpulkan nya dan akhirnya bapak itu mau membeli nya.

"Dari timbangan ini, kardus 10 ribu, botol plastik 15 ribu, botol kaca 7 ribu, dan kertas 3 ribu, jadi totalnya 35 ribu, nah uangnya" ucap bapak itu.

"Terima kasih pak" ucapku mengambil uang.

Jika satu Minggu bisa dapat 35rb berarti satu bulan bisa dapat 140ribu. Aku masih butuh banyak.

Tapi setidaknya aku sudah bisa mendapatkan uang bukan? Ini hanya awal, berikutnya aku harus cari cara lain.

Uang itu aku simpan ke dalam saku celana dan aku bergegas pulang.

Di rumah Noa, Milo dan Aria sedang bersantai di ruang tamu.

"Abang udah pulang?" Ucap Noa membalikan badan.

"Abang pulang." Ucapku.

Noa berdiri dan bergegas memeluk ku. Aku langsung lari ke atas , "Nanti aja Noa" ucapku.

Aku harus mandi dan mengganti pakaian. Setidaknya jangan sampai tercium bau bau yang tidak enak.

Ketika semuanya bersih dan wangi, aku pun kembali ke bawah. Melihat ke kiri dan kanan, merasa rumah ini sepertinya kekurangan beberapa orang.

" Paman, Bibi, Kevin, Kakek dan Nenek, makan di luar" ucap Noa.

"Mereka makan di luar?"tanyaku.

"Iya, tadi aku, Noa dan Aria disuruh keluar lalu tiba tiba ada kertas tulisan bilang kalau mereka makan diluar, jadi kita makan sendiri." Jawab Milo.

"Bang!"ucap Aria meminta di angkat.

Aku mengangkat Aria, "Jadi, kita disini makan apa?"

Noa berdiri dengan senang, "Aku tahu!" Seru nya.

"Apa?" Tanya Milo.

"Kita goreng telur saja, itu mudah, ibu pernah ajarin." Ujar Noa.

Noa dan kompor. Aku takut rasanya aku bisa membayangkan kebakaran berikutnya.

"Abang bantu ya" ucapku.

Noa mengangguk dengan senang.

"Apa masih ada nasi?" Tanya Milo.

"Masih ada, cukup untuk kita semua" jawab Noa mulai membuka kulkas.

Telur sisa 3 dan nasi yang kurasa sangat pas untuk kami berempat.

"Telurnya kita kocok aja ya" ucap Noa mengambil mangkok.

Kami mengangguk.

"Bang!" Ucap Aria ke Noa.

"Iya Aria, Abang lagi mau masak, nanti ya" ucap Noa.

Satu telur pecah, dua pecah, dan yang terakhir. Garam pun di berikan. Kemudian kocok.

Demi keluarga ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang