02. Diam-diam

103 25 0
                                    

Arsy melangkah masuk ke kamar kos Kevin, matanya langsung menelusuri setiap sudut dengan rasa kagum yang sulit disembunyikan. Kamar Kevin tertata rapi—lebih rapi dari bayangannya tentang seorang pria muda yang bekerja di dunia periklanan dan sering dikejar deadline. Dari seprai yang mulus tanpa kerutan hingga buku-buku yang tersusun rapi di rak, semuanya memancarkan ketelitian. Kamar ini berbeda dari kebanyakan kamar kos yang pernah Arsy lihat.

"Sederhana, tapi teratur sekali," gumam Arsy tanpa sadar. Ia berjalan lebih dalam, mendekati meja kerja Kevin yang bersih dan minim dekorasi, hanya dihiasi lampu baca kecil dan beberapa alat tulis yang tersusun rapi. Di sudut meja, ada beberapa pot tanaman kecil dengan daun segar. Tanaman-tanaman itu tampak dirawat dengan baik, membuat Arsy tak bisa menahan senyum.

"Punya tanaman segala?" bisik Arsy sambil mengamati satu pot kaktus kecil. "Nggak nyangka kamu bisa perhatian sampai detail begini, Kev."

Saat Arsy hendak melangkah lebih jauh, pandangannya tertumbuk pada sebuah komik berjudul Cherry Magic yang tergeletak di meja. Judul itu menarik perhatiannya, terutama karena covernya yang berwarna ceria dengan dua karakter pria tersenyum hangat. Dengan rasa penasaran, Arsy mengulurkan tangan untuk mengambil komik itu. Namun, sebelum ia sempat membukanya...

Kevin muncul tiba-tiba dari belakang dan dengan cepat mengambil komik itu dari tangan Arsy. Gerakannya begitu cepat, seolah menyelamatkan barang paling rahasia di dunia.

"Ah, ini..." Kevin tampak gugup. Ia menggenggam komik itu dengan kedua tangan, pipinya mulai memerah. "Ini cuma... komik favoritku," katanya cepat, lalu dengan canggung menyelipkan komik itu di bawah tumpukan buku-buku lainnya. "Nggak penting, kok. Kamu... kamu pasti nggak tertarik sama cerita kayak gini."

Arsy memperhatikan perubahan ekspresi Kevin dengan mata penuh rasa ingin tahu. Ia menahan tawa saat melihat betapa gelisahnya Kevin, seolah ketahuan menyimpan rahasia besar.

"Aku belum pernah lihat komik itu sebelumnya," ujar Arsy dengan nada datar tapi penuh maksud. "Apa isinya seru?"

Kevin berdeham, berusaha menguasai dirinya. "Heh, ya... lumayan. Tapi nggak se-epik Marvel atau DC, sih," jawab Kevin sambil menghindari tatapan Arsy. Ia mengusap tengkuknya dengan gugup dan mencoba mencairkan suasana dengan tawa kecil. "Lagian kamu... kayaknya nggak suka yang model begini, kan?"

Arsy menatapnya sebentar, lalu tersenyum tipis. "Nggak apa-apa kok, Kev. Semua orang punya hobi masing-masing. Nggak usah malu."

Mendengar kalimat itu, Kevin sedikit lega, meskipun rasa cemas masih menyelimuti pikirannya. Apakah Arsy akan berpikir aneh tentang aku? pikirnya. Kevin selalu menyembunyikan kecintaannya pada komik Boys' Love karena takut dianggap aneh oleh orang-orang di sekitarnya. Namun, respons santai Arsy memberinya sedikit rasa nyaman.

Untuk mengalihkan suasana, Kevin buru-buru membuka lemarinya dan mengeluarkan piyama berwarna lembut dengan gambar wortel kecil di sakunya. "Eh... ini, pakai aja piyama ini. Aku punya yang lain."

Arsy mengambil piyama itu dan memandangnya dengan penuh perhatian. Senyum kecil tersungging di bibirnya saat ia melihat detail lucu berupa wortel di saku piyama.

"Wortel?" Arsy terkekeh, memandangi piyama itu lebih lama dari seharusnya. "Lucu juga. Kamu suka wortel, Kev?"

Kevin tersipu tapi tetap berusaha memasang wajah santai. "Itu... nggak penting. Aku sengaja pilih piyama yang nyaman buat kamu," jawabnya, lalu buru-buru menambahkan, "Dan... itu memang bukan piyama favoritku, kok."

A Love That Appears Once in 1,000 Years (TayNew)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang