Cuaca Ibu Kota saat ini sangat cerah. Di bawah terik matahari, Sera dan Sambara sedang melakukan take syuting untuk film You & Me. Hari ini adalah Day one mereka melaksanakan syuting. Bukan hanya Sera dan Sambara, tapi Lavanya dan Marendra berserta beberapa tokoh lain juga hadir.
Di antara banyak adegan dan part mereka, scene pertama yang di ambil adalah bagian ending. Sebuah cerita tentang perjalanan seorang perempuan yang berjuang melawan semua tantangan demi terus bersama dengan laki-laki yang sangat dicintai. Dalam cerita berjudul You & Me karya Regina Alya tersebut, cerita ini berkisah tentang kisah cinta yang terhalang oleh banyak dinding. Termasuk dengan restu keluarga, juga dengan lingkungan pertemanan yang tidak merestui.
Sera dalam film ini berperan sebagai Meera. Perempuan yang berjuang untuk mempertahankan hubungannya dengan laki-laki yang sangat dicintai. Sedangkan Sambara berperan sebagai Gara. Laki-laki yang sangat mencintai Meera, namun dia tidak bisa melakukan apapun karena keadaan yang tidak merestui.
"Hari ini, aku baru menyadari satu hal, Gar."
Sera dan Sambara saling bertatapan. Melalui sorot mata masing-masing, mereka seolah memberitahu kepada siapapun yang melihat bahwa mereka sangat mencintai satu sama lain. Mata tajam yang biasa Sera tunjukkan di setiap harinya, kini berubah menjadi sangat teduh. Ada kesedihan dan kekecewaan yang begitu besar dari sorot matanya kepada Sambara.
"Aku menyadari bahwa bukan keadaan yang membuat kita berjarak sejauh ini. Tapi kamu, Gara. Kamu sendiri yang menciptakan jarak itu dengan tidak melakukan apapun demi mempertahankan cinta kita."
Gara, yang di perankan oleh Sambara, diam membisu. Pada kenyataannya, memang seperti itulah yang terjadi.
"Aku mencintaimu, Meera."
"I know. But, what can you do to maintain our love, Gara? Karena aku rasa, kamu yang sebenarnya menginginkan perpisahan itu."
"Aku nggak pernah berpikir untuk pisah sama kamu. Tolong percaya sama aku."
Meera berdecih, "Percaya? Bukankah beberapa hari yang lalu kamu juga mengatakan hal yang sama? Tapi belum ada satu pun yang kamu lakukan untuk mempertahankan hubungan kita sampai hari ini, Gara."
Dengan tangan yang mengepal kuat, Meera berusaha untuk tidak menangis di hadapan Gara.
"Aku selalu percaya sama kamu tanpa kamu minta. Aku akan selalu percaya tentang semua janji yang kamu berikan ke aku. Tapi pernah kamu menepati janji itu? Bahkan, nggak ada satu pun yang bisa membuktikan tentang kamu ke aku atas semua kepercayaan yang ada."
Gara mengusap wajahnya kasar. Dia sendiri juga bingung apa yang harus dia lakukan sekarang. Karena mau bagaimanapun, Gara seperti mendapat tekanan dari segala arah tanpa Meera ketahui.
"Meera, apapun yang akan terjadi, tolong..." Gara menghela napas berat. Dia melangkah lebih dekat, untuk memegang pundak Meera dengan lembut.
"Tolong untuk sekali ini saja, tolong dengarkan aku. Aku sangat mencintaimu, Meera."
Sera diam di tempat. Tidak ada ekspresi senang ataupun sedih di wajahnya. Dia hanya diam saat Sambara meraih tubuhnya untuk di bawa dalam pelukan.
Meera tersenyum getir di balik dekapan seorang Gara. Jujur saja, dia sangat merindukan pelukan hangat ini. Pelukan yang entah kapan terakhir kali dia mendapatkannya dari laki-laki yang sama.
"Cut!!"
Mendengar instruksi dari sutradara, Sera dan Sambara segera melepaskan pelukannya. Mereka sama-sama melempar senyum sebagai bentuk apresiasi bahwa mereka telah berhasil.
"You are great, Seraphina. Proud of you."
Sera tersenyum mendengar itu. Ada rasa bangga dalam diri karena berhasil mendapatkan apresiasi baik di hari pertama.
"You are great too, Sambara. Proud of you too."
*****
"Ini emang udah takdir atau cuman kebetulan aja ya? Mau di real life atau di film aja kita tetap dapat peran sebagai sahabat."
Sera tertawa kecil mendengar ucapan Lavanya. Sungguh sebuah kebetulan yang sangat nyata bukan? Ketika mereka tetap dipasangkan sebagai sahabat meskipun dalam film.
"Itu tandanya kita nggak boleh pisah," jawab Sera santai.
Lavanya mendengus, "Bilang aja lo yang nggak mau pisah sama gue."
Sera lagi-lagi tertawa mendengar setiap kata yang keluar dari mulut Lavanya. Hari ini dia sangat senang. Banyak orang-orang yang memberikan hal-hal positif di hari awalnya. Meski masih banyak hal yang selalu membuat Sera merasa takut dan cemas, Sera bersyukur karena dia mempunyai kesempatan untuk bekerja bersama orang-orang baik.
"Gimana perasaan lo sekarang, Ser?" tanya Lavanya yang membuat ekspresi Sera berubah.
"Baik. Akan selalu baik."
Lavanya tersenyum. Tanpa mengatakan pun, Lavanya tau bagaimana rasa ketakutan itu yang masih ada. Karena biar bagaimanapun, Lavanya juga merasakan hal yang sama.
"Setiap sesuatu yang akan dikerjakan, pasti akan ada satu atau beberapa kejadian yang terjadi. Entah itu bertujuan untuk memberikan kita teguran atau sebuah pengalaman."
"Lo, adalah diri lo sendiri. Sera adalah Sera. Mereka yang suka berisik, nggak tau bagaimana diri lo yang sebenarnya. So, buat apa lo takut sama mereka yang tidak tau apa-apa?"
*****
lopyuuu
jan lupa pollow yawww
@wattpadnila
KAMU SEDANG MEMBACA
Public Figure
Teen Fiction"Nyatanya, kita dilahirkan bukan untuk menjadi diri sendiri. Melainkan, menjadi seseorang yang takdirnya sudah di tulis dalam satu lembar kertas." Tokoh masyarakat, itulah sebutannya. Melakukan banyak hal dengan karakter yang berbeda. Kadang menjad...