Juli 1972
Laras mencintai Bagas. Seacuh dan sesibuk apapun Bagas, pernyataan itu tak pernah berubah. Masih sama dan terus bersemi bak cendawa di tanah air. Saking cintanya Ia tak pernah merasa keberatan dengan segala sesuatu yang Bagas bebankan pada hubungan mereka. Gadis berambut pendek itu mungkin belum tahu bahwa pembatas antara cinta dan bodoh itu sangat tipis.
Selalu menyenangkan menghabiskan waktu dengan orang tercinta. Apa pun dan di mana pun. Begitulah yang Laras rasakan saat ini. Duduk berdua bersama Bagas di rumah makan sederhana. Setelah cukup lama tidak bertemu, Laras tidak memiliki alasan untuk berhenti tersenyum pada setiap hal yang dikatakan dan dilakukan oleh pacarnya.
"Novel yang kemarin kamu tulis, sudah diterbitkan?" Laras bertanya sebelum menyuap makanan ke dalam mulutnya. Pertanyaan itu dijawab gelengan oleh Bagas.
Bagas itu seorang penulis. Karyanya selalu laku di pasaran karena jenis dan gaya tulisannya yang khas. Apalagi setelah orang-orang tahu semenarik apa sosok di balik buku-buku yang mereka beli, pendapatan Bagas dari penjualan bukunya semakin meningkat dengan pesat.
Mempunyai kekasih seorang penulis seperti Bagas membuat Laras merasa beruntung. Selain karena selalu mendapatkan novel gratis dari Bagas, lelaki itu juga tidak pernah absen mengirimkan surat dengan rangkaian kata romantis setiap ulang tahunnya. Atau sebenarnya apapun pekerjaannya, selama itu adalah seorang Tsurbagas Darmawan, Laras akan selalu mencintainya.
"Kamu sibuk banget, ya, sampai baru bisa ketemu hari ini?" tanyanya pada lelaki itu. Bagas mengangguk, lelaki itu fokus pada makanannya dan tidak menoleh pada Laras sama sekali.
Tak mendapat jawaban apa pun selain gelengan atau anggukan, entah mengapa Laras tiba-tiba teringat dengan sesuatu yang dikatakan Jaka bulan lalu di toko kue.
"Pacarmu punya pacar, Mbak,"
Saat itu Laras mengacuhkan perkataan Jaka. Ia juga tidak sempat melakukan protes karena lelaki bergigi kelinci itu langsung berlalu pergi seusai berujar demikian. Lagipula untuk apa Ia memikirkan perkataan lelaki menyebalkan itu? Jaka pasti hanya iseng, ingin membuatnya marah. Memangnya lelaki itu tahu dari mana siapa pacarnya?
Laras ingin selalu berpikir positif. Sedikit pun Ia tidak pernah menaruh rasa curiga pada Bagas. Sebisa mungkin Ia menepis setiap prasangka buruk yang menyelinap. Namun kali ini hati dan isi kepalanya tidak selaras. Bibirnya bergerak memberi pertanyaan selanjutnya, pernyaaan yang Ia harapkan jawaban secara lisan.
"Kamu punya pacar?"
Pertanyaan itu membuat Bagas sontak mengalihkan fokus dari makanannya ke Laras. Alisnya bertaut dengan raut wajahnya yang terlihat heran. "Kamu, kan, pacarku," jawab lelaki itu. Masuk akal. Laras merasa bodoh sekarang.
Laras menggelengkan kepala. Ia meneguk ludah sebelum kembali bertanya, "Maksudku, pacar selain aku," setelah diperjelas seperti ini, tak mungkin lelaki itu tidak menangkap poin dari pertanyaanya, kan?
Bagas membuang napas kasar mendengar pertanyaan itu. Lelaki itu merebahkan punggungnya ke sandaran kursi. Matanya menatap Laras dengan tatapan tak mengerti. Ia telah berusaha mencuri waktu kerjanya untuk berkencan dengan Laras, mengapa perempuan itu malah menuduhnya memiliki simpanan?
"Kamu nuduh aku selingkuh?" Bagas bertanya dengan menatap tajam ke arah Laras. Ia tak mengontrol intonasi suaranya sehingga orang-orang di rumah makan itu reflek menoleh ke arah mereka. Sepertinya akan ada drama sepasang kekasih di sini. Pemilik rumah makan bahkan telah mendengus kasar, jangan sampai pertengkaran pasangan bau kencur itu membuat para pelanggannya tak nyaman lantas pergi. Walau begitu, Ia juga penasaran.
Laras menyadari bahwa suara Bagas yang lumayan besar telah mengundang perhatian dari orang-orang sekitar. "Suara kamu dikecilkan. Kamu nggak malu dilihat banyak orang?" tegurnya nyaris berbisik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unanswered Questions 1972
General FictionRangkaian kisah ini harusnya sederhana. Hanya tentang dirinya yang jatuh cinta dan berusaha menghubungkan simpul demi simpul pertanyaan dari benang takdir yang seiras. Apakah cintanya akan berbalas? Dan jika tidak, berapa lama waktu yang Ia perlukan...