4

182 24 0
                                    

Typo

***

"Haerin..." Hanni memegang pundak Haerin yang tengah asyik melamunkan sesuatu, "Sebenarnya kau ini kenapa? Akhir-akhir ini kau sering melamun, aku takut kau kenapa-kenapa. Jika ada masalah, tidak perlu sungkan untuk berbagi denganku,"

"Kepadaku juga," nimbrung Sullyoon.

Haerin tersenyum simpul lalu menggeleng pelan, dia juga memegang punggung tangan Hanni yang ada di pundak kirinya, "Aku tidak apa-apa. Kalian tidak perlu khawatir,"

"Masalahnya kami sudah kelewat khawatir, Haerin," balas Sullyoon, "Sudahlah, turunkan egomu sedikit saja dan beritahu kami apa yang sedang kau pikirkan akhir-akhir ini? Apa tentang adikmu? Atau Eommamu?"

Haerin menggeleng, "Bukan tentang mereka,"

"Lalu?"

Haerin nampak ragu untuk mengatakan hal yang sudah dipendam selama beberapa hari terakhir ini, dia takut kalau respon kedua temannya berbeda seperti apa yang dirinya harapkan.

"Haerin, kenapa diam?" tanya Hanni lembut.

"Emh..." Haerin menggigit bibir bawah bagian dalamnya, dan menatap satu per satu sepasangan mata milik temannya, "Aku... sedang memikirkan seseorang,"

"Siapa?"

"Laki-laki,"

"Ya'! Haishh...! Hanya karena seorang laki-laki kau seperti ini? Haishh!!" kesal Sullyoon sambil membenturkan punggungnya kasar ke sandaran kursi. Dia pikir diamnya Haerin karena sedang ada masalah besar, tahunya hanya masalah laki-laki. Dia menyesal sudah memaksa Haerin bersuara.

"Iya aku tahu..." Haerin berujar pelan, "Hanya saja masalahnya tidak semudah itu, Sullyoon,"

"Lantas apa masalah seriusnya?" bukan Sullyoon yang bertanya, melainkan Hanni.

"Aku... huff! Aku... AkuMenyukaiLelakiYangSudah
MemilikiPasangan,"

"HAH?"

Haerin hanya menunduk melihat jemari di pangkuannya, tak berani menatap kedua temannya yang pastinya sedang dibuat geleng-geleng oleh tingkah lakunya.

"Sudah memiliki pasangan? Astaga! Kepalaku pusing," Hanni memijat pangkal hidungnya karena kepalanya berdenyut sakit. Dia juga tidak habis pikir dengan pengakuan Haerin barusan.

"Oh, itu gila. Aku sama sekali tidak menyangka," Sullyoon menyesap minuman miliknya dan menatap ke arah yang lain, tak mau menatap Haerin yang merasa otaknya minggat dari kepala.

"Aku tahu," cicit Haerin yang masih belum berani untuk sekedar mengangkat kepalanya. Dia juga malu karena harus memiliki rasa untuk laki-laki yang sudah memiliki tambatan hatinya sendiri.

Tapi, mau bagaimana lagi? Haerin tidak bisa mengendalikan hatinya agar tidak jatuh pada Danielle.

Hanni kemudian mencengkram dan menarik bahu Haerin kasar agar menatap dirinya, "Jika kau tahu, kenapa kau masih menyukainya?! Hah?! Kau tahu itu salah, bukan? Lantas, mengapa?!"

Haerin diam, tapi tidak urung amarahnya juga tersulut saat diperlakukan seperti itu. Alhasil, dia menepis tangan Hanni kasar lalu berdiri dengan sarkas, "Karena aku tidak tahu kalau dia sudah MEMILIKI PASANGAN!! Mengerti?!"

Dada Haerin kembang kempis setelah tak sengaja berteriak di hadapan wajah Hanni di depan semua mahasiswa di kantin, Hanni juga nampak syok karena hal tersebut, jangan lupakan Sullyoon.

Selang beberapa saat, Haerin mengusap wajahnya kasar, dia memakai tas sama kasarnya dengan bentakannya tadi dan memilih pergi dari sana tanpa meninggalkan satu patah kata saja.

Beautiful Art [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang