cia_05

5 2 0
                                    

Hi, salam lintas agama.

Tandain jika ada yang typo/kesalahan dalam setiap paragraf.

_________________________________

HAPPY READING^^
_________________

Setelah lama berdebat akhirnya Safa mau untuk ikut bersama orang tuanya. Bukan hanya mereka melainkan Cia juga ikut dikarenakan permintaan Safa yang amat tak dapat di tolak.

Sedari tadi Cia trus melihat pemandangan diluar mobil terlihat semakin gelab. Padahal, sudah 1 jam perjalanan mereka dari Jawa tengah menuju Jakarta. Sementara itu Safa sudah tertidur begitu juga Ibunya.

"kamu yakin engga mau tidur dulu. Perjalanannya masih jauh loh" ujar Ayah Safa menyarankan agar Cia sebaiknya tidur dahulu lantaran takut nantinya anak itu malah masuk angin.

Cia yang sadar menoleh cepat kearah supir."Hm, baiklah pak" stujunya.

Akhirnya Cia ikut larut dalam kantuknya. Sebenarnya dirinya juga mengantuk sedari tadi namun ia tahan lantaran tidak enak.

Sesampainya dirumah Safa.

Tin tin tin.

Klakson mobil sengaja dibunyikannya untuk mengode Security rumah agar segera membuka pintu gerbang.

Security yang tengah tertidur dengan secangkir kopi digenggamannya. tersadar dan secara membuka pintu gerbang yang cukup tinggi itu.

Gerbang pun dibuka security itu tersenyum ramah menyapa sang majikan. Walau dirinya masih teramat kantuk, entah mengapa teman satunya mendadak hilang. padahal ini waktu dirinya tertidur bergantian dengan security satunya. "Apa mungkin ke toilet?" Pikirnya kembali menutup pintu gerbang.

"Ma, shut bangun" ucap Ayah Safa-Deni. Menggoyang tubuh istri nya agar segera terbangun.

Ibu Safa-Winda yang sudah setengah sadar langsung terbangun segera dirinya membangunkan Safa juga Cia yang tengah duduk di bangku tengah.

"Eungh.., " eluh mereka berdua bersamaan. Berusaha menyadarkan diri sebentar. Jujur saja dirinya masih sangat mengantuk. Terlebih ini sudah tengah malam.

"Bangun dulu Safa,Cia" ingat Winda kepada kedua gadis itu seraya membuka pintu mobil lalu berjalan masuk kedalam rumah.

Cia yang sudah sadar membuka pintu mobil dengan perlahan. Namun, saat melihat Safa tak kunjung keluar dirinya kembali masuk kedalam mobil untuk membangunkan Safa kembali.

"Gue udah bangun" ucap Safa tiba-tiba membuat Cia kepentok atas mobil lantaran kaget.

"Shh.., ahg. Duh sakit" desisnya kesakitan.

Safa menyidik ngilu. "Renyah amat suara nya. "

Cia keluar dari mobil memegang kepalanya kesakitan. Safa yang melihat Cia kesakitan sontak segera turun dari mobil. Menghampiri Cia dengan cemasnya.

"Lo-lo ga papa, 'kan?" tanya Safa.

"Eng-engga kok, engga papa" elakkan Cia berusaha terlihat baik-baik saja. Padahal kepalanya sudah mulai berdenyut didalam sana.

Safa tak mendengarkan Cia. Dirinya segera menyuruh Cia untuk ikut masuk kedalam rumahnya. Berniat melihat apakah kepala Cia baik-baik saja.

Cia yang hanya menurut. Duduk di sofa.

"Tunggu bentar gue ambilin miyak kayu putih" pintanya menyuruh Cia agar menunggu.

Cia mengangguk. Melihat kagum sekitarnya yang dimana tengah berada pada rumah mewah yang pastinya juga dipenuhi fasilitas mewah.

Tak butuh waktu lama Safa datang menghampiri Cia bersama minyak kayu putih ditangannya.

"Ma-mau ng-ngapain, Ak-aku ga pap-"

"Udah diem" sarkas Safa memotong ucapan Cia. "Yang mananya yang sakit?" sambungnya lagi bertanya pada Cia.

"In-inih" tunjuk Cia kearah ubun-ubun nya.

Safa mengeluarkan sedikit minyak kayu putih dan memilah rambut Cia agar Minyak dapat terkena dikulit kepalanya.

"Mak-makasih, sa-Safa. "

"Hm, yuk kekamar gue. Masih ngantuk nih" ajak Safa langsung menarik tangan kanan Cia. Cia hanya menurut mengikuti langkah kaki Safa.

Ceklek.

Pintu kamar dibuka oleh Safa. Terlihat begitu bersih kamar ini meski sudah Safa tinggalkan 1 Tahun lamanya. Tapi, wajar saja secara pembantu disini cukup banyak sehingga membersihkan kamarnya setiap harinya walau tak ada penghuninya.

Cia kembali mendongak kaget lantaran kamar Safa setara dengan rumah kontrakannya sebelumnya. Yang ia tempati bersama ibunya walau nyatanya hanya dirinya lah yang sering berada di rumah sementara ibunya sering keluar rumah tanpa memberi tahunya.

"Udah sini buru, ih" ajak Safa yang sudah tertidur pasrah di ranjangnya.

Cia berjalan menghampiri Safa. Namun, tak ikut tidur.

"Ngapain loh di situ, sini tidur bareng gue" heran Safa menepuk sebelah ranjangnya mengajak Cia untuk tidur bersama.

"Emang boleh? " tanya Cia.

"Kalau engga ya mana mungkin gue ajak, Cia.."

Cia mengangguk tersenyum. Manaiki ranjang Safa ikut merebahkan tubuhnya.

"Ranjangnya empuk bukan? " tanya Safa dengan mata tertup.

"Em-empuk kok" stuju Cia.

Safa tersenyum dan tertidur lelab begitu juga Cia yang ikut larut kedalam alam mimpi bersama Safa.

_________________________________

Satu kata buat Safa;)

Pesan buat Cia?

Jangan lupa votenya^^

Next💥

#Tobecontinued

CialethaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang