07. Sejauh Dua Benua

45 3 0
                                    

Pagi itu terasa berbeda. Langkah Arsy berat tapi penuh harapan ketika ia berjalan menuju ruangan Tuan Jaewon. Sepanjang koridor, pikirannya dipenuhi bayangan kemungkinan-kemungkinan yang akan terbuka di depannya. Saat pintu terbuka, Tuan Jaewon menyambutnya dengan senyum tipis dan menyodorkan sebuah formulir.

"Ini program pertukaran karyawan," ujar Tuan Jaewon sambil meletakkan formulir di hadapan Arsy. Nada suaranya datar, tapi sarat makna. "Kantor pusat kita di Seoul membuka kesempatan magang selama enam bulan. Jika kamu bisa melewatinya dengan baik, aku akan pertimbangkan promosi untukmu."

Mata Arsy berbinar, tapi sekaligus terasa ada sesuatu yang memberatkan. Seoul selalu menjadi impiannya—tempat di mana ia ingin mengembangkan karier dan memulai sesuatu yang baru. Namun, seiring dengan antusiasme itu, pikirannya langsung melayang pada Kevin. Bagaimana mungkin ia pergi selama berbulan-bulan dan meninggalkan seseorang yang begitu berarti baginya?

Dengan gugup, Arsy menggenggam formulir itu dan melangkah keluar dari ruangan. Pikirannya berputar-putar, membayangkan apa yang mungkin terjadi dalam enam bulan ke depan. Apakah Kevin akan baik-baik saja? Atau... apakah hubungan mereka akan berubah? Perasaan bahagia dan khawatir saling bertabrakan dalam dadanya.

Saat makan siang di kantin, Arsy memutuskan untuk membuka topik itu dengan Kevin, tapi ia melakukannya dengan hati-hati. Ia tak ingin menimbulkan kecemasan yang tidak perlu. Sambil mengaduk-aduk minumannya, Arsy akhirnya memulai percakapan dengan nada setengah bercanda.

"Menurutmu... enam bulan itu lama, nggak?" tanyanya sambil berusaha terdengar santai.

Kevin menghentikan sendoknya, melirik Arsy dengan penasaran. "Enam bulan?" ulangnya, seolah ingin memastikan maksud pertanyaan itu. "Cukup lama buat banyak hal berubah, sih."

Tatapan Kevin mendalam, seolah-olah ia berusaha mencari tahu apa yang sedang dipikirkan Arsy. "Kenapa tanya begitu?" lanjutnya pelan.

Arsy berusaha tetap tersenyum, meski hatinya diliputi kegelisahan. "Nggak ada, cuma... semisal kita harus tinggal berjauhan, kamu bakal gimana?"

Kevin menyandarkan tubuhnya ke kursi, memperhatikan Arsy dengan senyum lembut tapi sedikit cemas. "Kalau aku merindukanmu, aku pasti akan hubungi kamu setiap hari," jawab Kevin tenang. "Dan kalau rasa rindunya udah nggak bisa ditahan..." Kevin berhenti sejenak, lalu menatap Arsy dengan tatapan penuh arti. "...Aku bakal datang nemuin kamu."

Arsy merasa hatinya semakin bimbang. Tapi ia mencoba menyembunyikan kegelisahannya dengan senyum kecil. "Ini cuma pertanyaan hipotesis kok," gumam Arsy, mencoba menghindar.

Namun, Kevin mendekat dan menyenderkan kepalanya ke pundak Arsy sambil menggenggam tangannya. "Arsy, kalau terlalu lama nggak ketemu kamu, aku pasti merasa sangat kesepian," bisiknya lirih.

Jantung Arsy berdebar semakin cepat. Tiba-tiba, pertanyaan tentang kesempatan magang itu terasa jauh lebih berat dari yang ia bayangkan.

 Tiba-tiba, pertanyaan tentang kesempatan magang itu terasa jauh lebih berat dari yang ia bayangkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
A Love That Appears Once in 1,000 Years (TayNew)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang