BAB 3

2 0 0
                                    

"Zea," panggil seseorang.

"Ya. Owh, pak Kenzo?" ia sedikit terperanjat saat Kenzo menghampirinya.

"Kenapa kau terkejut?" Kenzo berucap saat telah dekat dengan gadis itu.

"Hmm, ba... pak meng... un... dang ku?" tanya dengan terbata-bata.

Bukannya menjawab, pria itu malah memandang Zea dengan tatapan intens serta tersenyum sangat manis. Gadis itu hanya bingung dengan sikap Kenzo yang seperti itu. Beberapa kali ia meneguk kasar ludahnya, karena tak mampu menyikapi dengan baik situasi tersebut.

Kenzo mengambil kedua tangan milik Zea. Ia menggenggam jemari lentik milik gadis manis itu. Mereka berdua saling berhadapan satu sama lain. Siluet mereka tampak begitu intens saat dibawah ketenangan rembulan serta taburan bintang juga menghiasi langit malam.

Hah, rasanya lucu sekali. Mendengar suara detak jantung sepasang insan itu berdegup begitu kencang. Dan lihatlah wajah mereka yang memerah bersemu malu. Ombak laut pun mengerti akan suasana yang tengah terjadi saat ini. Hmm, berterima kasihlah pada jangkrik yang kini telah senyap dan tak berani mengeluarkan suara merdunya. Hanya angin sepoi yang menerpa mereka yang tengah berada dipinggir pantai.

"Zea. Maukah kau menjadi kekasihku?".

-000-

Owalah. Lihatlah gadis itu yang nampak gelisah. Ia seperti cacing kepanasan yang bergulingan diatas kasur.

Dan sekarang ia tersenyum dengan begitu lebar dan kedua tangannya ia letakkan diatas dada kirinya.

"Apakah ini mimpi? Benarkah? Secepat ini? Aku sungguh tak menyangka bahwa ia akan melamar ku malam ini," monolognya.

Kini ia memukul kasur yang ia tiduri. Masih tak menyangka akan kejadian tak terduga tadi.

Beberapa waktu yang lalu, Kenzo melamar kekasihnya yaitu, Zea. Bahkan gadis itu celingak celinguk takut ada kamera yang mengawasi. Yah, mungkin Zea terlalu banyak menonton prank.

Tentu saja, setelah penjelasan Kenzo yang bermaksud ingin dirinya dan Zea terikat pada sebuah ikatan hubungan yang resmi. Dan Kenzo telah berniat melangsungkan niat sucinya untuk melamar Zea.

Dan lihatlah betapa senangnya wajah kekasihnya yang begitu polos.
"Kenzo. Aku tak bermimpi kan? Kau melamar ku? Owh, aku tahu. Kau prank aku yaaa. Ayolah, jangan bercanda. Aku terlalu bahagia jika ini benar nyatanya. Tapi, kalau tidak, aku akan menangis, lhooo,".

Bahkan, Kenzo sendiri yang telah tiga tahun menikmati masa pacaran bersama dengan Zea, ia juga tak begitu paham akan sikap lugunya, yang jatuhnya membuat banyak orang gemas. Bisa-bisanya disaat situasi tengah serius ia malah panik sendiri dengan berbagai penuturan pertanyaan konyolnya.

Jika diingat lagi, yang dilakukan Kenzo hanya tertawa saja. "Hahaha, you are so funny, Zea,".

-000-

"Seannnnnnnn," teriak seseorang saat memasuki kedalam sebuah ruangan yang tadinya penuh ketenangan.

Gadis itu menabrakkan badannya pada pria yang kini tengah berdiri sambil melihat pemandangan kota yang begitu padat. Gadis itu mulai memeluknya dengan erat.

Dan, yah. Pria yang dipeluknya hanya bisa terkejut. "Ada apa?".

"Kau pasti menyukai berita ini," ucapnya terdengar meyakinkan.

Sean hanya mengangkat sebelah alis matanya, pertanda bahwa ia masih belum mengerti arah pembicaraan gadis yang memeluknya saat ini. "Berita apa?".

Gadis itu hanya tersenyum memamerkan deretan giginya. "Kenzo melamar ku tadi malam dan aku menerimanya, kau tahu betapa bahagianya aku saat ini," ucapnya dengan antusias.

Sean yang mendengarkan kabar tersebut lantas hanya bisa diam sambil menyimak. Entah apa yang tengah ia pikirkan saat ini, pria itu merasa hancur sekali.

"Benarkah? Owh, selamat, jika begitu," ujarnya dengan ekspresi yang sulit dibaca.

"Sepertinya kau sangat sulit untuk ku gapai. Apakah aku harus merelakan mu? Benar kata orang, bahwa penyesalan datang di waktu terakhir. Akibat rasa gengsiku, aku harus menelan pil pahit ini. Semoga kau bahagia, wahai cintaku," batin Sean.

-000-

Tanah masih lembab, sebab beberapa jam lalu hujan mengguyur dengan cukup lebatnya di kota yang penuh kesibukan ini. Untungnya tak terjadi banjir.

Dua manusia berwajah tampan itu tengah duduk menyesap minuman hangat yang berbeda warna, yang satu kopi hitam dan yang satunya lemon tea. Raut wajah mereka berdua tampak begitu serius jika diamati.

"Kau telah melamarnya?" akhirnya pembicaraan mereka telah dimulai sejak dari beberapa waktu lalu mereka saling terdiam.

"Kau telah mendengarnya dari mulut Zea. Mengapa pula masih menanyaiku? TUAN SEAN,".

Sean hanya melirik dengan ekspresi datar miliknya. Seolah-olah pria itu tak menyukai tentang dirinya. "Aku hanya...hanya," ucapannya begitu gugup.

"Hanya tak percaya? Begitukah? Kau kalah telak, karena kini Zea adalah milikku," sanggahnya dengan nada tak bersahabat.

"Aku hanya ingin mengatakan selamat. Apakah itu salah?"

"Kini kau mengakuinya? Jangan pernah menyesal atas hal ini,"

Sean merasa disudutkan oleh pria lawan bicaranya, yang tak lain adalah Kenzo. Tapi, pria itu cukup cerdas dalam menggunakan otak cerdasnya. Jadilah, ia hanya diam saja mendengarkan segala hal yang dilontarkan oleh Kenzo untuknya.

"Aku pergi dulu," pamit Kenzo.

"Hati-hati. Dan ku pinta jagalah Zea selalu,"

"Tanpa kau minta pun aku pasti akan melakukannya,"

Kenzo pun berlalu dengan langkah tergesa nya. Menyisakan Sean yang duduk sendirian di ruangan sendu ini.
Yang dilakukannya sekarang hanyalah menatap sang malam dengan menyesap minuman favoritnya.

"Tuan Sean?"

Sean menoleh ke sampingnya dan mendadak terkejut saat melihat siapa yang berada dihadapannya kini. Seorang gadis yang memiliki senyum manis serta parasnya yang begitu rupawan.

-000-

LOVE MAZETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang