Bagian 10-Jeremiah

1 1 0
                                    

Kondisi Noa dan Milo semakin memburuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kondisi Noa dan Milo semakin memburuk.

Paman Stephen ingin membawa mereka ke rumah sakit, tapi di tahan dengan Bibi Linda.

"Mereka harus dibawa ke rumah sakit" ucap paman Stephen.

"Kamu gila? Kita tidak punya uang lagi" ucap bibi Linda.

"Kita tidak punya uang karena siapa yang pinjamin?" Ucap paman Stephen.

"Itu kan masih keluarga ku, mereka pasti balikin, tapi tidak dalam waktu cepat" ucap bibi Linda.

"Seharusnya kamu mendengarkan ku untuk tidak meminjam, kita perlu uang untuk hal dadakan" ucap paman Stephen.

"Ini juga salah mu karena membawa anak anak itu"ucap bibi Linda.

"Mereka sudah tidak punya siapa siapa lagi Linda! Aku satu satunya keluarga yang mereka punya!" Tegas paman Stephen.

"Kamu hanya menambah beban saja, kita sudah pas Pasan disini." Ucap bibi Linda.

"Menurut mu siapa yang menjadikan uang ku sebagai air mengalir? Katakan itu kepada orang tua mu, sebulan mereka bisa menghabiskan berapa banyak" ucap paman Stephen

"Mereka juga orang tua mu Stephen! Apa salahnya mereka menghabiskan uang itu, anggap saja itu uang jatah ku dari gaji mu" ucap bibi Linda.

"Menghabiskan hampir 60 persen dari gaji ku? Yang benar saja, sekarang tabungan ku juga kalian habiskan untuk pinjam, tanpa izin ku! Camkan itu!" Ucap paman Stephen.

Uang, ya aku perlu uang. Jika ingin semua ini lancar seharusnya aku punya uang.

Tapi karena tidak punya itu, maka aku harus melakukan apapun yang aku bisa.

Malam ini, pak Dadi meminta ku untuk pergi keluar secara diam diam.

Aku tidak tahu bagaimana, tapi aku harus bisa, demi adik adikku.

Aria masih sedih, terkadang aku harus menggendongnya supaya dia bisa tenang.

Semoga aku bisa.

Malam pun tiba, aku mencoba melihat ke bawah, lampu yang padam berarti semuanya sudah ke kamar tidur mereka.

Sebelum pergi aku memastikan kondisi Noa dan Milo.

Kubuka pintu kamar mereka,  syukurnya mereka sudah terlelap dengan Aria di tengah mereka.

"Abang pergi dulu ya" bisik ku perlahan menutup pintu.

Aku masuk ke kamarku, membuka jendela, melihat kebawah.

Sangat tinggi.

Aku pun mengeluarkan tali rafia yang sudah aku ikat ke besi jendela dan mulai melempar tali itu ke bawah. Sesudah itu aku mulai turun. Karena tali rafia itu memiliki permukaan yang halus, terkadang tangan ku terasa terbakar saat turun.

Demi keluarga ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang