cia_06

5 2 1
                                    

Hi, salam lintas agama.

Tandain jika ada yang typo/kesalahan dalam setiap paragraf.

_________________________________

HAPPY READING^^
_________________

Jarum jam sudah menunjuk angka 09.05. Gelab sudah berganti dengan terangnya mentari sedari 3 jam lalu. Namun begitu, Safa belum juga bangun. Sementara Cia  sudah terbangun lebih awal sebelum matahari terbit.

"Duh, Cia bosan" gumamnya ingin segera keluar dari kamar Safa. Sementara pintu itu memiliki sandi untuk dibuka sang pemilik. Oleh karena itu Cia hanya diam dan berharap agar Safa segera membuka matanya.

Cia mengulurkan tangannya berniat menggoyang tubuh Safa pelan agar anak itu segera sadar.

Tok tok tok.

Suara ketukan pintu terdengar membuat Cia kembali menarik lengannya berniat membukakan pintu.

"Sandinya apa, aku engga tahu. Gimana inih" cemasnya menoleh kearah Safa yang masih setia menutup mata.

"Tunggu ya,Cia bangunin Safa dulu" triak Cia yang sayangnya ruangan ini kedab suara membuang orang yang berada diluar tak mendengar apa-apa.

"Hanya ada satu cara untuk membangunkan putri tidur ini" pikirnya segera menghampiri Safa.

Bug bug bug.

Cia memukul tubuh Safa menggunakan bantal guling yang untungnya dapat membuahkan hasil.

Safa yang merasa terganggu. Membuka mata beratnya dengan begitu malas seraya berusaha mengumpulkan kembali jiwanya.

"Apaan sih ahg, ganggu mulu! " ucap Safa tak suka.

"Ma-maaf, Safa. Itu pintu kamu" tunjuk nya kearah pintu yang dimana sudah terdapat ibu Safa berdiri dengan raut muka tak suka. Lantaran dirinya diabaikan.

"Hah, apa! Mau marah. Sini sama mama marahnya jangan ke Cia" ujar Ibu Safa.

Safa memelas mata malas. Sudah lah tidak usah dibahas ibunya itu sudah pasti menang jika berdepat denganya meskipun mereka sama-sama wanita.

Cia tampak kebingungan kala melihat ibu Cia yang dengan mudah nya membuka pintu itu. Padahal baru saja Cia mendengar suara Ketukan yang meminta dibuka.

Ibu Safa yang sadar akan Cia. "Udah kalian mandi dulu, trus siap siap kita belanja perlengkapan sekolah Safa juga Cia sekalian Cia belum pakaian sehari-hari" ujarnya menyuruh kedua gadis itu bersiap-siapa.

"Dan Safa, jelasin semua ke Cia. Jangan diam aja kasihan dia kebingungan trus" sambungnya berjalan keluar kamar.

Cia melihat Safa berharap Safa mau untuk menuruti printak ibunya.

"Hm, iya entar. Kita bersihin diri dulu. Lo apa gue yang mandi duluan? " tanya Safa. Berjalan kearah lemarinya. Berniat mengambil baju yang ingin dipakainya juga pakaian sementara Cia.

"Sa—" baru saja Cia hendak menyuruh Safa dahulu.Tapi Safa dengan cepat memotong ucapannya.

"Lo dulu deh, nih pakaian lo. "

Cia mengangguk menerima pemberian Safa. "Oke, Cia mandi duluan ya"pamitnya berjalan kearah kamar mandi.

"Hm" Safa hanya berdehem. "Tuh anak kok gitu sih ngomong sama gue. Gelagapan lah, takut, trauma, dll. Apa bener penyakit itu.. " pikirnya melihat kepergian Cia.

Safa menggeleng, menepis pikiranya dan menghidupkan beda pipih itu. "Oh yaampun ini IPhone udah berapa lama engga gue idupin, ck. "

Saat benda itu hidup Safa segera menghidupkan wifi rumahnya guna agar pesan yang sudah lama ia tinggalkan dapat ia baca kembali.

Mulai lah notif bermunculan membuat layar HP itu sudah di penuhi berbagai pesan. Mau Wa, Instagram,Tiktok dll.

1 jam sudah Handphone itu berbunyi dan akhirnya berhenti juga. Bahkan Safa sudah rapi dengan pakaiannya begitu juga Cia yang terlihat manis saat mengenakan pakaiannya.

Safa dengan pakaian favorit nya

Cia dengan pakaian Safa yang dimana blum pernah dipakai gadis itu.

Apk pertama yang Safa buka adalah Whatsapp. Melihat grub yang ia sematkan membuat hatinya menjadi sakit kala pesan trakhir yg terlihat.

Anda telah dikeluarkan.

Safa tak peduli lagi. Segera dirinya menutup kembali benda pipih itu dan menarik lengan Cia agar segera keluar dari kamarnya.

"Kamu engga papa, Safa? " tanya Cia khawatir.

"Engga lah, yakali gue sedih" ucapnya berbohong. Sebenarnya dirinya sungguh sangat merasakan kehilangan ini, apalagi Safa dan ke 3 sahabatnya dulu begitu dekat layaknya magnet yang tak dapat dipisahkan. Tapi sekarang? Oh sudah lah lupakan saja.

Cia mengangguk, mengikuti langkah kaki Safa.

"Hey, cepetan Safa, Cia. Mama udah lama tahu disini" omel Ibu Safa yang tengah memakan sarapannya.

"Iya ma. "

Safa segera menghampiri ibunya di meja makan begitu juga Cia.

Dahi Ayah Safa mengkerut heran. "Kalian ini mau kemana sih? " tanyanya seraya menyilangkan sesuap nasi kedalam mulutnya.

"Belanja perlengkapan sekolah si Safa, trus sekalian aja deh Cia juga mama beliin" jawabnya cepat.

"Ya udah, kalian hati-hati. Maaf Ayah engga bisa nemenin. Ada meting pagi di kantor" ujar Ayah.

"Iya gapapa, yah. "

_________________________________

Jangan lupa votenya^^

Next💥

#Tobecontinued

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CialethaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang