Chapter 11: Si Cantik Vasilissa

20 6 0
                                    

Pernahkah kalian mendengar kisah tentang seorang gadis cantik nan baik hati bernama Cinderella?

Familiar?

Tentu saja. Semua orang—dari mulai anak-anak hingga orang dewasa—pasti tahu dongeng mengenai seorang gadis cantik yang bernasib malang setelah ayahnya menikah lagi dengan ibu tiri.

Saat sang ayah menyusul kepergian ibunya ke surga, Cinderella terpaksa harus hidup menderita bersama ibu dan dua saudara tirinya yang jahat. Saking jahatnya, mereka bertiga tak segan berbuat semena-mena, merampas hak, mengurungnya di dalam rumah, dan menjadikannya sebagai kacung.

Namun, di sini kita tidak membicarakan soal Cinderella, melainkan Vasilissa Mikhailova. Ya, gadis albino keturunan Rusia. Gadis cantik yang sangat mencintai Dominik. Baginya, Dominik bukan sekedar dewa penyelamat. Dominik adalah belahan jiwanya. Pertemuan antara mereka berdua terjadi saat ia menginjak usia sepuluh tahun.

Kalau boleh jujur, hidup Vasilissa dan Cinderella tak jauh berbeda. Mereka sama-sama tertindas, sama-sama tersiksa, sama-sama bernasib sial.

Vasilissa lahir di sekitar area Pegunungan Ural. Sama seperti Cinderella, awalnya ia memiliki kehidupan yang sangat bahagia, tetapi sayang sekali di usianya yang baru menginjak delapan tahun, sang ibu harus berpulang ke pangkuan Tuhan. Sebelum meninggal, ibunya memberikan sebuah jimat berupa boneka motanka dan menyuruhnya untuk menjaga dan tidak membiarkan siapa pun melihat atau bahkan mengetahui keberadaan boneka itu.

Singkat cerita. Setelah melewati masa berkabung atas kematian sang ibu, ayahnya menikah lagi dengan seorang janda yang memiliki dua putri. Awalnya, sang ayah berpikir jika pernikahan keduanya berjalan mulus dan Vasilissa akan hidup bahagia. Ternyata semua hanya ada dalam angan.

Ketika ayahnya tidak berada di rumah. Ibu dan kedua kakak tirinya tak segan berlaku buruk padanya. Vasilissa selalu dibebani tugas rumah yang tidak ada habisnya. Sementara mereka bertiga hanya bisa marah-marah dan bersantai. Penderitaannya semakin bertambah kala sang ayah turut berpulang ke surga.

Ibu dan kedua saudara tirinya semakin menjadi. Bahkan, dalam beberapa kasus Vasilissa nyaris dibunuh dan dihabisi. Beruntung, boneka jimat pemberian mendiang sang ibu selalu menyelamatkannya dari mara bahaya.

Suatu hari, perlakuan buruk dari ibu dan kedua saudara tirinya semakin menjadi. Mereka bertiga sampai tega membuangnya ke sebuah gubuk tua di tengah hutan. Menurut cerita rakyat sekitar, gubuk tua itu dihuni oleh seorang penyihir jahat bernama Baba Yaga. Benar atau tidaknya, ia sama sekali tidak tahu. Pasalnya hutan itu merupakan hutan angker. Jarang sekali ada manusia yang masuk ke sana.

Langit malam menguasai angkasa, kegelapan juga suara serangga di sekitar semakin membuat bulu kuduknya meremang hebat. Ditambah udara dingin yang berembus. Vasilissa kecil merinding. Pandangan mengedar ke sekitar, tidak ada siapa pun di sana selain dirinya dan kesunyian.

"Ayah, Ibu. Tolong aku," cicitnya ketakutan. Ia menekuk kedua kaki dan memeluknya. Kepala menunduk dalam, kedua mata tertutup rapat.

Tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka. Sontak, Vasilissa menoleh ke arah sumber suara. Betapa terkejutnya ia melihat penampakan seorang nenek tua yang tengah mengeringai ke arahnya. Nenek itu membawa sebuah alu di tangan kiri dan terdapat seekor gagak yang bertengger di bahu kanan. Dilihat dari mana pun, nenek di depannya tampak sangat menyeramkan. Rambut putih kusut; kedua matanya yang besar; hidungnya besar; tubuhnya yang bungkuk. Terdapat kalung tengkorak kepala manusia yang melingkar di leher.

Melihatnya, Vasilissa sangat ketakutan. Ia yakin jika nenek itu merupakan perwujudan Baba Yaga, si penyihir jahat. Rasa takut semakin menguasai sanubari, terlebih ketika nenek tua di depan sana mulai berjalan mendekatinya dan berkata, "Sepertinya malam ini kita akan makan enak."

The Murderer's SchemeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang