07

6K 513 61
                                    

Aspal masih nampak basah, hujan yang turun sejak pagi hingga menjelang siang tadi memang cukup deras. Tapi sore ini langit sudah bersih, selapis awan tipis menghias ujung langit. Matahari memancar hangat. Beberapa ekor burung beterbangan melewati pucuk pepohonan.

Oline masih berdiri tegak di pinggir jalan tepatnya di depan sebuah stasiun angkutan umum, menunggu Erine yang katanya masih ada urusan di dalam sekolah.

"Olenn" Panggilan itu membuat Oline segera menoleh, ia tersenyum tipis ketika melihat Erine mulai berjalan menghampiri nya. "Udah beres urusannya?" Erine membalas senyuman Oline lalu mengangguk. "Kok kamu malah nunggu di sini? Kan nunggunya bisa di dalem sekolah atau di pos satpam, nunggu bareng pak wawan"

"Enggak ah, gue lagi kepengen liat jalanan basah" Erine menatap jalanan yang memang masih basah kemudian ia tertawa "kamu ngapain liatin jalanan basah? Kaya gak ada kerjaan aja deh" Oline mengalihkan pandangan nya dari Erine,ia tersenyum tipis karna merasa malu.

"Eh ini kita mau langsung pulang aja rin?" Erine menatap pepohonan yang daun nya masih terlihat basah karena hujan kemudian ia mengangguk. "Mau keliling Bandung dulu gak?" Ucap Oline dengan sangat hati-hati.

"Bolehhh, aku udah sering sih keliling Bandung tapi aku belum pernah keliling Bandung bareng kamu" Oline tersenyum sehingga gigi gingsul nya itu kelihatan. Siapapun akan ikut tersenyum jika melihat Oline tersenyum seperti itu. Sangat manis, lebih manis dari dodol garut.

"Nih helm nya di pake dulu" Oline menyerah kan helm bogo kepada Erine. Erine memajukan bibir bawahnya lalu menggeleng "gak mau ah" Oline menghembuskan nafas lelah kemudian memakaikan helm bogo itu ke kepala Erine. "Manja nya masih ada ya ternyata, padahal udah 6 harian ini lu bareng gue mulu. Tidur bareng, makan bareng, nonton bareng, berangkat sekolah bareng"

"Tapi mandi nya gak bareng kan?" Oline melotot lalu memukul helm di kepala Erine "heh kalau itu mah jangan sampe atuh" Erine tertawa, membuat Oline berusaha melotot seperti itu sangat menyenangkan baginya. Oline adalah gadis yang memiliki mata sipit, jadi Erine senang membuat nya berusaha untuk melotot.

"Udah ah ayo kita ke Braga" Oline memakai helmnya lalu naik ke atas motor "buruan naik, atau mau gue tinggalin aja disini?" Erine berhenti tertawa lalu ia buru buru menaiki motor Oline.

Erine melingkar kan kedua tangannya di pinggang Oline dan mulai menyandarkan kepala nya pada punggung Oline. "Udah siap?" Tanya Oline yang di jawab dengan sebuah deheman dari Erine. Oline tersenyum tipis kemudian melajukan motornya meninggalkan stasiun di depan sekolah nya itu.

"Rin, gerimis rin" Ucap Oline namun Erine tak mempedulikan hal itu. "Mau balik ke rumah aja atau lanjutin jalan ke Braga?" Oline menatap Erine lewat kaca spion motornya. Gadis itu hanya diam menikmati angin yang menembus kulit putih nya "rin? Kok lu malah ngelamun sih"

"Gapapa lin, hujan kan cuman air 'hargailah air' itu kata kata yang keluar dari mulut seorang ilmuwan. Bukannya kamu suka banget ya sama hujan?" Oline terdiam lalu mengangguk, karna ia tidak bisa membantah ucapan Erine. "Tapi gue takut lu sakit, apalagi sekarang lu gak pake jaket"

Erine tersenyum dan semakin mengeratkan pelukannya pada pinggang Oline. "Gapapa, aku ini kuat linn. Aku kan superhero" Oline menghembuskan nafas lelah "mana ada superhero cengeng kaya lu" Ucapan Oline membuat Erine memajukan bibir bawahnya.

"Ih kamu bisa gak sih ngomong nya aku kamu aja? Gak pantes loh orang Bandung ngomong nya lu gue" Oline mengerutkan dahinya "halah lu sama temen temen lu aja ngomong nya lu gue bukan aku kamu"

"Y-ya itu kan anu, ah pokoknya mulai sekarang kamu harus ngomong nya aku kamu jangan lu gue lagi. Kamu itu orang Bandung asli kan?" Oline mengangguk pelan "yaudah kalau gak mau ngomong nya lu gue mah bisa gue ganti jadi aing sia atau urang maneh" Erine memukul helm Oline dari belakang. "Gak mau di sia siain aku mah"

Mencintai Secara ugal ugalan (Orine) [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang