••1. Pertemuan awal••

1K 45 28
                                    

"Terima kasih kamu sudah menjadi perantara dalam hijrahku."

Aisyah Az-Zahra_

♪♪♪

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ



Pagi itu, matahari baru saja naik, memberikan sinar hangat yang menyelimuti kota. Aisyah terbangun dari tidurnya, dia melihat jam dinding dan tersenyum. Hari ini adalah hari Sabtu, hari di mana dia bisa merasakan kebebasan dari rutinitas sekolah.

Dengan langkah ringan, Aisyah beranjak dari tempat tidurnya dan menuju kamar mandi. Setelah membersihkan diri, dia memilih gamis simpel berwarna biru muda dan kerudung bergo yang senada. Dia menatap dirinya di cermin, merasa puas dengan penampilannya hari ini.

Aisyah segera turun ke lantai bawah, aroma kopi yang kuat dan nasi goreng bundanya sudah menanti di meja makan. Ayah Arya dan bunda Fatimah sudah duduk di meja makan, tersenyum melihat kedatangan Aisyah.

Selamat pagi, ayah, bunda," sapa Aisyah dengan suara lembutnya. Arya dan Fatimah membalas sapaannya dengan senyuman hangat.

"Selamat pagi, sayang." sambut bunda Fatimah dengan senyum hangat. "Ayo duduk dan sarapan."

Aisyah mengangguk dan segera duduk di kursi yang sudah disiapkan. Di atas meja, terhidang nasi goreng spesial buatan bunda Fatimah, lengkap dengan telur mata sapi dan potongan sosis. Aroma nasi goreng tersebut membuat perut Aisyah berkerut, menandakan betapa laparnya dia.

Bunda Fatimah tersenyum melihat reaksi Aisyah. "Makanlah sebelum dingin," ujarnya sambil menuangkan air untuk Aisyah.

"Terima kasih bunda!."

setelah selesai sarapan ayah Arya berbicara kepada Aisyah. "Aisyah kamu kan udah lulus sekolahnya, kamu berniatan mau kuliah dimana sayang."

Aisyah tersenyum. "Aisyah pengennya mau masuk pesantren ayah, bolehkan?"

Arya dan Fatimah tersenyum mendengar permintaan Aisyah.

Mendengar permintaan Aisyah, ayah Arya dan bunda Fatimah saling bertatapan dengan senyuman. Mereka merasa bangga dan bahagia melihat putri mereka memiliki impian yang begitu mulia.

"Aisyah, ayah dan bunda selalu mendukung impianmu. Jika kamu ingin masuk pesantren, ayah dan bunda akan dengan senang hati membantumu, biar nanti ayah cari pesantren didaerah sini" kata ayah Arya dengan penuh kebanggaan.


Bunda Fatimah mengangguk setuju. "Kamu adalah anak yang cerdas dan berbakat, Aisyah. Kami yakin kamu akan menjadi sosok yang menginspirasi banyak orang di pesantren."

Aisyah merasa begitu bahagia mendengar dukungan dari ayah dan bunda. Dia tahu bahwa dengan dukungan mereka, impiannya untuk mempelajari ilmu agama di pesantren akan menjadi kenyataan.

Tak lama kemudian Aisyah pun berpamitan kepada bunda dan ayahnya untuk pergi ke kajian bersama temannya yaitu Iraya.

"Bun! Yah!, Aisyah izin mau pergi ke kajian ya, nanti Aisyah kesannya bersama Iraya kok, bolehkan?"

"Iya gakpapa, hati-hati ya."

Aisyah tersenyum karena mendapatkan izin untuk pergi ke kajian.

Takdirku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang