Pertemuan

3.3K 55 6
                                    

Anton tiba dikediaman Surya saat jam ditangannya menunjukkan pukul 17.00. Dia diantar dengan menggunakan mini bus bersama 4 orang pria berbadan besar dan berwajah sangar, serta pamannya yang duduk di sampingnya. 

Surya akhirnya menyetujui perjodohan ini. Tidak banyak yang bisa diperbuatnya mengingat pamannya telah mengambil keputusan. Termasuk kedatangan Anton ke rumah ketua ormas ini. Lokasi rumahnya cukup jauh dari tempat Anton tinggal. Menempuh waktu 2 jam melewati daerah perkotaan dan pedesaan.

"Kamu sudahh siap?" Tanya Paman Sukadi.

Anton tidak pernah siap. Menemui calon suamimu sendiri, orang yang dijodohkan denganmu secara paksa. Dan yang paling penting adalah orang tersebut adalah laki-laki. Dia bisa membayangkan bagaimana canggungnya mereka saat bertemu. Anton mengerti bahwa calon suaminya adalah orang yang jauh lebih tua darinya. Dan Anton juga tidak berharap akan mendapatkan calon suami yang tampan. Bahkan dia tidak berharap akan menikah dengan seorang laki-laki.

Namun benaknya dipenuhi dengan kemungkinan impresi dari calon suaminya ketika melihat Anton. Bagaimana perasaannya ketika melihat "calon istrinya" sangat jauh dari kata cantik dan feminim. Anton berperawakan kecil. Tingginya hanya 165 cm. Jauh dibawah rata-rata tinggi laki-laki di Indonesia. Tapi seditaknya tingginya masuk ke dalam rata-rata tinggi perempuan. Kulitnya berwarna putih bersih, menurun dari garis keturunan ibunya, yang Anton sendiri membenci hal itu. Wajahnya cukup tirus, tidak terdapat lekukan maskulin. Tapi tidak juga membuatnya terlihat cantik atau feminim.

Rumah Pak Surya cukup luas. Terdapat 4 bale (bangunan) yang dihiasi dengan ukiran. Satu tempat persembahyangan pada bagian timur pekarangan. Halaman dihiasi oleh rumput yang teraway dengan baik. Di beberapa petah terdapat permukaan berbatu sikat. Rumah yang cukup nyaman dan bagus meskiput jauh dari ibu kota.

Mereka disambut oleh seirang pemuda yang tengah memegang alat pemotong rumput. Melihat kedatangan rombongan Anton, pemuda itu menghampiri dan menunduk memberikan hormat.

"Selamat datang, silahkan duduk. Saya panggilkan Bu Melinda dulu." Ucapnya seraya pergi menuju bale yang berada di sisi utara pekarangan.

Dari dalam rumah keluar Melinda, dengan penampilan yang jauh berbeda dengan sebelumnya. Melinda kini menggunakan baju crop top berwana pink, dengan tali bra berwarna senada terlihat sekilas. Bagian bawah ditutupi dengan hot pant kain yang memperlihatkan bentuk pinggul dan pahanya. Kini kesan lebih liar terasa dari dirinya. 

Dibelakangnya keluar seorang pria tinggi. Rambutnya dicukur cepak dengan kumis tipis. Beberapa rambut putih tampak mulai terluhat. Anton memperkirakan umurnya sekitar 40 tahunan. Pria itu berbadan namun terlihat lemah tak berdaya. Dia berjalan dengan lambat sembari dibantu oleh Melinda. Wajah lesunya mmasuh menyiratkan wibawa seorang pemimpin.

'Jadi ini dia calon suamiku' batin Anton. Kedua tersebut lalu duduk kursi panjang kemudian mempersilahkan rombongan Anton untuk duduk di kursi lainnya.

"Siapa dia? Tanya Surya dengan napas terengah-engah. Melinda tampak mengusap dada surya mencoba menenangkannya.

"Dialah orang yang kita cari, Surya." Kata petinggi yang sampai saat ini namanya tidak diketahui Anton.

"Apa maksudnya? Dia ini laki-laki!" Bentak Surya.

"Ya dialah reinkarnasi dari wanita di kehidupanmu sebelumnya. Wanita itu hanya bereinkarnasi menjadi satu orang. Dan inilah orangnya." Jelasnya.

"Omong kosong apa ini Semadi!" Ucap marah Surya sambil menghempas tangan Melinda yang dari tadi mengusap dadanya. "Aku tidak akan menikah dengan laki-laki!"

"Tapi tidak ada pilihan lain." Kata Pak Semadi dengan nada yang mulai meninggi. "Organisasi kita sudah semakin terdesak. Rival kita sudah berani mengambil lahan kita! Itu semua karena kondisimu. Apa kau mau ini menjadi lebih sulit. Belum lagi beberapa orang di internal kita ingin merebut posisimu."

"Itu semua belum cukup untuk membuatku mau menikahi seorang laki-laki! Kata Surya. "Memikirkannya saja sudah membuatku mau muntah."

Anton sudah menduganya. Dia yakin bahwa orang ini pasti akan menentang pernikahan ini. Dia terlihat seperti lelaki yang sangat menyukai wanita. Terutama wanita sexy. Terlihat dari bagaimana dia membiarkan Melinda berpakaian sexy seperti itu di depan banyak laki-laki seperti ini. Pastinya dia akan merasa jijik jika harus menikah dengan laki-laki yang jauh dari kata cantik seperti Anton.

Pandangan jijik Surya beralih ke Anton. "Lalu kamu, kamu setuju dengan rencananya?" Tanya Surya.

"Ee... Saya.."

Kalimatnya terpotong ketika Surya dengan kalimat tajamnya berkata. "Menjijikkan"

Air mata terasa seperti ingin keluar dari kedua matanya. Anton sudah pernah mengalami penolakan sebelumnya. Sudah sangat banyak. Bahkan kedua orang tuanya pun menolak untuk mengasuhnha. Namun penolakan ini terasa jauh lebih sakit dari yang pernah dia alami. 

Dia telah menurunkan egonya. Menerima lamaran yang tidak masuk akal untuk menikah dengan LAKI-LAKI yang dia tidak kenal. Lalu dengan ketusnya, Anton dipermalukan didepan banyak orang. Dari calon suaminya sendiri. Semua itu membuat air mata yang coba dia tahan akhirnya keluar. Kepalanya menunduk, berusaha menyembunyikan kesedihannya.


Istri KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang