Luke Hemmings
.
.
Rambut merah menyala Kelly beradu dengan sinar matahari yang menyilaukan. Keduanya sama-sama membuatku menyipitkan mata saat aku dan Kelly tiba di rumahku. Ya, kami memutuskan untuk mengunjungi rumahku lebih dulu baru ke rumah Kelly.
Kami pun masuk ke dalam rumah bercat warna putih itu. Rumah yang menyimpan banyak kenangan tentang diriku. Tempatku dibesarkan dan tumbuh jadi seperti yang sekarang. Baru kali ini aku harus pergi meninggalkannya kosong dan mencari tempat tinggal yang baru, yang lebih aman untuk bibiku.
Aku berjalan ke tempat Paman kutinggalkan. Kelly mengikutiku dari belakang. Pistol yang kuberikan di mobil tadi sudah tergenggam erat di kedua tangannya, sudah siap siaga kalau ada hal berbahaya yang mengintai. Aku sudah yakin kalau tempat ini bersih dari Corpse karena tidak ada suara erangan khas mereka.
Ruangan itu tidak berubah. Masih porak poranda seperti terakhir kali yang kuingat. Hanya saja, lebih berbau menyengat. Wajar memang. Karena masih ada tiga mayat di sana, termasuk pamanku. Kelly tidak kuat menahan baunya jadi ia hanya menunggu di ujung pintu. Sementara aku masuk ke dalam dan melangkah mendekati mayat pamanku.
"Hati-hati, Luke." Kelly mengingatkan dari luar dan aku hanya mengangguk.
Kemudian aku mengangkat tubuh pamanku dan memindahkannya secara hati-hati keluar. Kelly dengan cepat menutup pintu ruangan itu lalu menyusulku. Kami membawa paman ke halaman belakang rumahku. Di sana lahannya masih cukup luas untuk membuat sebuah lubang seukuran tubuh Paman Ed.
Aku harus menggali lubang dulu karena tidak mungkin meminta Kelly melakukannya. Daripada harus melihat perempuan yang melakukan pekerjaan laki-laki, aku akhirnya meminta Kelly untuk menjaga mayat Paman Ed dan membungkusnya dengan kain-kain yang bisa ia temukan di kamar.
"Kau sudah lama tinggal di sini?" Aku menengok ke belakang. Melihat Kelly sibuk membalut Paman Ed dengan beberapa helai kain.
Aku melanjutkan pekerjaanku. "Sudah dari kecil," Aku teringat sebelum aku pergi ke rumah sakit aku masih sempat bersantai di halaman ini. Sekarang keadaannya sudah berubah drastis. "Meninggalkan rumah ini rasanya sedikit berat untukku."
"Kau hanya tinggal dengan bibi dan pamanmu?" tanya Kelly lagi.
"Iya," Beberapa galian lagi mungkin sudah cukup untuk memasukkan Paman Ed. "Sejak kecil mereka yang merawatku. Kedua orangtuaku sudah meninggal dan meminta paman serta bibiku untuk membesarkanku."
"Maafkan aku sudah bertanya hal itu." kata Kelly menyesal.
"Tidak masalah."
Kemudian aku memanjat keluar lubang dan berjalan dengan gontai ke arah Kelly. "Sudah selesai," Aku duduk di sampingnya memperhatikan seberapa cermat ia membungkus pamanku. Ia terlihat teliti dan hanya beberapa menit kemudian, ia selesai.
"Aku juga sudah selesai," Kelly memberikan senyumannya padaku. "Ayo kita angkat."
Kemudian kami mengangkat Paman Ed bersama lalu memasukkannya ke dalam tanah dan menguburnya dengan rapat. "Semoga ia tenang di atas sana."
Kelly mengamini dan berkata, "Kau harus mengganti pakaianmu, Luke. Kelihatan jelek dan kotor."
Aku menunduk memandang tubuhku dari ujung kaki sampai atas. Sudah berapa lama aku tidak mandi? Aku sendiri sudah lupa, tapi aku perlu mandi sekarang. Banyak bekas tanah akibat tadi aku menggali lubang di bajuku. Lusuh.
"Mungkin aku bisa mandi dulu sebelum pulang ke rumahmu," Aku menoleh pada Kelly. "Kau keberatan?"
Kelly menggeleng. "Tapi ada satu hal yang mengganjal di pikiranku."
KAMU SEDANG MEMBACA
outbreak (l.h.)
Fanfictionluke hemmings and kelly gibson are now living in the very different world. together they try to stay safe, to stay survive, and to stay alive. but will they? will they be the best team in fighting a viral outbreak? (written in Bahasa Indonesia)