Eight - Pertemuan

131 18 3
                                    

MUACHHH

Happy reading!!!!

*****


Mobil yang dikendarai oleh Amer akhirnya sampai di lokasi. Mereka dengan cepat keluar dari mobil, lalu masuk ke dalam kafe. Tidak peduli lagi dengan lingkungan sekitar, dengan menggunakan masker saja mereka menganggapnya sudah aman.

Dalam ruangan yang kemarin di kunjungi oleh Sambara dalam pertemuannya dengan Pak Raon, ternyata tempat itulah yang saat ini kembali dia kunjungi.

tok tok tok

ceklek

Satu hal yang pertama kali mengejutkan Sambara adalah luasnya ruangan tersebut. Sebuah pembatas yang menghubungkan ruangan yang dia kunjungi kemarin, saat ini menghilang. Membuat dua ruangan berbeda, kini menjadi satu.

"Halo, Sam. Selamat datang."

Karena terkejut dengan isi ruangan yang berubah, membuat Sambara melupakan banyak orang yang sudah menunggunya. Dia tersenyum canggung saat semua pasang mata menatap ke arahnya.

"Selamat siang semuanya, maaf atas keterlambatan saya."

Pak Raon yang duduk bersebelahan dengan Pak Danu tersenyum tipis menatap Sambara. Memberikan sinyal padanya untuk segera duduk dan bergabung. Sambara yang paham pun akhirnya memutuskan untuk segera menempati tempat duduk yang sudah disediakan. Menatap heran ke arah Marendra yang terus menaikturunkan alisnya.

"Baik, karena semuanya sudah terkumpul, mari kita mulai pembahasannya. Sebelum itu, untuk para pemain silahkan saling berkenalan terlebih dahulu."

Suara Pak Danu yang mengawali, membuat Sera mengajukan terlebih dahulu. Dia tersenyum manis menatap semua orang secara bergantian.

"Halo semuanya, saya Seraphina Kalyani. Biar lebih akrab lagi, panggil saya Sera. Mohon untuk dukungannya ya, semua."

Sambara merasa seperti ada yang menyerang jantungnya hingga berdetak lebih cepat. Wajahnya yang tadi terlihat sangat keren, kini berubah menjadi lucu. Membuat Sera yang melihatnya tersenyum gemas.

"Sam?" panggil Pak Raon kembali menyadarkan.

"Ah iya, Saya Sambara Lakeswara. Salam kenal dan semangat bekerja semuanya."

Sera tanpa sadar menganggukkan kepalanya. Seperti respon alami, saat dia berhasil mengetahui sesuatu yang sebelumnya dia cari tau.

"Halo, saya Haura Lavanya. Bisa panggil saya Vanya."

"Halo, saya Marendra Dewantaru. Panggil saya Maren atau Marendra."

Perkenalan terus berlanjut sampai akhirnya semua saling mengenal. Meski masing-masing sudah menjadi aktor dan aktris yang besar, tapi perkenalan di awal tetap harus dilakukan.

"Novel You & Me karya dari Regina Alya, yang telah berhasil mencetak seratus ribu eksemplar dalam masa pre order pertama. Novel dengan jumlah sebanyak tiga ratus juga pembaca di wattpad. Menjadi salah satu novel best seller yang terbit di tahun ini."

Pembahasan tentang topik utama juga sudah di mulai. Mereka saling memberikan pertanyaan dan jawaban. Mereka juga saling memberikan opini terbaik untuk project yang akan segera berlangsung.

Sera sesekali menatap ke arah Sambara, karena merasa bahwa pria tersebut sedari tadi sering menatap ke arahnya.

Sambara Lakeswara. Tentu saja Sera mengenal aktor besar dengan banyak fans ini. Selain karena Sambara merupakan aktor yang sudah memerankan banyak karakter, Sera sudah mulai mengenalnya saat beberapa tahun yang lalu ketika Sambara pernah beradu akting dengan salah satu aktris dari agensi yang sama dengan Sera.

"Sera, bagaimana dengan kamu?" Suara Pak Hestama, selaku produser film yang turut hadir saat ini, membuat Sera mengerjapkan matanya. Merasa bingung harus menjawab apa karena sedari tadi dia memikirkan hal lain.

"Saya tau project ini adalah debut pertama kamu sebagai aktris. Tapi saya berharap, kamu bisa menjalankannya dengan baik."

Sera menganggukkan kepalanya. "Saya akan berusaha semaksimal mungkin dalam proses syuting nanti, Pak. Saya juga akan pastikan, bahwa saya tidak akan mengecewakan semua pihak."

*****

Pertemuan berakhir pukul delapan malam. Sera dan Axel bergegas untuk menuju mobil karena keadaan mulai ramai. Tak lama setelah itu, disusul oleh Sambara bersama dengan Marendra dan Amer. Mereka juga sama-sama berjalan cepat untuk menghindari kecurigaan orang-orang sekitar. Paling akhir, Lavanya keluar seorang diri. Berbeda dengan yang lain, Lavanya berjalan dengan santai seolah tidak peduli jika ada seseorang yang mengenalinya.

Mereka pergi dengan arah berbeda yang membawa mereka ke tujuan masing-masing. Karena keadaan yang benar-benar sangat ramai, membuat mereka berharap besar bahwa keberadaannya tidak ditemukan oleh media manapun.

"Sumpah, di luar ternyata seramai itu," ucap Sera saat mereka sudah mulai jauh dari lokasi sebelumnya.

"Gue juga nggak nyangka kalau bakal seramai itu. Untung aja tadi gue nggak parkir mobil terlalu jauh."

Sera saat ini merasa sedikit ketakutan. Meski nantinya project ini akan diumumkan oleh pihak agensi, tetap saja Sera merasa cemas. Seperti trauma, dia hanya takut media menuliskan sesuatu yang buruk padanya. Sera masih belum siap untuk kembali mendapatkan hujatan dari haters.

Sedangkan di mobil lain, Sambara berusaha untuk meyakinkan diri bahwa tidak akan ada sesuatu hal buruk terjadi. Meskipun ada sedikit kekhawatiran kembali menyerangnya.

"Gue nggak bisa bayangin kalau tadi kita ketahuan paparazi," ucap Maren yang ternyata ikut bergabung dengan Sambara. Tidak usah ditanya kenapa dia bisa ada di sini karena dia Marendra.

"Nggak usah dibayangkan. Semoga aja lo pada aman hari ini," sahut Amer yang sedang menyetir.

"Tapi, nggak ada salahnya juga kalau emang project kita di ketahui sama media. Biar sekalian aja agensi nggak usah repot kasih announcement."

Sambara menatap Maren malas, "Jidat lo nggak usah repot. Yang ada malah merugikan banyak pihak."

"Tau tuh, kayak baru setahun aja jadi aktor," sahut Amer.

"Nah, maka dari itu. Karena gue udah bertahun tahun di dunia entertainment, jadi gue bisa ngomong gitu. Dari dulu pasti selalu di awali dengan rumor, eh berujung di konfirmasi agensi. Udah gitu terus. Nah, kalau misal tadi kita keciduk dan di beritakan, lebih bagus dong. Sekalian langsung media yang konfirmasi biar agensi nggak kerja dua kali."

Amer menggeleng tak habis pikir dengan jalan pikiran Marendra. Biarlah, biarkan saja. Biarkan otak spesial nya itu membayangkan banyak hal.

"Serah lo aja dah, serah."

*****

yang nggak paham soal ruangan yang digabung, aku jelasin di sini.

maksudnya tuh, ruangan pak raon dan pak danu itu sebenarnya sebelahan. nah, seperti yang dibilang tadi kalau mereka bestie, jadi kalau ada project kerja sama gini, dua ruangan itu bisa digabung dengan cara mengambil pembatas nya. jadi, hal itu udah membuktikan kalau mereka sedekat apa kan?

semoga paham ya...

untuk Maren...

APALAH KAU APALAH !!!

jangan lupa follow Instagram aku yaa, prwennn!!

@wattpadnila

papayyyyy

Public FigureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang