03. Bahaya

75 23 0
                                    

Suasana di perusahaan Viviz Advertising begitu penuh semangat pagi itu. Gelak tawa dan canda menghiasi setiap sudut ruangan. Karyawan bersiap-siap untuk berangkat outing tahunan, yang tahun ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Kali ini bukan resor mewah yang menjadi pilihan, melainkan camping di tengah hutan. Arsy, yang masih setengah mengantuk, berdiri di dekat jendela, matanya melayang ke arah Kevin yang sedang bercanda dengan Ricky. Hatinya berdebar tak menentu.

"Zara, apa kamu merasa ini kesempatan bagus?" bisik Arsy, suaranya hampir tenggelam oleh keributan di sekeliling.

Zara, yang sedang memeriksa ponselnya, menoleh sambil mengangguk. "Iya, semoga kali ini aku bisa lebih dekat sama Ricky. Aku sudah lama menunggu kesempatan kayak gini." Mata Zara berbinar penuh semangat.

Arsy tersenyum tipis, mencoba menutupi kegugupannya. "Aku juga, tapi nggak yakin apa aku punya keberanian untuk mendekati Kevin."

Zara menatap Arsy dengan tatapan serius. "Jangan terlalu pasif, Kak Arsy. Kalau kamu nggak berani sekarang, kamu akan menyesal nanti. Apalagi di hutan nanti, suasana pasti mendukung."

Mereka berdua saling pandang, lalu tertawa kecil, membayangkan momen-momen romantis yang mungkin terjadi selama outing ini. Sementara itu, Kevin dan Ricky masih bercanda satu sama lain, tampak tak menyadari betapa besar harapan yang disematkan oleh Arsy dan Zara pada perjalanan ini.

Ketika semua sudah siap, rombongan beranjak menuju bus. Arsy berjalan perlahan, mengamati setiap langkah Kevin dengan harapan bisa duduk di sebelahnya. Namun, tepat sebelum ia berhasil menempati kursi itu, Ricky dengan cepat menduduki kursi di sebelah Kevin, seolah tidak menyadari keinginan Arsy.

"Ah, sial," bisik Arsy, merasa kecewa, tapi ia tetap tersenyum mencoba bersikap tenang.

Tak ingin kehilangan kesempatan, Arsy mencoba berbicara dengan Ricky. "Rick, mau duduk di belakang sama Zara? Dia sendirian tuh."

Ricky menatap Arsy sejenak, kemudian menoleh ke arah Zara yang duduk sendirian di bangku belakang. Dengan senyum lebar, ia mengangguk. "Boleh juga. Kasihan Zara sendirian di belakang."

Setelah Ricky pindah, Arsy dengan hati-hati duduk di samping Kevin. Ia berusaha keras menyembunyikan rasa gugupnya. Namun, jantungnya berdegup kencang. Ia merasa bahwa inilah kesempatan emas yang tidak boleh ia sia-siakan.

"Hei, Kevin," sapa Arsy, membuat Kevin terkejut. "Kamu nggak keberatan duduk di sini, kan?"

"Oh, nggak! Aku malah senang... eh, maksudku, aku nggak masalah," jawab Kevin sambil tersenyum canggung.

Sepanjang perjalanan, mereka berbicara tentang hal-hal ringan—pekerjaan, musik favorit, film yang baru mereka tonton. Arsy semakin tenggelam dalam pesona Kevin. Cara Kevin tertawa, senyumannya yang hangat, serta suaranya yang tenang membuat Arsy sulit untuk tidak terpesona. Setiap kali Kevin berbicara, Arsy merasakan debaran di dadanya semakin kuat.

Setelah beberapa jam, bus akhirnya tiba di lokasi camping. Saat mereka turun, suasana yang awalnya penuh keceriaan tiba-tiba berubah ketika melihat sosok pria berwajah keras dan berseragam militer berdiri menunggu mereka. Ia adalah Sersan Yuda, instruktur yang akan memandu mereka selama camping ini.

"Selamat datang di alam liar!" seru Sersan Yuda dengan suara lantang. "Lupakan kenyamanan kalian. Mulai sekarang, kalian akan diuji—fisik dan mental kalian! Siapa yang tidak sanggup, mundur sekarang!"

Arsy dan Zara saling pandang dengan cemas. Ini jauh dari yang mereka bayangkan. Mereka berpikir outing ini akan santai, penuh momen menyenangkan. Namun, kenyataan di depan mata terasa lebih berat.

A Love That Appears Once in 1,000 Years (TayNew)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang