BAB 7

0 0 0
                                    

Zea memulai paginya dengan keadaannya yang begitu baik. Gadis itu bahkan meliuk-liukan pinggulnya ke kanan dan ke kiri. Mengikuti irama dari sebuah lagu yang tengah meningkati trending dimana-mana. Sesuai dengan judul lagunya "Dynamite" yang artinya "meledak". Bahkan ia menyanyikan sedikit bait dari lirik lagu tersebut.

"Disco overload I’m into that I’m good to go
I'm diamond you know I glow up
Let’s go

'Cause ah, ah, I'm in the stars tonight
So watch me bring the fire and set the night alight

Shining through the city with a little funk and soul
So I'ma light it up like dynamite, woah

Dynnnnnanana, life is dynamite
Dynnnnnanana, life is dynamite
Shining through the city with a little funk and soul
So I'ma light it up like dynamite, woah"

"Huh, bagaimana bisa mereka membuat lagu sebagus ini sih? Ahh, ingin sekali aku menonton konser mereka," gumamnya.

Gadis itu masih menari dengan secara abstrak. Tak peduli berapa ribuan kali ia mengulang lagu tersebut. Bahkan kini ia telah siap dengan pakaiannya.

"Hello, duniaaaaaaa. Aku siap untuk menikmati harikuuuu," teriaknya menggema disetiap ruangan apartemennya.

-000-

Baru saja Zea akan duduk dibangku kerjanya. Sean sang bos dengan kurang hajarnya menyuruhnya untuk segera menyiapkan segala keperluan untuk meeting yang akan datang beberapa waktu ke depan.

Walaupun dengan perasaan dongkolnya, Zea pun segera turun tangan. Pria itu terlalu banyak kemauan dan Zea harus banyak bersabar menghadapi tingkah laku atasannya itu.

Dan disinilah ia berada. Setiap meeting dengan siapapun ia seakan merasa seperti pengantar makanan saja. Kini ia tengah berada disebuah cafe yang sedang trend karena nilai estetika dan keunggulan dari cafe tersebut.

Sebut saja cafe Sunshine. Bangunan yang penuh berwarna kuning dan orange dimana-mana. Bahkan menu disini banyak yang dihias layaknya Sunshine.

"Ini pesanan mbak," ucap seseorang menghampirinya dengan begitu ramah. Zea menerima bungkusan itu dengan tersenyum.

"Pembayarannya sudah yaa, terima kasih," ujarnya.

Pelayan itu hanya menganggukkan kepalanya dan tersenyum. Mereka cukup akrab, apalagi cafe ini adalah cafe kerja sama antara Sean bersama teman sekolahnya dulu.

Zea telah kembali ke tempat kerjanya. Ia memasuki dapur dan menyiapkan hidangan yang ia beli tadi. Setelah semuanya beres, kini ia menyiapkan segala dokumen yang diperlukan dalam rapat mereka nantinya.

"Semuanya sudah siap?" Zea menoleh kearah belakangnya. Tepat disaat ia menoleh manik matanya bertatapan dengan pemilik netra abu-abu itu.

Aksi tatapan mereka cukup begitu lama. Zea yang menyadari bahwa ia baru saja menganggumi atasannya itupun segera memalingkan wajahnya.

"Su-sudah, pak," ucapnya seketika gugup. Sean pun hanya bisa mengedipkan matanya berkali-kali. Ia begitu sangat mengkhawatirkan suara degub jantungnya akan terdengar oleh Zea.

Tok... Tok... Tok

Suara ketukan pintu mengalun di ruangan itu. Zea begitu refleks membuka ruangan tersebut.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 03, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LOVE MAZETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang