Setelah sekian lama menjalin hubungan dengan Kevin, Arsy merasa sudah waktunya membawa hubungan mereka ke tahap yang lebih serius. Ia tahu betul bahwa untuk bisa melangkah ke masa depan yang ia impikan, ada satu hal penting yang harus ia lakukan—memperkenalkan Kevin kepada ibunya, Bu Salma. Meskipun selama ini Arsy sering menceritakan Kevin kepada sang ibu lewat panggilan telepon atau saat berbincang santai, pertemuan langsung belum pernah terjadi. Dan Arsy tahu, pertemuan ini adalah langkah besar.
Kevin menerima undangan itu dengan perasaan yang bercampur aduk—senang tapi juga sedikit gugup. Ia memahami betapa besar arti sosok ibu dalam hidup Arsy, dan kesan pertamanya hari ini akan menjadi sangat penting. "Aku harus terlihat sempurna," pikir Kevin sambil merapikan kemejanya berulang kali sebelum mereka tiba. Arsy melihatnya dan tertawa kecil.
"Kevin, tenang aja. Nggak perlu setegang itu," ujar Arsy sambil menggenggam tangannya di dalam mobil. "Ibu orangnya hangat. Kamu nggak akan diinterogasi, kok."
Kevin menghela napas, tapi senyumnya tampak gugup. "Aku cuma pengen kasih kesan pertama yang baik. Ini kan... pertemuan pertama dengan calon mertuaku."
Arsy tersenyum manis, pipinya sedikit memerah mendengar Kevin menyebut Bu Salma sebagai calon mertuanya. Ia tidak merespons secara verbal, hanya menggenggam tangan Kevin lebih erat, seolah ingin memberi kekuatan.
Sesampainya di rumah Arsy, mereka disambut oleh Bu Salma dan Nabila yang sudah menyiapkan hidangan sederhana di meja makan. Senyum hangat terpancar dari wajah Bu Salma, membuat ketegangan yang tadi terasa di dada Kevin sedikit mencair. Kevin mengangguk hormat, berusaha menunjukkan sikap terbaik.
"Selamat datang, Kevin," sapa Bu Salma ramah. "Senang sekali akhirnya bisa bertemu langsung denganmu. Arsy sering sekali cerita tentang kamu, lho."
Kevin membungkuk sedikit dengan penuh hormat. "Terima kasih, Bu. Saya juga senang bisa bertemu dengan Ibu. Arsy sering bilang kalau Ibu adalah orang paling penting dalam hidupnya."
"Wah, Arsy banyak cerita, ya," timpal Nabila, yang berdiri di samping ibunya sambil tersenyum jahil ke arah kakaknya.
Arsy hanya bisa memutar matanya, merasa sedikit malu dengan adiknya. "Nabila, tolong jangan buat semuanya lebih canggung."
Nabila hanya tertawa kecil dan bergegas kembali ke dapur untuk menyelesaikan persiapan makan malam. Bu Salma kemudian mempersilakan mereka duduk di ruang tamu, memulai percakapan ringan tentang pekerjaan dan kehidupan sehari-hari. Suasana semakin cair, dan senyuman Kevin mulai terlihat lebih alami.
Setelah beberapa saat berbincang santai, Bu Salma memutuskan untuk masuk ke topik yang lebih dalam. "Kevin, boleh Ibu tanya sesuatu?" ucapnya, suaranya lembut tapi tegas.
Kevin menegakkan tubuhnya sedikit, siap mendengarkan. "Tentu, Bu. Silakan."
Bu Salma tersenyum kecil, lalu bertanya dengan nada penuh perhatian, "Jadi, apa sebenarnya rencana kamu dengan Arsy? Ibu dengar Arsy banyak berubah sejak kenal kamu. Katanya, kamu inspirasinya untuk bekerja lebih giat."
Kevin tertegun, sedikit tersipu dengan pujian itu. Ia menatap Arsy sejenak, seolah meminta izin untuk menjawab dengan jujur. Arsy mengangguk pelan, memberikan senyum yang menenangkan.
"Sebenarnya, Arsy sudah punya semangat besar sejak awal, Bu," jawab Kevin dengan nada tulus. "Dia punya hati yang baik, selalu berusaha memberikan yang terbaik dalam setiap hal yang ia lakukan. Saya hanya... beruntung bisa menjadi bagian dari perjalanan hidupnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
A Love That Appears Once in 1,000 Years (TayNew)
Roman d'amour[EDISI BARU] Terinspirasi dari cerita "Cherry Magic" dan "My Love Mix-Up", "A Love that Appears Once in 1,000 Years" mengisahkan tentang Arsy Rahman, pria sederhana berusia 30 tahun yang hidupnya terfokus pada pekerjaan dan tanggung jawab keluarga...