cia_04

5 1 0
                                    

Tandain jika ada yang typo/kesalahan dalam setiap paragraf.

_________________________________

HAPPY READING^^
__________________

"Sudah lah, Cia biarin disini dulu. Sebaiknya Safa samperin dulu gih, orang tua kamu udah nunggu lama tahu di depan" ucap Mak Itah menghampiri Safa yang tengah duduk disebelah Cia. Mak Itah meletakan secangkir teh hangat di meja. Memeriksa kembali kening Cia.

Safa berdiri hendak menghampiri orang tuanya. "Safa kedepan dulu yah mak" pamitnya langsung mendapat anggukan Mak Itah.

"Eengh.., " eluh Cia berusaha menyadarkan dirinya dengan menyucek kedua matanya pelan.

"Eh udah bangun " kaget Mak Itah segera membantu tubuh Cia yang hendak mendudukan diri.

"Hiks, hiks, huaa.., Mak Cia takut" tangisnya langsung memeluk erat Mak Itah.

Mak Itah menatap bingung Cia seraya menepuk pucuk kepala gadis itu. "loh kok kamu takut, 'kan disini gaada yang serem."

Bukannya menjawab Cia justru semakin mempererat pelukanya.

"Suht, suht , udah udah tenang. Engga bakal ada yang nyakitin kamu, selama masih ada Mak Itah" ucap Mak Itah berusaha menenangkan Cia.

Cia melepaskan pelukanya perlahan. Melihat kedua netral Mak Itah dengan berharap akan dapat perlindunginya.

"Mak, Cia boleh engga tinggalnya bareng sama emak" pinta Cia.

"Loh, emangnya dikamar panti ada masalah? " tanya Mak Itah khawatir.

"Eh eng-engga Mak, Cia bukannya engga betah di situ tap-tapi Cia..," elak Cia berusaha membuat alasan untuk tak tinggal bersama Safa sebab ia takut bayangan ibunya trus menghantui nya kala melihat Safa  membentaknya.

"Kamu punya trauma atau penyakit semacamnya? " tanya Mak Itah penasaran kala melihat tingkah Cia tampak seperti sedang menghindari sesuatu.

Cia mendongak kaget lantaran Mak Itah sudah mengerti maksudnya.

"Dokter bilang Cia kena penyakit PTSD "jujurnya memegang erat lengan Mak Itah.

"Astagfirullah, itu penyebabnya karena apa yah. Cia? " tanya Mak Itah prihatin.

"Post-traumatic stress disorder atau gangguan stres pascatrauma adalah gangguan mental yang muncul setelah seseorang mengalami atau menyaksikan peristiwa yang bersifat traumatis atau sangat tidak menyenangkan. PTSD merupakan gangguan kecemasan yang membuat penderitanya teringat pada kejadian traumatis." bukan Cia yang menjawab namun, Safa lah yang menjelaskan.

Mengajak kedua orang tua nya agar duduk bersama.

Mak Itah mengangguk paham.

Cia melihat pasangan paruh baya itu dengan raut wajah kebingungan lantaran mereka terlihat begitu dekat.

"Kenalin Cia, nyokap bokap gue" ujar Safa membuat Cia semakin bingung. Sebab sudah jelas bukan? Bahwa panti asuhan buka tempat orang berada. Apalagi kedua pasangan ini terlihat cukup kaya.

Safa yang mengerti, menepuk santai pundak Cia. "Santai aja kali lihatnya" tegur Safa.

Cia menyengir malu.

"Kalian engga berniat bawa anak semata wayang kalian ini? " tanya Mak Itah sedikit melirik Safa lalu tersenyum kepada kakaknya—ibu Safa.

Safa membuang muka malas, lantaran ini selalu Mak Itah bahas setiap kali Orang tuanya menjenguknya.

"Niat kami emang begitu, Itah. Tapi Safa nya menolak keras untuk ikut bersama kami" ucap Ibu Safa tersenyum kecewa kepada anaknya. Safa hanya diam, melihat kebawah—berharap Ibunya tak memaksanya lagi untuk pulang bersama.

Cia hanya diam tak mengerti juga sama sekali tak berniat bertanya.

"Tapi kak, si Safa selalu saja membuat masalah. Sehingga anak panti tak berani mendekati maupun berteman dengan Safa" ujar Mak Itah.

"Jahat banget " gumam Safa ingin menangis. Jujur dirinya tak pernah ingin kembali ke dunianya dahulu yang di mana penuh dengan orang-orang jahat. Berniat mempengaruhinya. Walau pun dirinya disini tak membaik. Tapi setidaknya tidak semakin buruk.

"Maafkan anak saya yah. Itah, Abang bakalan biayain semua kebutuhan Safa di sini dan jika perlu kamu boleh meminta bantuan jika kala panti ini membutuhkan sesuatu. InsyaAllah saya bisa bantu" kali ini Ayah Safa yang menjawab. Lantaran melihat sang putri tak ingin ikut pulang bersamanya.

"Haduh gimana ya kak, bang. Anak panti sudah terlalu sering mengadu kepada Itah akan prilaku Safa yang suka menjahili mereka" tolak Mak Itah tak enak.

Safa semakin takut. "Pa, ma. Safa mau tinggal disini" manjanya agar dikasihani.

Orang tuanya menatap Safa bingung tak tahu harus bagaimana lagi. Lantaran aduan Itah sudah terlalu sering terhadapa Safa.

"Ma-maaf Mak, buk, pak. Cia permisi dulu" pamit Cia dengan sopan.

Safa yang melihat Cia hendak pergi berinisiatif untuk mengikuti Cia. Namun tangannya berhasil ditahan oleh Mak Itah. Alhasil kedua tangan Safa dipegang. bedanya satu dipegang satunya memegang.

Cia sontak menghentikan langkahnya.
"Ke-kenapa kok Safa nahan ak-aku? " tanya Cia seperti biasa dengan gelagapan.

"Tolongin dong, masa lo ninggalin gue gitu aja. Gu-gue kan sa-sahabat lo! " ujar Safa berharap bantuan Cia.

"SAHABAT! " kaget mereka bertiga mendengar tutur kata Safa.

"Ap-apaan sih, biasa aja kali" timpal Safa memelas mukanya malas.

Jelas mereka terkejut melihat Safa mempunyai sahabat sedangkan temanan saja Safa selalu memilih-milih.
Padahal mereka baru saja bertemu.

_________________________________

Waduh sahabat ga tuh🙂.

Tinggalin votenya seng^^🌷

Next💥

#Tobecontinued

CialethaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang