Novel ini mengisahkan tentang Yohana, seorang wanita muda yang kehidupannya berakhir tragis akibat pembantaian pada tahun 1691.
Dia meninggal bersama bayinya yang belum lahir dalam peristiwa mengerikan itu. Namun, kini rohnya bangkit kembali dalam...
Semenjak saat itu Slamet dengan setia menjaga Yohana, dan seiring berjalannya waktu, perasaan cinta dan kasih sayang pun tumbuh di dalam hatinya. Setiap hari, ia berada di samping Yohana, merawat dan melindunginya dengan penuh perhatian. Namun, Slamet merasa bahwa cinta mereka takkan pernah lengkap jika Yohana terus tinggal di tempat yang sunyi dan hampa.
Dengan keputusan bulat dalam hati, Slamet akhirnya mengungkapkan niatnya kepada Yohana. Dengan lembut, ia menawarkan tangan dan hatinya kepada Yohana, ingin menjadikannya istrinya untuk selamanya. Slamet ingin membawa Yohana pergi dari tempat itu, menjauh dari kesendirian dan kesedihan yang melingkupinya.
Dalam setiap kata dan gerakannya, Slamet menunjukkan keikhlasan dan keinginannya yang tulus untuk melindungi dan mencintai Yohana. Baginya, Yohana adalah segalanya, dan ia bersedia melakukan apa pun untuk membuatnya bahagia.
Meskipun Slamet telah dengan tulus menyatakan perasaannya dan menawarkan cintanya kepada Yohana, namun Yohana tak pernah menerima lamaran pernikahan itu. Meskipun Slamet telah memberikan segala yang ia miliki, termasuk perlindungan dan kasih sayang, Yohana masih terikat pada kenangan masa lalu yang menyakitkan dan tak dapat melupakan anaknya yang telah tiada.
Dalam hati Yohana, bayangan anaknya yang tercinta masih selalu menghantuinya. Meskipun Slamet berusaha keras untuk menyembuhkan luka-luka masa lalunya, namun Yohana belum siap untuk melupakan masa lalunya dan menerima Slamet sepenuhnya. Baginya, bayi yang pernah ia kandung adalah bagian tak terpisahkan dari dirinya, dan rasa bersalah serta duka yang mendalam masih menguasai hatinya.
Meskipun Slamet sangat mencintai Yohana dan bersedia melakukan apa pun untuknya, namun ia juga menghargai keputusan dan perasaan Yohana. Dengan hati yang terpukul dan penuh dengan rasa sakit, Slamet harus menerima kenyataan bahwa cintanya mungkin takkan pernah terwujud dalam bentuk pernikahan yang diinginkannya.
Dalam 200 tahun sejak kejadian tragis itu, Slamet tidak pernah berhenti datang ke tempat Yohana berada. Setiap hari tertentu, Slamet selalu hadir untuk mengunjungi Yohana, membawakan bunga-bunga indah, dan mengulang lamarannya dengan penuh harap. Meskipun Yohana tak pernah menerima lamarannya, Slamet tetap bertekad untuk menjaganya dan merawatnya.
Slamet sadar bahwa Yohana masih terluka dan terpengaruh oleh masa lalunya yang kelam. Oleh karena itu, ia selalu berusaha untuk memberikan dukungan dan perlindungan yang Yohana butuhkan. Dengan lembut dan penuh kasih, Slamet selalu mengingatkan Yohana untuk tidak menyakiti manusia dan tetap menyayangi mereka.
Meskipun Yohana kadang-kadang kehilangan kendali dan menampakkan sisi gelapnya, Slamet tetap setia mendampinginya. Dia memahami bahwa Yohana adalah korban dari masa lalu yang tragis, dan ia bertekad untuk membantunya melewati setiap tantangan yang dihadapinya. Baginya, Yohana adalah segalanya, dan dia siap melakukan segala yang dia bisa untuk melindunginya dan membuatnya bahagia.
***************
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Di tengah pertemuan antara Sidik, yang kini dikenal sebagai Buyut Kakung, dan Slamet, tanpa disadari, Yohana muncul di balik jendela. Namun, Yohana terlihat berbeda dari sebelumnya. Tubuhnya tampak lebih besar, rambutnya semakin panjang, dan wajahnya memancarkan aura yang menakutkan. Slamet yang selama ini takut akan perubahan tersebut, kini menyaksikan Yohana yang telah berubah menjadi Kuntilanak Merah, sebuah bentuk yang kehilangan kendali sepenuhnya.
Dalam keadaan seperti itu, suasana pun menjadi tegang. Sidik dan Slamet sama-sama tersentak oleh penampakan Yohana yang menakutkan itu. Mereka berdua sadar bahwa Yohana telah kehilangan kendali sepenuhnya dan menjadi ancaman bagi mereka. Dalam keadaan genting seperti ini, mereka harus bertindak cepat untuk mengatasi situasi yang semakin mencekam.
Yohana memancarkan aura jahat yang membuat udara sekitarnya menjadi semakin mencekam. Angin berhembus kencang, menyebabkan obor-obor di jalanan mati, meninggalkan mereka dalam kegelapan total. Dengan tatapan penuh niat membunuh, Yohana menatap Sidik, memperlihatkan kekuatan dan kemarahan yang memenuhi dirinya. Sidik dan Slamet merasakan ancaman yang mendekat, dan mereka harus bertindak dengan cepat sebelum keadaan semakin memburuk.
Slamet: "Apa yang terjadi? Mengapa Yohana berubah menjadi hilang kendali seperti ini? Ada sesuatu yang memicu amarahnya dengan sangat kuat."
Sidik: "Aku telah menebang pohon beringin, tempat tinggal Yohana."
Slamet: "Kau memang tetap bodoh dan tak pernah berubah."
Setelah Sidik menjelaskan bahwa dia telah menebang pohon beringin tempat tinggal Yohana, Slamet mendekati Yohana dengan hati-hati, berusaha memberinya delusi lagi untuk menenangkan dirinya. Namun, Yohana menolak keras dan dengan penuh amarah, Yohana mementalkannya dengan kekuatan gaib, membuatnya terpental ke belakang hingga menabrak dinding. Sidik memandang dengan penuh penyesalan, menyadari bahwa tindakannya telah memicu kemarahan Yohana yang dahsyat.
Sementara para warga desa yang mengejar pelaku pemakan ternak, mereka mendengar suara keras dari rumah Buyut Kakung. Dengan penuh keheranan, mereka berbondong-bondong menuju rumah itu. Namun, keheranan mereka berubah menjadi ketakutan ketika mereka tiba di sana. Di luar rumah Buyut Kakung, mereka disambut oleh Kuntilanak merah yang marah, aura kegelapan menyelimutinya, dan tatapannya penuh amarah. Warga desa terdiam, tidak percaya pada apa yang mereka lihat, sementara kepanikan melanda hati mereka.
Salah satu dari mereka berusaha melantunkan ayat suci Al-Quran, berharap untuk mengusir Yohana. Namun, rencana itu berbalik menyerang mereka. Yohana merespon dengan melolong kesakitan dan kepanasan, terdengar seperti jeritan jiwa yang terbakar. Dalam kemarahan dan rasa sakit, Yohana melancarkan serangannya, menyakiti beberapa dari mereka hingga mengakibatkan kematian. Kekuatan gelap yang mengendalikan Yohana semakin kuat, membuatnya semakin tidak terkendali. Para warga desa yang masih hidup terkejut dan ketakutan, mereka menyadari betapa berbahayanya Yohana dalam keadaannya yang sedang marah.
Buyut Kakung, atau Sidik, keluar dari rumahnya dan berdiri di hadapan Yohana yang sedang mengamuk. Meskipun Yohana masih dalam keadaan marah, kehadiran Sidik membuatnya sedikit tenang. Namun, ketenangannya tidak berlangsung lama. Yohana menggunakan kekuatan gaibnya untuk mencekik Sidik, mengangkatnya ke udara dengan kekuatan yang tak terlihat, membuat Sidik tercekik.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Para warga segera melantunkan ayat suci Alquran dan melemparkan garam ke arah Yohana yang sedang mengamuk. Yohana merintih kesakitan saat garam menyentuhnya, lalu dengan kekuatan gaibnya, dia melayang menjauh dari kerumunan, membawa Sidik yang masih tercekik di lehernya. Buyut Kakung melayang dengan wajah yang pucat dan terengah-engah, terjepit di antara kekuatan gaib Yohana dan rasa sakit yang membelenggunya.
Yohana menyeret Sidik dengan kekuatan gaibnya, menghantamnya ke pepohonan dan rumah-rumah warga, menyebabkan Sidik terluka parah. Dengan kekuatan gaib yang ganas, Yohana menjatuhkan Sidik di atas genteng, membuat genteng rumah warga hancur berkeping-keping. Sidik terbaring lemah di antara reruntuhan, tubuhnya penuh dengan luka dan patah tulang.