K2

1K 60 2
                                    


Jaemin menatap jam di dinding, tinggal setengah jam lagi mereka akan masuk ke sekolah dan kantor.

Pria manis itu berjalan kearah tangga menuju kamar nya dan anak-anak, mengetuk satu persatu kamar itu hingga kamar nya paling akhir.

Ingin melangkah menuju dapur namun terhenti saat suara pintu terbuka bersamaan dan mereka memanggil Jaemin bersamaan pula, pria manis itu menghela nafas membalikkan tubuhnya.

"Kenapa?" Tanya Jaemin.

"Belum siap juga? Lihat udah jam berapa ini?!" Marah Jaemin.

"Udah siap, tapi dasi aku ilang, na." Ucap Jeno.

"Abang juga, tapi jaket abang yang biasa itu juga gak ada di gantungan, Pi." Timpal Jisung.

"Kakak juga, tapi sepatu kakak gak ada pi. gimana ini, pipi tolongg." Wonbin.

"Kaus kaki adek juga Pi, gak ada masa." Yushi.

Jaemin menghela nafas pelan.

"Malam bukannya udah pipi bantu buat kalian siapin? Kenapa sekarang gak pada ada? Cari lagi, yang teliti! Pipi tunggu lima menit." Kata Jaemin, kemudian berlalu meninggalkan keempat pria berusia berbeda itu.

Keempatnya saling bertatapan, kemudian mengangguk dan masuk ke dalam kamar masing-masing.

Sementara Jaemin menggerutu, kenapa pagi setelah libur semua barang yang sudah mereka siapkan dari malam malah hilang? Atau ini karena mereka yang tak teliti mencarinya? Entahlah, pagi-pagi sudah buat pusing saja.

Tak lama terdengar suara langkah kaki, terlihat suami dan ketiga anaknya sudah rapih.

...

Jaemin melambaikan tangan pada mobil Jeno juga motor Jisung yang menjauh dari perkarangan rumah mereka, pria manis itu kemudian masuk ke dalam.

Setiap pagi, setelah suami dan anaknya berangkat ke kantor, kampus atau pun sekolah keadaan rumah begitu sepi.

Jaemin merasa seperti itu sejak anak-anak nya sudah mulai sekolah dan remaja, pria manis itu hanya tersenyum setelahnya karena tak menyangka jika anak yang dulu Jaemin timang kini sudah besar.

...

Jeno menghentikan mobil di area sekolah Wonbin dan Yushi, sebelum turun keduanya mengecup pipi Jeno yang di balas kecupan di kening.

"Belajar yang benar, ya sayang-sayang papa." Ucap Jeno, pria itu mengeluarkan dompet dan memberikan masing-masing dua lembar uang pada keduanya.

"Siap, papa. Terima kasih, aku sama kakak masuk dulu ya!" Jeno mengangguk, Yushi turun lebih dulu.

"Papa hati-hati, semangat kerjanya." Ucap Wonbin sebelum turun dan menggandeng tangan Yushi masuk ke dalam.

Jeno mendengar itu tak bisa untuk tidak tersenyum, anaknya keduanya itu memang cuek namun sangat menurut juga tak pernah menuntut apapun kecuali hal yang tak Wonbin suka.

Memastikan Wonbin dan Yushi masuk, Jeno menjalankan mobilnya menuju kantor.

Sementara Jisung pergi ke kampus dengan motornya.

...

"Yushi!"

Kakak beradik itu menoleh, mendapatkan pemuda manis yang berjalan riang ke arah mereka.

keluarga katanya-katanya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang