Chapter 4 "Potongan baju Berdarah"

36 5 0
                                    

Astara yang pingsan dan mimisan setelah membangkitkan kemampuan Eja membuat kepanikan disekitar, ditambah tidak adanya
P3K.

"Nak, cari dedaunan kering, letakkan di satu tampat. Jangan biarkan Astara pingsan di tanah." perintah mendesak dari Buk Sari membuat anak-anak segera mencari daun kering di pohon sekitar.

"Alan! Jangan jauh-jauh!" Buk Sari segera mengingatkan Alan yang bergerak lebih dalam ke hutan.

"Iya buk! Ini saya dapat Daun pisang, bantuin Panji. Tarik! Tarik!" Alan menjawab Buk Sari sekaligus berbicara Dengan Panji, sementara tangannya menarik Daun pisang karna tidak adanya pisau.

"Dalam hitungan ketiga tarik, ya. 1,2,3!" Alan segera menarik daun pisang pada hitungan ketiga diikuti Panji hingga pohon pisang yang rapuh itu tidak kuat menahan tarikan Alan dan Panji. Roboh.

Bruk

"Si pintar! Sama batang-batangnya pun kau robohkan!" Ucapan Sinis Dari Wati membuat Lesa didekatnya tertawa, mana Alan sekarang ikut jatuh ke tanah, tangannya masih memegang daun pisang dan batang pohon pisangnya patah ke arahnya baju putih Abu-Abu miliknya pun ikut kotor. Masih mending Panji, lebih pintar dan melompat mundur sebelum pohon itu mengenainya.

"Udah, udah. Malah kotor-kotoran. Mau mandi dimana kamu, Alan?" Buk Sari menggeleng melihat tingkah laku anak muridnya ini, lalu merintahkan yang lain untuk menata daun pisang sebagai alas tidur Astara ,segera setelahnya Astara diletakkan di daun pisang, masih pingsan. Darah dari hidungnya sudah berhenti keluar dan di usap dengan Tisu yang di bawa Wati selain itu Wati juga memberinya minyak kayu putih yang biasa dia bawa kemana-mana.

"Gak tau saya buk" Jawaban Alan membuat Dini mengejeknya dengan seringai.

"Jauh-jauh. Alan Bauk!" ejek Dini.

"Enak aja, wangi ini, wangi wangi, mau cium ketek ku?"

"Ogah"

Alan benar-benar gak tau malu, sangat suka menjahili teman-temannya ,sudah seperti hobi. Sekarang bahkan menggoda Dini dengan mendekatkan keteknya ke Dini.

"Anjirrlah, jauh jauh!" Keduanya berakhir bermain kejar-kejaran berdua.

Sementara itu, Buk Sari terlihat menjaga Astara dan menanyai Eja bagaimana ini terjadi. Kemudian merenung.

"Ini bukan salahmu juga, kamu tidak akan tau jika ini terjadi. Ini pertama kali bagi kita semua, dan dari cahaya yang lebih terang itu, kemungkinan kemampuan mu lebih kuat dari yang lain, Eja."

Perkataan Buk Sari membuat Eja terdiam sedangkan yang lain bersemangat ingin melihat kemampuan Eja.

"Ja... Coba keluarin kemampuan mu." Raka menepuk bahunya membuat Eja menoleh, Raka bisa melihat raut wajah Eja tidak baik, masih merasa bersalah.

"Astara akan merasa gak enak kalau kamu malah begini. Nanti minta maaf dan beri dia sesuatu atau jaga dia, Astara itu lemah."

Saat ini di sekitar Astara hanya Ada Talita, Sisi, Vera, Buk Sari, Eja dan Raka.

"Ahem! Tau banget soal Astara, suka ya? Ciee"
Suara Vera menjadi Awal Sorakan yang berikutnya diikuti Sisi, dan yang lain yang mendengar nya.

Sisi tampak terbatuk batuk, dibuat-buat. Sementara wajah Talita tersenyum simpul dan Suasana hati Eja mulai membaik bahkan ikut menciee-ciee kan Raka dan Astara. Membuat wajah Raka sedikit memerah malu.

"Apaan, memang bener itu, aku sebagai kawan yang baik mesti paham kelebihan dan kekurangan teman-teman ku" Raka mencoba percaya diri, malah semakin di goda yang lain.

Buk Sari tersenyum melihat kelakuan anak muridnya.
"Sssttt.... Orangnya tidur. Jangan diganggu." perkataan Buk Sari membuat yang lain terdiam, tersadar mereka ngejek Astara yang masih pingsan.

Our Stories : Island (Proses Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang