⑅ 5. Kasta ⑅

4 0 0
                                    

Nusa bersiap untuk pergi ke kampusnya. Sebenarnya kelasnya untuk hari ini di undur sampai lusa. Tetapi karena sang cinta punya kelas di siang hari, jadilah Nusa hendak mengantar gadis itu sampai kampus dengan selamat.

Tetapi saat tiba di apart tempat tinggal Sea, gadis itu sudah tak ada di sana. Ia kirim pesan sejak keberangkatannya kesini menjemput sang cinta pun sama sekali tak ada balasan. Teleponnya sama sekali tak di angkat, kemana sebenarnya Sea pergi?

"Jangan buat gue hawatir Se" lagi, Nusa coba hubungi Sea. Dan akhirnya tersambung, Nusa akhirnya dapat bernafas lega sekarang.

"Kamu dimana Ay? Aku di apart kamu, ada kelas kan hari ini?"

Cukup lama Sea terdiam, beberapa kali Nusa panggil nama kasihnya pun tak dapat sambutan.

"Ya? Kamu kenapa?"

"Gapapa, sorry Sa, aku udah di kampus nih, tadi ada rapat BEM kebetulan, baru selesai jadi baru sempet angkat telepon"

Dahi Nusa berkerut, alisnya hampir menyatu, ia cek sekali lagi ponselnya kalau ini benar-benar memang Sea. Suara Sea berbeda, seperti sehabis menangis.
"Se, kamu ga bisa bohong, kamu dimana? Aku susul"

"No, i'm oke Sa, suaraku bindeng ya? Aku bersin daritadi, mungkin mau flu, kamu pulang aja, aku pulang nanti kayanya mau barengan sama Haning, kebetulan ada tugas yang harus kita kerjain bareng"

Nusa menghela nafas "yaudah, hati-hati Se, nanti malem aku kesini bawa obat"

Di sebrang sana, Sea hanya berdehem sebelum akhirnya memutuskan sambungan tanpa pamit. Sea belum pernah seperti ini sebelumnya. Tapi segala pikiran buruknya ia tepis jauh-jauh.

Sedangkan di tempat lain. Sea memang betulan menangis, di hadapan Mama Nusa yang duduk berhadapan dengannya di sebuah resto private room.

Beberapa jam lalu, apartemennya di datangi beberapa orang tak dikenal, bersama Mama Nusa yang turun dari mobil yang tak bisa Sea perkirakan harganya.

Selama 4 tahun bersama Nusa, ia memang tak pernah bertemu langsung dengan Rena. Ia hanya sekedar tahu kalau Nusa adalah anak tunggal dari Witama Group. Baru sekarang lah dirinya bertemu langsung.

Sea berdiri kikuk dihadapan Rena. Gadis itu memang belum bersiap dan masih mengenakan kaos oblongnya, rambutnya juga belum tertata rapi, penampilannya yang sangat biasa sangat kontras dengan apa yang dipakai Rena di hadapannya saat ini. Bajunya sudah dipastikan dari brand terkenal, tatanan rambutnya mencerminkan Ibu konglomerat, jari-jarinya dihiasi berlian putih cantik yang tak bisa dikisar dengan kepala Sea.

Rena nampak memindai tubuh Sea dari atas kepala sampai ujung kaki, yang makin buat dirinya ciut, kalau bisa dirinya ingin jadi debu halus jalanan saja sekarang.

"Kamu Searuna Isabel? Betul?"

Sea mengangguk dengan cepat "betul tante"

"Ikut saya, ada hal yang harus kita bicarakan" Rena berbalik, pintu mobilnya sudah kembali dibukakan. Tetapi saat kaki itu hendak melangkah memasuki mobil, suara Sea menariknya kembali.

"Maaf, untuk apa ya tante? Kebetulan hari ini saya ada kelas siang, dan saya juga belum siap kalau harus pergi sekarang"

Rena berbalik lagi, dan lagi-lagi matanya memindai Sea dari atas sampai bawah. Wanita paruh baya itu sedikit tersenyum, matanya melirik ke arah pria yang nampak lebih tua. Seolah mengerti, pria itu maju.

"Begini mba Sea, untuk kelas siangnya soal gampang, nanti pihak kami yang urus. Lalu untuk penampilan, anda bisa mengikuti kami dulu untuk sekarang, nanti kami akan mengarahkan"

Karena Sea di lihat begitu banyak pria ber jas hitam dan berbadan kekar, gadis itu jadi ciut lagi. Dengan gerka ragu-ragu, Sea membuntuti Rena untuk masuk ke dalam mobil. Entah ke mana dirinya akan dibawa pergi, keselamatan nyawanya lebih penting.

Dari apartemennya, Sea dibawa ke sebuah butik besar. Gadis itu beberapa kali melewati butik ini saat berkencan dengan Nusa. Butiknya besar dan megah, dari kaca di depan yang menampilkan beberapa koleksi ternama, Sea tahu kalau tempat ini adalah bukan tempat untuk dirinya. Tapi sekarang dia ada disini dengan mudahnya, dipilihkan beberapa baju yang sesuai dnegan ukurannya, cukup banyak. Sepatu-sepatu dan jam juga diberikan secara percuma. Jujur saja Sea bingung dan senang? Karena ia merasa diperhatikan oleh Mama Nusa, yang pastinya akan jadi mertuanya suatu hari nanti kan?

Setelah dari sana, Sea dibawa ke salon kecantikan. Kuku-kuku jarinya di percantik, kepalanya dipijat, rambutnya di tata dengan ayu, wajahnya dirias tipis. Hari ini dirinya bagai princess dari anak ratu dan raja yang punya segalanya. Bebas beli apapun tanpa perlu memikirkan biaya.

Dari semua yang ia lakukan hari ini, Rena hanya duduk di sofa seraya menanti, membaca majalah-majalah yang ada. Begitu terus sampai ke tempat terakhir ini, di resto yang mana akan jadi tempat yang paling ia benci.

Keduanya memasuki resto dengan santai, lalu berbelok ke ruang private di lantai dua. Sajian makanannya banyak, sampai-sampai Sea bingung harus makan dari yang mana dulu. Lalu sebuah percakapan terjadi.

"Anak saya akan saya jodohkan"

Sendok yang ada di tangan Sea  begitu saja. Dirinya bagai di sambar petir di siang bolong. Benar, siapa yang tak terkejut dengar berita seperti ini? Nusagara, Nusanya, kekasihnya, cintanya, akan dijodohkan katanya?

"Nusa adalah anak tunggal Witama, saya yakin kamu sudah tau hal itu. Nusa punya kewajiban meneruskan perusahaan Ayahnya suatu hari nanti, dia perlu masa depan yang pasti, dan kamu bukanlah jalan dimana Nusa akan raih apa yang seharusnya ia raih. Kamu paham kan apa maksud saya? Kamu dan Nusa tidak setara"

Rena masih memakan makanannya dengan santai, wanita itu tak tahu kalau hati gadis yang duduk di depannya telah hancur berkeping-keping.

"Tante ga bisa begini...saya cinta Nusa, saya juga yakin Nusa pun begitu" bulir-bulir air mata mulai jatuh. Entah kenapa rasanya sesakit dan se sesak ini.

Nusa adalah satu-satunya orang yang mengerti dirinya. Saat semua orang coba hindari Sea, Nusa justru datang mengulurkan tangannya dengan percuma. Sea butuh Nusa, dan Nusa butuh Sea. Keduanya memang saling membutuhkan, sampai pada akhirnya saling bergantung. Cinta jadi landasan keduanya untuk berbagi kasih.

"Rupanya kamu masih belum mengerti" Rena meletakkan sendoknya ke atas meja dengan tenang, mulutnya ia sapu dengan sapu tangan yang ada di meja.

"Dengar baik-baik, saya tak akan mengulang untuk yang kedua kalinya. Nusa dan kamu tidak setara, kamu tau mengapa saya berkata demikian? Benar apa yang kamu pikirkan, Nusa berada di kasta tinggi, sedang kamu ada di kasta tengah, bahkan rendah. Ibu kamu meninggal, sedang Ayah kamu hanya tau cara mabuk-mabukan dan berjudi bukan? Dengan begitu kamu bisa sampai disini. Saya tahu kamu sudah berusaha sedemikian rupa untuk tak lagi terjerat dalam tali kemiskinan, tapi sekali lagi, kasta kita tetap berbeda. Tak mungkin Nusa seorang anak dari Witama menikah dengan kamu anak seorang penjudi. Nusa butuh teman setara, yaitu anak yang akan saya jodohkan dengan Nusa. Dia juga lebih cantik dan manis daripada kamu, dia lebih cerdas dan pintar daripada kamu, dan yang paling penting kasta nya dan kasta anak saya setara" sambungnya. Wanita itu mengeluarkan amplop coklat dengan isi yang cukup tebal.

"Itu dollar Amerika, mungkin jumlahnya cukup untuk kamu kuliah sampai lulus nanti. Kalau butuh pekerjaan setelah lulus, datang saja ke Witama Group, akan saya pastikan kamu bekerja di sana"

Saat itulah telepon dari Nusa terdengar nyaring. Padahal sebelumnya dalam volume yang sama, dering ponselnya seakan tak terdengar siapapun.

Rena bangkit setelahnya, ia berjalan dengan anggun ke arah pintu keluar "mengertikan? Jauhi anak saya mulai sekarang" baru setelahnya Rena tinggalkan ruangan itu sepenuhnya.

Saat itulah tangis Sea pecah. Kenapa begini? 4 tahunnya bersama Nusa kenapa harus jadi seperti ini? Apa yang harus ia katakan pada Nusa? Kalau-kalau dirinya tak turuti permintaan ini, dirinya tak akan kenapa-kenapa bukan? Tak mudah untuk dirinya bersama Nusa sampai sekarang. Banyak yang harus dilalui, kenapa hancurnya semudah ini?

"Nusa, what should I do?"

Saat Sea menunduk, ia dapat melihat penampilannya yang cantik, tapi miris sekali nasibnya seperti ini. Dandanannya yang cantik jadi seperti wanita murahan yang dapat ditawar dengan uang dan barang mewah. Seharusnya sejak awal, ia tak membuka pintu, seharusnya tadi ia berbalik saja dan tak mengikuti Rena sampai kesini.

Kesenangannya tadi.....rasanya memalukan.

Love is YourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang