07. Satu Langkah Pendekatan?

173 10 0
                                    

WAJIB FOLLOW DAN VOTE SEBELUM MEMBACA!!!

• • •

Brak.

Nyonya Sintia, Tuan Adikara serta Anabella yang tengah menikmati sarapan pagi mereka harus tersentak kaget saat satu Paper bag menghentakkan meja makan saat seseorang dari arah belakang Anabella menaruhnya dengan keras.

"Jaga sikap kamu Raga! Kamu tidak lihat kalau kita tengah sarapan?" sergahan Tuan Adikara menggema membuat Nyonya Sintia sebagai Istri juga Ibu dari keluarganya mencoba menahan amarah Suaminya.

Sementara Raga yang tampak sudah siap dengan seragam sekolah terbalut jaket kulit hitam miliknya mendelik jengah.

"Baju lo kenapa ada dikamar gue?" sela Raga mengabaikan amarah Papanya kepada sang Adik yang santai memakan sereal nya.

"Bukan punya gue itu," balas Anabella setelah ia melihat Paper bag tersebut lantas kembali memakan sarapannya.

"Kalo baju bekas kenapa lo taro dikamar gue?" cecar Raga dengan kesal.

"Lo pikir kamar gue gudang?Mentang-mentang gue gak pernah balik kesini jadi seenak lo naro barang bekas dikamar gue," lanjut remaja itu lagi dengan melirik tajam sang Papa yang tampak menahan geraman lantas Raga pun meninggalkan ruang makan.

"Abang," panggil sang Ibu yang tampak diacuhkan oleh Putranya itu.

"Itu punya Kak Nala, kayanya kemaren dia lupa bawa pulang bajunya,"

Langkah Raga yang belum jauh dari ruang makan terhenti sejenak, sebelah tangannya yang menggenggam tali ransel melonggar perlahan.

"Gak sarapan dulu Den?"

Lamunan Raga buyar saat Maid tertua bernama Mila menghampiri Raga dengan membawa baki berisi cangkir teh untuk Majikannya.

"Gak perlu, saya biasa makan diluar kalau makan disini rasanya sangat tidak nyaman, apalagi ada si Tua Bangk*a itu," ucap Raga menohok membuat Tuan Adikara yang mendengarnya dibelakang langsung menyentak keras nama Raga.

"Raga! Keterlaluan sekali kamu!" sentak Tuan Adikara dengan mata membulat merah sempurna laki-laki paruh baya itu sampai bangkit dari kursinya dan berdiri tegap seraya berkacak pinggang menatap tajam punggung kekar sang Putra didepan sana.

"Pah, sudahlah," Nyonya Sintia mencoba melerai dan menenangkan Suaminya.

Sementara Raga hanya bisa tersenyum sinis meski raut wajahnya penuh dengan amarah tertahan, lantas remaja laki-laki dengan ego tinggi itu pun meninggalkan rumah untuk segera berangkat menuju sekolah.

Tuan Adikara yang merasa teracuhkan oleh Raga yang telah membangkitkan amarahnya hanya bisa menghela jengah, sebagai seorang Istri Nyonya Sintia kembali berusaha menenangkan diri Suaminya.

"Kapan dia pulang?" tanya Tuan Adikara dengan dingin pada Sang Istri yang hanya bisa tertunduk seraya memainkan sarapannya.

"Pukul dini hari Raga pulang," balas Nyonya Sintia dengan nada lembut.

"Kenapa dia pulang? Dia sudah kehabisan uang?"

Nyonya Sintia dengan cepat menoleh kepalanya menggeleng kecil lantas tersenyum, ia mengusap sebelah lengan Suaminya dengan lembut harap-harap Tuan Adikara akan luruh dari amarahnya pada Putra sulung mereka.

"Tidak Pah, Raga pulang hanya untuk mengambil seragam sekolahnya saja," balas Nyonya Sintia yang sontak membuat Suaminya malah tersenyum sinis.

"Sekolah? Sejak kapan anak itu sekolah?"

Nyonya Sintia langsung mengerut binggung ia tak paham apa yang dimaksud Suaminya itu. Sementara Anabella yang semula tengah santai menikmati sarapannya sontak tak lagi Mood untuk menghabiskan sarapannya.

GADIS POLOS MILIK KETUA GANGSTER [ ON GOING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang