Chapter 5. New Problems

227 154 15
                                    

Written by: dindamc14

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Written by: dindamc14

Chapter 5. New Problems

Lelaki berumur 24 tahun itu sibuk menyisir surai hitamnya yang berantakan. Isi kepalanya juga sama berantakan, tapi sulit untuk ia kendalikan. Marcello sangat khawatir dengan kafe yang ia tinggalkan.

Marcello memiliki sebuah kafe di London. The Lion's Cafe, itu lah namanya. Baru tiga hari dirinya di Indonesia, tapi ia sudah rindu dengan aroma kopi dan suasana ramai pembeli di sana. Meski ada Briyan-- Asisten pribadi asal Indonesia yang kini di London untuk mengawasi kafe, tetap saja sebagai pemilik kafe tentunya Marcello tetap khawatir.

Marcello menyandarkan punggungnya di sofa. Karena perasaannya tak tenang, akhirnya Marcello memutuskan untuk menelpon Briyan.

"Halo, kenapa Cel?"

Akhirnya suara cowok itu terdengar setelah di tunggu. Dan jangan heran dengan percakapan mereka yang akan terdengar santai, karena Briyan dan Marcello hanya berbeda 1 tahun. Briyan bukan hanya seorang asisten bagi Marcello, karena Marcello sudah menganggap Briyan sebagai temannya.

"Di sana aman gak? Gak ada masalah kan?"

"Aman terkendali, Cel. Lo santai aja dulu di sana."

Rasa cemas yang tadinya terus menyelimuti diri Marcello, perlahan mulai menghilang. Perasaannya mulai tenang. "Thanks ya, untung ada lo," balas Marcello seraya memijat lehernya yang terasa pegal.

Terdengar kekehan kecil dari sebrang sana. "Tapi ... Hehe, gaji gue bakal naik gak, nih?"

Kedua sudut bibir Marcello terangkat ke atas. "Iya, tapi habis itu lo gue pecat ya...."

Suara gelak tawa yang tadinya terdengar, kini sudah tak terdengar lagi. Marcello tidak tahu saja kalau Briyan sudah keringat dingin mendengar kata 'pecat'. "Anjir, jangan gitu dong," panik Briyan.

Marcello jadi tertawa pelan mendengar kalimat panik asistennya. "Canda," katanya.

Bjir lah?! Canda katanya?!

"Jangan lupa, kabarin gue kalo di sana ada masalah."

"Siap, deh. Asal gak dipecat."

Setelah perbincangan singkat itu, Marcello beralih menuju dapur. Membuat kopi, itu lah tujuannya mengapa ia ke dapur. Meneguk secangkir kopi juga sebagai hal yang paling Marcello sukai. Baginya, kopi bukan hanya sebagai minuman favorit, tapi sebagai bentuk pelampiasan untuk menenangkan diri.

Marcello memang sudah tenang tak memikirkan tentang kafenya lagi. Tapi ada hal lain lagi yang Marcello pikirkan. Seorang gadis, yaitu Aluna dan gadis asing yang akan di jodohkan dengannya.

Marcello masih khawatir dengan omongan Gery yang pernah berkata bahwa Aluna sedang selingkuh dari darinya. Apakah omongan Gery harus ia percayai atau tidak? Lalu, tentang gadis asing yang akan di jodohkan dengannya. Jika saja takdirnya nanti bersama gadis lain itu yang bukan Aluna, apakah dirinya bisa menerima kehadirannya?

Starting From RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang