Dipinang

4.7K 45 3
                                    

Anton terkesyab ketika hendak memarkirkan motornya di teras rumahnya. Pandangannya tertuju pada salah satu balai di rumahnya yang kini ramai dipenuhi lelaki bertubuh besar. Mereka semua menggunakan pakaian serba hitam. Mulai dari baju kaos sampai kemeja hitam dihiasi oleh gambar dua buahvpedang yang saling menyilang. Hampir semua lelaki memiliki banyak tatoo di sekujur tubuh mereka. 

Paman Anton yang bernama Sukadi memang salah satu anggota dari ormas tersebut. Anton telah mengetahuinya bahkan sejak pertama kali bergabung dengan keluarga pamannya tersebut 20 tahun silam. Dia memang sering kedatangan teman teman satu ormasnya. Namun tidak pernah seramai ini sebelumnya.

Puluhan mata menatapnya sesaat setelah Anton menginjakkan kaki di teras rumahnya. Kumpulan mata itu menelisik sekujur tubuhnya dari helaian rambut hingga ujung kakinya. Beberapa tampak mengernyitkan alisnya, beberapa saling berbisik sambil menutup mulunya, ada yang memberikannya tatapan sinis, terutama dari member ormas perempuan yang sedari tadi memberikannya tatapan tajam.

Sesaat sebelum Anton beranjak meninggalkan teras menuju kamar tidurnya, Paman Sukadi memanggilnya.

"Kemarilah Anton, duduk disini sebentar." Ujar Sukadi. Paman Sukadi terlihat tengan duduk sambil dikelilingi 4 orang yang tampak memiliki kedudukan penting dalam ormas tersebut. 3 orang laki laki dan satu orang perempuan. " Ada yang hendak kami bicarakan denganmu"

Anton mematuhi permintaan pamannya dan duduk di sebelah kirim pamannya. Pandangannya langsung tertuju pada sosok perempuan di hadapannya. Perempuan ini jauh berbeda dari gerombolan orang-orang yang tengah memenuhi rumah pamannya. Dia tampak putih dengan rambut panjang yang dicat agak kecoklatan. Menggunakan celana jeans ketat dan baju kemeja yang menunjukkan lekuk tubuhnya. Namun yang paling membuat perhatian Anton tertuju pada perempuan itu adalah matanya yang sayu dan sembab seperti telah menangis berhari-hari.

"Jadi begini." Kata salah satu petinggi ormas tersebut yang membutarkan perhatian Anton. "Nama saya Darma, salah satu perwakilan dari ormas Laskar Pemuda. Kami hendak melamar nak Anton untuk menikah dengan ketua kami."

Anton seketika kaget mendengar apa yang dikatakan oleh orang tersebut. Pandangannya kembali tertuju pada perempuan yang kini mulai kembali mengeluarkan air mata. Apa mereka ingin Anton menikah dengan perempuan ini? Apa alasan mereka menginginkan dirinya? Dari apa yang Anton amati, wanita ini setidaknya sudah berumur 35 tahun, sepuluh tahun lebih tua darinya.

Bagi Anton, usia bukanlah faktor yang penting dalam sebuah hubungan suami istri. Orang-orang bisa saja memiliki perbedaan usia hing 20 tahun atau lebih. Rasa cinta dan kasih sayanglah yang membuat hubungan pernikahan dapat berjalan baik. Namun pada kasusnya ini, Anton bahkan tidak pernah bertemu dengan wanita ini. Bahkan pikiran bahwa dia akan dilamar seperti ini tidak pernah terlintas di benaknya. Merupakan suatu hal yang tidak wajar jika lelaki yang menjadi pihak yang dilamar.

"Saya tahu ini mendadak dan saya tahu nak Anton pasti terkejut mendengarnya. Tapi ini menyangkut keberlangsungan organisasi kami juga." Lanjut petinggi itu.

Mendengar kata terakhir tersebut, wanita di depannya kini tak sanggup lagi membendung tangisnya.

"Bukannya saya menolak atau bagaimana pak, tapi saya tidak tahu dan tidak mengenal mbak ini, saya juga tidak mengenal bapak-bapak sekalian. Disamping itu mbak ini juga tampak nya keberatan." Jawab Anton diplomatis. Tentu saja dia tidak igin menyinggung kumpulan pria berbadan besar dan kekar disekitarnya ini.

"Hmm sepertinya nak Anton tidak mengerti dengan yang saya maksud. Dan saya juga sepertinya kurang menjelaskan lebih detil." Kata petinggi itu sambil menghela napas. " Mbak ini adalah istri dari orang yang akan melamar nak Anton."

Anton langsung tersedak. Mulutnya terbuka. Tak mampu mencerna apa yang dikatakan orang itu.

"Apa.. Apa maksudnya ini?"


Istri KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang