Bab 9 (END)

29 4 0
                                        

Setelah mengakui semua perbuatannya, Sidik ditahan dan diadili atas tindakannya, meskipun kasus tersebut terjadi beberapa abad yang lalu. Negara pun turut terlibat dalam penyelidikan, membongkar tanah di sekitar pohon beringin untuk mencari bukti.

Dalam proses penggalian, ditemukanlah banyak bekas tulang dari korban tragedi masa lalu, termasuk jasad Yohana yang ditemukan bersama dengan tulang-tulang kecil yang merupakan sisa-sisa jasad anaknya. Temuan ini mengungkapkan kekejaman yang terjadi di masa lalu dan memberikan keadilan bagi para korban yang telah lama menghilang. Sidik harus menerima konsekuensi dari perbuatannya, sementara desa berusaha untuk memperbaiki dan menyucikan masa lalunya.

Semua tulang-tulang yang ditemukan dimakamkan dengan penuh penghormatan di makam pahlawan desa tersebut. Meskipun tragedi tersebut terjadi pada masa yang gelap, para korban diakui sebagai bagian dari perjuangan melawan penindasan dan penjajahan.

Proses pemakaman tersebut menjadi momen refleksi bagi seluruh desa, di mana mereka menghormati dan menghargai pengorbanan. Pemakaman Yohana dan anaknya di makam umum menjadi simbol penghormatan bagi keduanya dan semua korban.

Warga desa berkumpul di sekitar makam umum. Mereka membawa obor yang memancarkan cahaya keemasan, memperlihatkan wajah-wajah yang penuh harap dan doa. Di tengah-tengah kerumunan, terdapat dua buah makam yang menjadi pusat perhatian: makam Yohana dan anaknya yang terpisah namun bersebelahan.

Dalam langkah-langkah terakhirnya menuju penjara yang akan menjadi penjara abadi baginya, Sidik atau yang kini dikenal sebagai Buyut Kakung, diizinkan untuk menghadiri upacara pemakaman bersama warga desa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dalam langkah-langkah terakhirnya menuju penjara yang akan menjadi penjara abadi baginya, Sidik atau yang kini dikenal sebagai Buyut Kakung, diizinkan untuk menghadiri upacara pemakaman bersama warga desa. Dalam kerumunan orang-orang yang berkumpul di sekitar makam umum, Sidik berdiri dengan tatapan yang penuh penyesalan dan rasa bersalah.

Di bawah sinar mentari yang redup, warga desa menyampaikan doa-doa terakhir bagi para korban dan roh yang telah pergi. Sidik memperhatikan setiap gerakan dan ungkapan rasa dari penduduk desa yang telah lama dia tinggalkan. Hatinya dipenuhi oleh rasa sesal yang mendalam atas semua kesalahan yang telah dia lakukan.

Saat upacara pemakaman berlangsung, Sidik menyadari bahwa meskipun tubuhnya mungkin terkurung dalam penjara. Dia menyadari bahwa dia tak akan pernah bisa melarikan diri dari kesalahan dan dosa-dosanya, bahkan selama berabad-abad pun.

**********

Dalam dinginnya kehidupan yang abadi, Sidik menjalani hari-harinya dengan beban yang berat di pundaknya.

Setiap malam ketika langit memerah oleh cahaya senja yang memudar, Sidik duduk sendirian di dalam selnya, merenungkan segala kesalahan yang telah dia lakukan di masa lalu. Namun, di antara semua dosa yang menghantuinya, satu dosa yang tak pernah lekang adalah ketidakmampuannya untuk mengucapkan permintaan maaf pada Yohana.

 Namun, di antara semua dosa yang menghantuinya, satu dosa yang tak pernah lekang adalah ketidakmampuannya untuk mengucapkan permintaan maaf pada Yohana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kuntilanak X VampirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang