⑅ 4. Why Not Try? Easy~ ⑅

3 0 0
                                    

Ashel menunjuk Nusa "Tante, kakak ini namanya siapa?" semuanya terdiam, sebelum akhirnya tawa terdengar memenuhi ruangan. Untungnya mereka menyewa seluruh resto untuk kenyamanan.

"Maaf, tante lupa ngenalin anak tante. Kakak ini namanya Nusagara Witama shel"

Kepala Ashel mengangguk mengerti, bibirnya membulat membentuk huruf o, kemudian tangannya terulur ke hadapan Nusa "halo Kak Nusa, aku Varashel Andara, di panggilnya Ashel, tapi kalo udah deket boleh panggil Acel, tapi apa aja sih senyamannya kak Nusa" mata gadis itu menyipit, giginya muncul lagi.

Nusa terdiam, alih-alih sambut uluran tangan Varashel, pemuda itu justru bangkit dari duduknya.

"Permisi ke toilet" tanpa persetujuan siapapun, Nusa berlalu, tinggalkan keheningan yang menerpa meja makan 2 keluarga itu.

Ashel ikut bangkit "eh, Ashel mau ke toilet juga deh, kebelet" ujarnya dan langsung melesat pergi dari sana. Jujur saja Ashel malu, hanya ia yang senang, sedang Nusa nampaknya menolak mentah-mentah.

Sekembalinya dari toilet, Ashel lihat Nusa yang duduk di bangku taman, bibirnya mengapit sebatang rokok, jarinya tengah berusaha menyalakan korek api yang ada di tangannya.

"Halo kak Nusa" gadis itu tanpa peduli apapun menghampiri Nusa. Meski harus diakui dirinya kesal pada pemuda ini. Tapi apa boleh buat, di enggak-enggak dirinya dan Nusa akan sering bertemu, mau tidak mau.

Nusa sama sekali tak menoleh, seolah rungunya tak dengar suara lain selain suara angin. Dengan begitu, Ashel sekonyong-konyong duduk di samping Nusa tanpa permisi. Tangannya rebut korek api yang ada di tangan Nusa tanpa takut. Nusa menoleh dengan cepat, rokok di bilah bibirnya ia ambil. Saat hendak membuka suara, Ashel lebih dulu membuka mulutnya lagi.

"Rokok itu berbahaya! Kak Nusa tau? kakek aku dulu meninggal karena keseringan ngerokok"

"Balikin." pinta Nusa masih menahan emosi. Ia tak boleh terpancing pada bocah SMA seperti gadis di depannya ini.

"Kak Nusa tau? Racun apa aja yang terkandung dalam satu batang rokok ini? Ada nikotin, ada—"

Grep

Entah sejak kapan Nusa sudah menjulang tinggi di depannya, satu lengan Ashel yang memegang korek api ia cengkram ke arah tembok.

"Lo kelewatan"

Ashel meringis "kak..sakit..."

Nusa membuang muka setelah berhasil merampas koreknya kembali. Karena kehilangan mood nya untuk merokok, jadilah kedua benda itu ia simpan di dalam saku jaketnya. Tapi tak seperti yang Ashel kira kalau pemuda itu akan pergi, Nusa malah kembali duduk di sampingnya.

"Gue ga bersedia ikut perjodohan ini, jadi gue mohon sama lo buat ikut tolak perjodohan ini"

Sebesit kemudian, ingatan tentang Nusa datang dengan sendirinya. Ashel ingat sekarang dimana ia pernah melihat Nusa yang memang tak asing dalam ingatannya. Pemuda ini sama dengan pemuda yang tertidur di depan Apamart dekat rumahnya beberapa hari lalu.

"Oh, jadi itu kak Nusa! waaaah dunia beneran sempit"

Nusa mengernyit tak mengerti. Ashel yang paham bahwa Nusa tak mengerti konteks yang dibawa dirinya terkekeh.

"Kak Nusa ketiduran di depan Apamart beberapa hari lalu kan? Apamart di komplek perumahan Arden"

Tanpa sadar Nusa mengangguk.

"Iya bener"

"Jangan-jangan yang ngasih gue tote bag itu lo?"

Ashel mengangguk antusias.

"Itu namanya tak—"

"—ga mungkin takdir, ga usah ngaco"

"Marah-marah terus kaya abang Iko" gumamnya. Lalu hening melanda cukup lama.

"Kak Nu—"

"—Jangan panggil gue Nusa. Acel, Ashel atau siapapun lo, gue kasih pengertian sekali lagi! Pertama, gue ga berniat buat setuju sama perjodohan ini; kedua, gue udah punya pacar; ketiga, jangan panggil gue Nusa karena itu cuma buat pacar gue; keempat, jangan sok akrab"

Ashel terpaku, jika saja wajah tampan ini dapat tersenyum meski sebentar, pasti dirinya akan langsung jatuh cinta saat itu juga. Sayangnya pemuda ini sudah memiliki kekasih ya...

Ashel tertunduk, ia terkekeh pelan "udah? Segitu doang?" demi kolor Jericho yang tak pernah berganti dalam seminggu, bukan ini sebenarnya yang ingin Ashel katakan. Ia hanya ingin mengatakan 'yasudah, mau bagimana lagi?' kenapa yang keluar dari mulutnya malah seperti ini?

Lagi, reaksi Ashel mampu buat Nusa kerutkan dahinya dalam-dalam.

"Kak Nusa, aku bakal tetep panggil Kak Nusa. Kak Nusa punya pacar? It's not my problem, kak Nusa bisa bilang itu ke seluruh dunia" Acel bangkit dari duduknya, gadis itu menjulang di hadapan Nusa, senyum hangatnya turut hadir. Sial, kalau sudah begini apa boleh buat? Lanjutkan saja aksi sok kuat nya ini.

"Aku juga ga mau jadi pihak jahat. Tapi..why not try? Kita bisa ketemu 3 kali di setiap weekend, abis itu kalo emang ga cocok, Kak Nusa boleh pergi. Kak Nusa boleh lakuin apapun yang kak Nusa mau, toh kalo emang mau bilang kita ga cocok, ga mungkin kan sebelum kenal lebih jauh tiba-tiba kita bilang ga cocok? That doesn't make sense, gimana? Kak Nusa setuju?" bulshit, bisa-bisanya semua kata berani itu keluar dari mulutnya sendiri.

Uluran tangan hadir lagi, Nusa sedikit menengadah untuk benar-benar melihat ekspresi apa yang Ashel tampilkan.

Gadis itu mengangkat satu alisnya "aku ga maksa..."

Saat uluran tangan Ashel hendak ia urungkan lagi, Nusa menyambutnya, sedikit menariknya agar pemuda itu dapat berdiri dengan benar.

"Oke, pegang janji lo, abis 3 kali ketemu, kita selesai Varashel"

Ashel terkekeh, mengayunkan tangan keduanya yang berjabat "of course, besok jangan lupa jemput aku ya, aku berangkat sekolahnya jam 8 pagi, jangan lupa!"

Begitu Nusa hendak buka mulut ingin menolak, Ashel sudah menarik tangannya lebih dulu dan berlalu pergi dengan cepat. Sedang pemuda itu terdiam di tempat, mengobrol sebentar dengan anak gadis berusia 17 tahun itu saja sudah mampu menguras habis sisa energinya.

Tapi menarik juga, ia kira Varashel akan menurut saja saat dirinya pinta gadis itu untuk ikut menolak perjodohan ini. Tau-taunya ia malah diberi penawaran sekaligus solusi, Varashel cukup pintar.

"This will be easy" ujar Nusa sebelum akhirnya turut meninggalkan tempat itu.

Love is YourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang