Renungan

3.2K 47 7
                                    

Dua bulan telah berlalu sejak pertemuan Anton dengan calon suaminya. Atau lebih tepatnya mantan calon suaminya.

Hari-hari dia jalani seperti biasanya. Tidak ada perasaan sedih, marahh atau kecewa lagi. Memang sebelumnya dia merasakan campuran seluruh perasaan negatif. Ketika dirinya dipermalukan oleh orang yang ingin dia bantu. Hingga rasa benci sesaat timbul dalam hatinya. Namu lambat laun, Anton mulai menerima dan mengambil sisi positifnya. Kini tidak ada lagi beban haru menikahi orang yang dia tidak inginkan. Tidak lagi ada beban untuk menikahi seorang laki-laki.

Anton tengah berjalan di area kantin kampusnya ketika temannya menghampiri dari belakang.

"Woe kemana aja lu ton. Beberapa hari ini gue jarang liat di kampus." Sampa Bima sambil melingkarkan tangan kanannya di pundak Anton. Bima berperawakan tinggi besar dengan otot bisep yang menonjol. Membuat Anton sedikit risih ketika Bima berada di dekatnya.

"Ya gue ada urusan jadi habis kuliah langsung pulang." Jawab Anton dengan logat jakarta yang dipaksakan. 

"Lu ada masalah. Cerita sama gue bjir."

"Lu kok tumben nyari gue, biasanya kan lu udah godain cewek-cewek di kampus." Kata Anton berusaha mengalihkan topik pembicaraan.

"Justru itu. Gue habis dapet mangsa baru. Sini gue ceritain." Ujar Bima semangat sambil menarik tangan Anton menuju meja kantin. Bima memang tipikal playboy yang sering bergonta ganti pasangan. Dia berusaha mendapatkan jatah dari semua wanita-wanita di kampus. Dan yang lebih parah, dia akan selalu menceritakan pengalaman mesumnya kepada Anton.

"Gue baru selesai main."

"Kalo itu kan udah sering, ga ada yang baru." Balas Anton bosan. Pandangannya menuju kesekelilingnya, berharap menemukan salah satu temannya dan menyelamatkan Anton dari percakapan ini. "Gue tau lu gewe sama cewek, trus lu cerita ke gue biar gue iri."

"Lah yang bilang main sama cewek siapa." Senyum Bima sumringah.

"Lah lu main sama cowok." Tanya Anton kaget. Baru pertama kali dia mendengar hal itu dari temannya yang playboy ini.

"Ya ga bisa dikatakan cowok sih. Dia gue paksa pake baju cewek. Trus gue paksa buat nyepong." Jelas Bima terbahak bahak.

"Gila, itu sama aja lu main sama cowok. Homo lu!" Ejek Anton. Namun dalam hatinya Anton merasa lirih karena dia juga hampir menjalani hubungan suami istri dengan sesama laki-laki.

"Sepongannya lebih enak daripada sepongan lonte--lonte kampus disini. Emang bencong itu lebih ngerti bikin kita keenankan. Hahaha."

Mendengar hal menjijikkan itu Anton mulai beranjak dari tempat duduknya. "Udah gue ga mau denger cerita lu lagi."

"Hey gue belum selesai cerita." Bentak Bima dengan nada tinggi. Mendengarnya Anton kembali duduk di kursinya. "Sebenarnya gue udah sering disepong, pertama-tama dia emang nolak. Tapi malah jadi ketagihan. Trus setelah gue bujuk akhirnya gue bisa entot tu pantat."

"Gila. Jorok banget." Renspon Anton.

"Ini yang lebih hot lagi. Goyangannya lebih mantep dari goyangan cewek. Ga berhenti-berhenti ngocokin kontol gue. Keliatan udah sering dientot dan dia ga mau ngaku. Pokoknya lu harus coba. Nanti gue ajak lu dah kalo gue main lagi sama dia." Ajak Bima.

Anton hanya menggelengkan kepalanya mendengar penjelasan itu. Dia cukup muak mendengar ocehan Bima tentang perempuan yang pernah dia setubuhi. Namu kali ini membuatnya bergidik. Bagi Bima, tubuh perempuan adalah sebuah komoditi yang bisa dia gunakan sesuka hati. Menjamah mereka sesering mungkin merupakan sebuah kebangaan. Tapi, bagaimana jika hal tersebut dilakuakkannya kepada sesama lelaki?

Merenungi hal itu membuat Anton memikirkan nasibnya jika pernikahannya benar-benar terjadi. Apakah suaminya akan memperlakukannya seperti itu? Apakah dia hsnya akan menjadi alat pemuas nafsu atau akan dicintai sebagaimana hubungan suami istri?

Lamunannya dibuyarkan hentakan tangan Bima.

"Gimana lu mau ga? Oya omong-omong lu tau kok siapa orang yang gue maksud. Dia temen KKN kita." Bima memberikan senyum lebarnya.

"Hah! Jangan-jangan orang yang lu maksud itu..." Anton tak mampu melanjutkan kata-katanya.

"Bukan dia, dia itu udah berubah jadi lonte. Ngasi pantatnya ke semua orang. Gue ga suka yang kayak gitu. Gue lebih suka yang lebih polos kayak yang lagi satu. Lebih menantang. Hahaha.

Anton hanya bisa menelan ludahnya mendengar siapa orang yang dimaksud Bima.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 29 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Istri KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang