Chapter 17 "Kelompok Asing"

7 4 0
                                    

"Mimpi-mimpi itu seakan ingin memberitahu ku tentang sesuatu yang telah ku lupakan."
-Fairuz
~•~
.
.
.
.
.

(Fairuz Pov)

Tes.. Tes... Tes...

Tetesan darah berjatuhan dari Dagger yang ia pegang....Iris mata nya yang hitam menatap ke bawah, ke seseorang yang baru ia bunuh.

Ia kembali berjalan seakan itu bukan masalah apapun. 'Aku berharap seseorang menghentikan ku'

Setiap langkahnya disertai darah.... Bau darah membuat ku jijik.

Mataku perlahan terbuka, kepala ku pusing. Ini hari keempat kami semua disini, di pulau aneh ini Dan sialnya sudah 2 kali berturut-turut kesulitan tidur.

"Mimpi sialan!" aku dengan kesal bangun dari kamar ku yang berada di urutan pertama di ruang 3 memudahkan ku berjalan keluar.

Ruangan ke 3 dan 4 dijadikan kamar laki-laki, dan ruangan 5 sebagai titik temu, itu yang di buat si pengatur, Vera.

Mataku menatap ke bagian Goa yang terbuka dimana bulan masih menggantung di atas langit dengan udara dingin menusuk tulang.
"Bang***, masih subuh."

"Oy, Fairuz! Kau suka bangun pagi, heh?" Ejek Alan yang mendekati ku.

'dia menjadi sombong setelah kemampuannya bangkit tadi malam.'

"Ya." Jawabku singkat lalu merangkul bahu Alan. "Yok cari ikan, lapar aku" sambung ku.

"Ide bagus! Ayo!"

Kami berakhir makan pagi dengan Panji dan Devan.

Saat sedang makan ikan bakar, aku sempat merasakan sesuatu menatap ku dari kejauhan. Ada perasaan seperti diawasi, aku lebih peka soal ini.

Iris mata hitam ku menoleh ke pintu masuk Goa.

"Oy, Ruz, kamu ngerasa juga?" tanya Alan, suaranya direndahkan agar hanya aku yang mendengar nya disamping.

"Iya, kau juga?" tanya ku.

"Kemampuan ku dong" ucap Alan dengan bangga, aku hanya memutar mata malas.

"Apa kemampuan mu?"

"Itu pemburu malam. Semua indra ku di naikkan 2× lipat saat malam hari."

"Malam doang?" ucap ku meremehkan, membuat Alan geram dan memukul bahu ku, dia seperti nya kesal.

"By one yok" ucapnya sambil menggigit Ikannya.

Aku membalas anggukan singkat sambil terus makan, ''nanti siap makan.'' ucap ku yang sudah melupakan hal tadi.

"Oh hia, bagaimana kabar, Zen?" tanya Alan dengan mulut masih terisi dengan ikan.

Pertanyaan Alan membuat ku berfikir solat semalam, setelah tau  Zen kembali Buk Sari begitu bersemangat. "Dia baik secara fisik, aku tidak tau dengan mentalnya" ucapku santai sambil membuang beberapa tulang ikan ke sungai.

Kami memakan ikan di pinggir sungai dengan Api unggun yang baru kami hidupkan.

Alan hanya mengangguk kemudian kembali membuka obrolan seputar bola dan olahraga, obrolan kami berlanjut hingga sesi patroli Alan selesai.

(Fairuz Pov end)

_._._._._

ddrrtt... Drttt... Ddrrtttt...

Suara alarm HP terdengar dari dalam tasnya, membuat Astara tersadar, Perlahan Iris mata kelam itu terbuka Dan menatap ke langit-langit ruangan yang cukup gelap itu lamat-lamat, mengumpulkan kesadaran.

Our Stories : Island (Proses Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang