Thirteen - Sisi yang Lain

155 18 3
                                    

HAPPY READING!!!

*****

Sebuah rumah dengan pagar yang menjulang tinggi, terlihat sangat sepi. Sera berdiri diam menatap pintu rumah yang tertutup dengan buket bunga di tangannya. Rasanya seperti ada sesuatu yang mendorongnya untuk masuk, tapi ada juga yang menariknya untuk pergi. Antara otak dan hati, Sera berperang melawannya.

Perlahan demi perlahan, kakinya melangkah masuk. Membuka pagar yang tidak di kunci, lalu berjalan menuju pintu.

Rumah tetaplah rumah.

ceklek

Sebelum tangannya berniat untuk membuka pintu, seseorang dari dalam sudah lebih dulu membukanya. Seorang pria yang sangat dia kenal, berdiri di depannya.

"Selamat malam, Seraphina. Saya pergi dulu."

Dengan tangan yang mengepal kuat, Sera memejamkan mata saat pria tersebut berlalu pergi. Seperti ada yang menusuk ke jantung, Sera membuka matanya dan melihat mamanya berdiri di dalam tak jauh dari tempatnya.

"Sera, kamu pulang, nak?"

Tangan yang sebelumnya mengepal kuat, kini mulai lemas. Emosi yang sebelumnya ingin meluap, kini mulai reda. Mendengar Mama menyambut kehadirannya, membuat Sera melupakan apapun yang terjadi sebelumnya.

Mama berjalan menghampiri Sera yang masih diam di tempatnya. Memeluknya erat, seolah mereka sudah lama tidak bertemu.

"Happy birthday, Ma. I will forever love you."

Pelukan hangat itu masih berlangsung hingga dua menit berlalu. Sera diam-diam meneteskan air mata di balik punggung Mama nya.

"Terima kasih banyak, anakku. Jangan pernah meninggalkan Mama, ya? You are the only one that mom has."

Mendengar itu, Sera semakin mengeratkan pelukannya. Seolah tak rela untuk melepaskan dan kehilangan.

Sejak Sera debut menjadi seorang idol, dia sudah tidak tinggal lagi bersama dengan Mama nya. Mereka tinggal secara terpisah meski masih berasa di kota yang sama.

Sera adalah anak tunggal. Mama nya melahirkan Sera saat berusia dua puluh tahun. Dari mulai Sera lulus Sekolah Menengah Pertama, mereka hanya berdua. Sang Ayah telah pergi entah kemana. Baik Sera maupun Mama nya tidak pernah membicarakannya sampai saat ini.

Sera hidup dari keluarga yang berkecukupan sejak kecil. Dia tidak pernah mengalami fase ekonomi keluarga yang sulit. Semua kebutuhannya selalu terpenuhi. Tidak ada satupun yang dia inginkan tidak tercapai. Semuanya pasti akan selalu diberikan.

Tentang keluarga, meski Sera dan Mama nya tidak pernah membicarakan soal Ayah, tapi menjadi seorang idol adalah salah satu tujuan Sera untuk mencari keberadaan Ayahnya. Selalu menampilkan diri dalam layar TV, berharap bahwa Ayah sedang menontonnya dari tempatnya berada.

Hingga sampai sembilan tahun dia berkarir di dunia entertainment, Sera masih belum menemukan titik terang tentang keberadaan Ayahnya. Entah masih hidup atau sudah tiada.

Merasa sudah terlalu lama, akhirnya Sera melepaskan pelukan. Membiarkan sang Mama mengusap lembut wajahnya sambil tersenyum.

"Kamu baik-baik saja. Mama sudah mengetahui semuanya. Jangan merasa sendiri, nak. Mama akan selalu ada untuk kamu."

*****

Sambara berjalan memasuki lift. Dengan masker dan kacamata hitamnya, Sambara berjalan begitu santai. Berbeda dengan hari-hari biasa, kini dia pergi seorang diri, tanpa ada Amer yang mengawalnya.

Tujuan Sambara sekarang adalah sebuah tempat ternyaman. Tempat yang akan selalu menyambutnya dalam keadaan apapun. Tempat yang mau bagaimanapun kondisi dan situasi, Sambara selalu menjadikannya sebagai tempat pulang.

Rumah.

Iya, rumah. Bukankah rumah yang di dalamnya terdapat manusia manusia yang saling menyayangi tersebut yang bisa disebut sebagai tempat pulang?Dan Sambara memilikinya.

"Gue pulang hari ini. Kalau mau datang besok aja."

Sambil mengendarai mobil dengan kecepatan sedang, Sambara berbicara dengan seseorang di telepon melalui headset.

"Kabar kemarin soal lo dan Sera, juga dengan komentar kebencian yang terkirim, Mama lo sudah mengetahuinya. Gue udah berusaha buat nutupin itu dari jangkauan keluarga lo, tapi tetap nggak bisa."

Sambara menghela napas panjang. Sesuai dugaan, pasti berita kemarin sudah terdengar sampai keluarga nya. Meski dia tau menutup jangkauan tentangnya pada keluarga adalah satu hal yang mustahil, tapi dia tetap meminta Amer untuk melakukannya.

"Gue sudah menduganya. Itu alasan kenapa gue pulang sekarang."

"Lo aktor besar, Sam. Begitu juga dengan Sera. Susah buat nutup akses tentang lo dari semua orang."

Sambungan terputus setelah Amer mengatakan itu. Sambara memutar setir untuk masuk ke daerah komplek perumahan tempat rumahnya berada. Hanya membutuhkan waktu dua menit, Sambara akhirnya sampai di depan gerbang rumahnya. Bukannya langsung keluar dari mobil, Sambara memilih untuk membuka handphone lebih dulu.

Amer

Selama project film lo bareng Sera belum selesai, gue minta lo lebih hati-hati lagi untuk keluar. Pak Raon kasih kabar kalau media banyak yang masih berusaha untuk mencari informasi tentang kalian.

*****

follow ig @wattpadnila please!!!

papayy

muach.

Public FigureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang