Chapter 5: Hit

32 9 2
                                    

Memukul, kode rahasia antara Dominik dan seluruh rekan kejahatannya yang berarti 'terobos semua penghalang dengan berbagai cara'. Tidak peduli cara halus atau cara kasar. Apa pun yang terjadi, mereka akan berupaya demi kelancaran misi, meski nyawa taruhannya.

Meraih keberhasilan tentu dibutuhkan kesabaran ekstra, usaha, juga taktik licik. Dominik tidak suka kegagalan. Baginya, semua rencana harus berjalan sempurna. Yah, walaupun tindakannya mungkin dianggap bodoh dan konyol oleh sebagian orang.

Coba bayangkan, alih-alih diam bak penjahat kelas teri, Dominik justru bermain kucing-kucingan dengan mengirim pesan berantai pada sebagian anggota kepolisian lewat tangan ajaib Dalton Wood.

Sekilas, mungkin orang akan mengira bahwa pria flamboyan seperti Dalton adalah pria bodoh menyebalkan, tetapi siapa sangka jika pria itu seorang hacker andal. Ia memiliki kemampuan meretas level dewa yang tidak bisa dianggap enteng.

Definisi jangan melihat buku dari sampulnya.

Fajar menyingsing di ufuk timur. Menghasilkan cahaya jingga di angkasa. Begitu indah dan menawan. Sebuah mini bus melesat di sekitar jalanan kota yang lumayan sepi. Dominik dan seluruh kawanannya mulai memakai topeng paruh burung ala dokter wabah, guna melakukan penyamaran. Tubuh mereka dibalut jubah hitam kebesaran. Masing-masing dari mereka memegang senjata, kecuali Lukas yang sedang fokus berkendara dan Dalton yang sibuk membajak satelit guna memeriksa sistem keamanan serta memastikan keamanan sekitar, terkhusus Penjara Hollowfield.

Sudah bukan rahasia jika Penjara Hollowfield termasuk dalam jejeran penjara wanita paling mengerikan di Inggris. Tak salah apabila masyarakat sekitar menyebutnya sebagai Puri Berdarah karena seluruh narapidana yang mendekam di sana termasuk ke dalam golongan penjahat kelas kakap, di antaranya Oana O'Sullivan. Wanita bersurai jelaga yang berprofesi sebagai guru sejarah di salah satu sekolah menengah di London itu sudah mendekam di sana selama setahun lebih akibat menembaki nyaris seluruh murid di kelasnya hingga tewas. Ia hanya menyisakan satu siswa yang selamat, yakni bocah perempuan bernama Judie Braun.

Oana sama sekali tidak menyesal. Setiap mengingat peristiwa penembakan yang ia lakukan tahun lalu, kepuasan dalam diri menggelora hebat.

Sebenarnya bukan tanpa alasan wanita itu melakukan serangkaian aksi keji. Semua berawal dari Judie, bocah pintar yang sering mendapatkan perundungan dari teman sekelas. Kepribadian Judie yang pendiam menjadi alasan bocah-bocah busuk itu untuk menindasnya. Tidak tahan, akhirnya Oana menghabisi mereka seminggu kemudian.

"Yang Mulia, di sini!" seorang wanita berambut cokelat terang yang duduk di pojok ruangan—bersama wanita berkacamata di sebelahnya—melambaikan sebelah tangan.

Refleks, Oana menoleh. Setelah menerima nampan makanan berisi bubur gandum; sepotong buah apel; roti selai cokelat dan sekotak susu tawar, ia berjalan ke arah mereka, lalu duduk di sebuah kursi kosong yang tersedia di sana, di hadapan dua wanita konyol.

"Yang Mulia, kau boleh mengambil roti cokelat milikku," ucap wanita berambut cokelat terang seraya menaruh roti cokelat di atas nampan milik Oana.

"Bolehkah aku mengambil potongan apel milikmu jug—"

"Tidak!" potong wanita berambut cokelat, tidak mengizinkan si kacamata merebut makanannya. "Kau sudah punya bagianmu sendiri, Alexandra!"

"Hei, ini tidak ad—"

"Bisakah kalian berdua diam!" bentak Oana. Detik berikutnya, napas lelah berembus melalui mulut. Ia mengambil salah roti cokelat di atas nampan, lantas mengembalikannya pada wanita berambut cokelat. "Simpan saja roti cokelatmu, Jeanice. Aku sedang diet."

Kedua mata Jeanice berkaca-kaca. Ia menatap Oana tepat di mata. "Anda sungguh baik. Terpujilah, Yang Mulia," serunya penuh haru.

Dengkusan sebal meluncur. Alexandra memutar kedua mata malas. "Oh, berhenti bersikap berlebihan, Jeanice."

The Murderer's SchemeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang