Pertemuan Pertama Setelah Pertengkaran Hebat

309 47 8
                                    

"Callie udah baikan?" tanya Adel sambil memberikan secangkir teh hangat yang baru dia buat kepada Ashel. Kemudian dia pun duduk di sofa bersebrangan dengan sofa yang Ashel duduki.

Ruang TV apartemen Adel pun hening selama beberapa detik. Hanya suara halus dari AC yang terdengar di ruangan itu saking heningnya keadaan saat ini.

"Udah," jawab Ashel. Adel mengangguk. Tatapannya masih kosong, menatap ke atas meja yang ada di hadapan mereka dengan cangkir berwarna putih yang berisi teh sebagai satu-satunya barang di atas meja tersebut.

Ashel dapat melihat rambut pendek Adel yang acak-acakan, matanya yang tidak bersinar seperti biasa, dan tubuhnya yang nampak jauh lebih kurus dari terakhir mereka bertemu sebulan yang lalu. Dia merasa bersalah karena dia tahu dia lah yang membuat Adel seperti ini.

Dia pun berinisiatif mendekati Adel dan duduk di sampingnya. Perlahan dia menyentuh punggung tangan kanan Adel yang ada di sampingnya sambil menatap mata Adel dalam-dalam.

Adel masih memalingkan matanya dari Ashel. Dia terlalu sakit menatap mata Ashel. Dia sakit memikirkan kalau mata itu juga menatap mata pria lain seperti Ashel menatapnya. Dia sakit melihat tubuh di hadapannya sudah milik pria lain dan dapat dinikmati pria itu kapan saja.

"Del, lihat aku," ucap Ashel sambil menyentuh pipi Adel dan berusaha memalingkan wajah Adel ke arahnya. Adel pun melemah, mau tak mau dia menatap mata Ashel.

Lalu, disaat dia menatap mata cokelat Ashel yang cantik dan tidak padam seperti miliknya, seketika dia luruh, lalu memeluk Ashel cukup erat. Ashel membalas pelukan Adel sambil mengusap punggungnya. Sementara Adel menahan tangis hingga tubuhnya bergetar hebat.

Lelaki tidak boleh menangis kan?

"Maafin aku, Del... maaf," ucap Ashel lagi berulang-ulang. Adel diam. Dia hanya ingin memeluk 'wanitanya' itu. Dia merindukan wanitanya. Dia merindukan Ashel yang tak pernah bisa dia miliki itu.

Ashel melepaskan pelukan mereka setelah beberapa lama. Dia melihat mata Adel yang mulai berkaca-kaca, lalu dia menghapus air mata Adel yang sedikit mengalir dari pinggir matanya.

Kemudian wajah mereka berdua pun berdekatan, hingga saat jarak mereka tinggal 2 cm, Ashel memejamkan matanya, lalu Adel menarik kepala Ashel dan mencium bibirnya.

Adel memagut bibir Ashel dan Ashel membalasnya. Lidah mereka beradu, saliva mereka bercampur disana.

Setelah beberapa lama, Ashel melepaskan ciuman mereka, namun Adel tidak mau kehilangan momen. Dia kembali menciumi Ashel. Kali ini sambil memasukan tangannya ke dalam kemeja yang wanita itu kenakan. Tangannya mengelus perut Ashel yang agak membuncit dan terdapat bekas luka operasi caesar, lalu naik ke payudaranya dan meremasnya.

"A-Adel jangan disini..." ucap Ashel sambil sedikit terengah. Adel pun beranjak. Dia menggendong Ashel ala bridal style ke kamarnya dan melanjutkan aktivitas mereka disana.

.
.
.

Ashel memeluk Adel sambil menidurkan kepalanya di dada Adel. Adel pun merangkul tubuh Ashel sambil sesekali mengecup pucuk kepalanya. Mereka berbaring di bawah selimut tebal berwarna abu-abu tua yang ada di kamar Adel, dalam keadaan tanpa mengenakan busana apapun.

"Del..."

"Hmm?"

"Maaf Del, aku salah. Aku terlalu egois. Aku terlalu menginginkan kamu sampai melakukan hal ini..." ucap Ashel penuh rasa penyesalan. "Tapi kamu harus tahu, aku melakukan ini karena aku cinta sama kamu. Dan rasa itu gak pernah berubah sejak 10 tahun yang lalu kamu pergi ninggalin aku di Indo," lanjutnya. Adel hanya bisa diam membiarkan wanita itu berbicara.

Not A Faithful RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang