Bab 13 ; ☆ Atap Pada Malam Itu

120 15 0
                                    

Deg.

Kalimat panjang itu mampu membuat Asha gugup, sumpah, ia kira Bintang akan membahas hal lain, apa apaan ini, confess ditengah ramainya lalu-lalang manusia, oh ayolah, ia bisa membalasnya, namun ia hempaskan itu, ia malu.

Naluri rubahnya mengatakan untuk naik ke atap, iya atap. Entah kenapa ia menaiki atap itu, melalui tangga darurat lagi, dan Bintang yang kaget melihat sang pujaan hati berlari menaiki tangga, sedikit heran, apa rubah kecilnya menolaknya, atau butuh waktu untuk membalas perasaan Bintang, atau dia malu, bagaimana jika dia benar-benar malu??, banyak sekali pertanyaan dibenak Bintang.

Namun ia singkirkan dahulu pertanyaan bodoh dibenaknya, ia segera menyusul rubah kecilnya, pikirnya, si rubah akan pergi ke kelasnya, apakah ia tidak takut?. Tapi jawabannya salah, setelah melewati koridor kelas si rubah, ia tidak berbelok, melainkan melanjutkan naik sampai ke atap, kaki rubah itu gesit sekali berlari, benar-benar seperti rubah.

Dan saat sampai di atap kampusnya, peluh keringat membasahi kening dan tubuh rubah kecil itu, ia lelah, ia butuh istirahat, maka ia membuka botol minum yang sempat ia bawa, minum dan mencari tempat untuk duduk, ia diam, memikirkan, 'apa, apa yang baru saja terjadi, perasaan konyol apa ini?.' Batinnya berucap.

Asha kini sedang memikirkan jawaban apa yang akan ia kasih kepada temannya tadi itu, apa ia harus langsung to the point, ah tidak! jangan gegabah, ia harus memikirkannya 10x dahulu sebelum mulut nakalnya ini berucap.

Hanyut dalam pikirannya itu, ia menoleh ke arah pintu tangga darurat yang terbuka, menampilkan sosok bahu lebar, tampan sekali, meski dengan banyak keringat, pikirannya kemana-mana sekarang.

Dan itu, Bintang.

"Sha astaga lo lari cepet banget gue ngos-ngosan ngejar lo sampe kesini, ngapain ke atap Sha? lo bisa nolak gue kok kalau emang perasaan lo bukan buat gue, lo bisa kok ka-" Ucapannya berhenti disitu karena pemuda Aries itu dengan tiba-tiba memeluknya, sangat erat, erat sekali.

"ENGGAK! Bintang! gue emang baru 30% hati gue buat lo, maka dari itu, bikin gue jatuh cinta sama lo Bin, bikin gue selalu ada dalam pikiran konyol lo itu, bikin gue jatuh dalam sedalam-dalamnya ke jurang cinta buatan lo, Bin, gue ga nolak lo, tapi gue juga ga nerima lo, tunjukin effort lo buat gue! bikin gur jadi milik lo, Bintang."

Setelah sang rubah mengatakan hal tersebut, pipinya menjadi merah merona, untung ia memeluk Bintang, jika tidak ia akan musnah, ia semakin mengeratkan pelukannya itu, nyaman sekali bersandar didada bidang milik kekasihnya eh-.

Dan Bintang yang mendengar penuturan dari rubah kecilnya, ia ber-smirk kecil, ujung bibirnya ia naikan, kecil, sampai tidak terlihat, jantungnya berdetak kencang, semoga orang yang memeluknya tidak mendengar ini, sebenarnya, ia ingin dan sangat ingin sekali teriak, tapi ia menjaga imagenya.

"I see, i'll try, little foxie." Balasnya. Setelah itu, ia memeluk pujaan hatinya ini, terdengar suara mendengkur, rubah kecilnya ternyata tidur. Segera ia menggeser pelukannya, meminddahkan Asha untuk tiduran di atas paha kokoh miliknya. Perlahan namun pasti, sekarang kepala mungil itu sudah tidur di atas pahanya.

"Sweet dream, little foxie." Lalu ia mencium kening Asha, lama. Merasakan halusnya kulit bidadari di depannya ini, bergumam dalam hatinya 'aku akan bikin kamu jatuh kedalam jurang cinta ini, Sha, sampai kamu gak akan nemu jalan keluarnya, kecuali ke pelukanku.'

Dalam indahnya langit malam ini, beratus-ratus Bintang kini menatap kedua anak adam yang sedang jatuh cinta ini, seperti tidak ada hari esok, melihat Bintang itu indah, yakan? apalagi lihatnya dengan orang yang kita cintai.

.
.
.
.

"Cello, Jemy, lihat Asha ngga? gue cari daritadi ngga nemu, sumpah gue tanya anak lain pun ngga ada yang lihat dia kemana, gue khawatir banget sumpah." Ujar Winka dengan raut wajah paniknya itu, bagaimana jika temannya itu diculik? meskipun temannya itu bodoh sekali, ia tetap temannya, teman bodohnya.

"Sumpah Ka, gue cari daritadi pun ngga ketemu, gue udah coba hubungin dia dari tadi pesan dan telepon gue ngga dibales, gue takut banget please, semoga dia baik-baik aja." Balas Jemian dengan penuh kekhawatiran, apa yang terjadi dengan Asha sekarang ini?.

"Sama, Jem, Ka. Gue ngga nemu informasi apapun, terakhir cuman Januar yang lihat, katany ke toilet, gue cari dari toilet atas sampai bawah pun ngga ada, kita cari informasi kesiapa lagi?." Adu Cello, tiba-tiba ide dalam pikirannya muncul.

"Ah! gue tau, kita coba hubungi temen-temenya si Bintang, gue coba tanyain satu-satu". Hanya dibalas anggukan setuju dari kedua temannya, ia menelepon satu persatu teman cowok itu, mereka semua bilang, tidak melihatnya. Dan bahkan kata Karin, Bintang pun hilang, tidak tahu mereka Bintang itu, sebab terakhir mereka ketemu diawal acara saja.

Akhirnya setelah berdiskusi ditelepon, mereka memutuskan untuk bertemu didepan fakultas hukum, mencoba menyusun rencana pencarian Bintang & juga Asha.

Pencarian mereka akan dibagi rata, Karin dan Marka akan mengecheck seluruh gedung lantai dua dan tiga, Cello, Winaka, dan Jissa akan mengecheck di area luar kampus dan lantai satu, Januar dan Jemian akan mengecheck ke lantai empat dan lima. Jika tidak ada yang menemukannya satupun, titik kumpul mereka ada ke atap, dan jika tidak ada, mereka akan menghubungi petugas berwajib.

.
.
.
.

Setelah sejam setengah pencarian, nihil, Karin, Marka, Cello, Jissa, Januar, Jemian, Winaka, tidak menemukan apapun di tempat itu, mereka berkumpul didepan tangga menuju atap, menaiki tangga itu bersama-sama, membutuhkan lima menit untuk sampai ke atas sana, pegal, tentu. Namun demi temannya akan mereka lakukan apapun.

"Gue buka knopnya, siapin senaja yang udah kalian bawa." Ujar Marka selaku tertua, senjata yang dimaksud adalah flash, ponsel, sapu, pengki, katanya untuk jaga-jaga.

Setelah Marka membuka knop pintu itu, mereka melihat dari kejauhan ada kedua sosok yang sedang tidur, sambil berpelukan, Karin dan Winaka segera mengeluarkan flash dan ponsel untum dokumentasi, siapa tau ini momen berharga, kan?.

Mereka semakin mendekat kepada dua sosok yang sedang berpelukan itu, melihat wajahnya, mereka kaget, Asha dan Bintang ada disini.

"Yeu dasar beban dicariin malah asik berduaan mana tidur lagi dasar lo". Kata Winaka, berceloteh sembari memotret momen langka ini.

"Kok bisa mereka di atap si anjir pantes dicariin kemana mana kaga ada dasar." Kali ini Januar bersuara.

"Mereka jadian gak sih, tuh udah peluk-pelukan." Tanya Cello.

"Masa jadian sih, ini dibangunin ngga ya, kasian, apa kita biarin aja mereka disini?." Dan ini Marka, kata Winaka dan Jemian, bangunkan saja, masalahnya sudah pukul 11.27, mereka lanjut di kampus saja besok pacarannya.

"Woy bangun njir dasar beban lo gue sama yang lain nyariin malah asik tiduran dasar monyet bangun gak, lo mau tidur disini kah." Celoteh Jemian dan Cello, sedangkan Winaka masih asik memotret mereka, dan sekarang bahkan berganti kevidio.

"Ganggu orang pacaran aja sih, apaan emang jam berapa sekarang sih?." Tanya Bintang yang terbangun, ulah Cello menggoyangkan tubuhnya.

"Setengah 12 bego, lo mau tidur disini apa gimana tolol, bangun gak lo udah malem banget ini cepet." Kali ini Marka.

"HAH, OKE OKE GUE BANGUN, Sha bangun Sha tidurnya lanjut di rumah lo aja Sha, pulang yuk pulang."

Asha terbangun, kaget, mengapa ia disini, mencoba mencerna situasi, dan ia baru ingat, sekarang ia harua pulang, pasti Bundanya khawatir di rumah.

ㅤ          ..   . ㅤ𑇛  ֹ ﹙✩﹚ ׅ  𝆬  ☆ ⤿ ׁ ֶָ֪  𓆩♡𓆪 𝅄 ⋆

AUTHOR'S NOTE; Halo lagi!, aku lagi semangat untuk update, kesimpulan dari chap ini, BinSha belum jadian ya, mereka tuh kayak, hts-an dulu gitu! part selanjutnya bakalan bucin bucin dan bucin, anyways, kalau mau kasih saran boleh dikomentar atau dm ya!, jangan lupa votenya temen-temen, terimakasih  dan see u dinext chapter ♡.

。゚゚・。・゚゚。
゚。 fully love ; E'blu ☆. 💭

PARTNER MAIN GAME - HYUCKREN [FIN] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang