BAB 5

0 0 0
                                    

Entah apa yang dirasakan oleh Zea. Mendengar penolakan dari Sean membuatnya cukup kecewa.

"Maaf Zea, aku tidak bisa," ucapnya setelah ia terbata-bata.

"Why?" desaknya.

"Aku sudah memiliki janji,"

Zea pikir itu hanyalah alasan dari Sean. Firasatnya mengatakan bahwa pria itu tengah menghindari sesuatu.

Zea pun ingat saat ia mengatakan bahwa Kenzo telah melamarnya, seketika itupun Sean berubah. Ia menjadi banyak diam dan menghindar. Biasanya mereka selalu banyak bicara bahkan sering berdebat, tapi kini pria itu memilih membisu.

Padahal Zea begitu berharap jika Sean dapat menjadi wali di malam besok. Tapi, ia harus bisa menerima keputusan Sean. Padahal ia mengingat jika dulunya Sean menganggapnya sebagai "adiknya". Apapun yang terjadi padanya, ia harus memberitahu pada Sean.

"Entah kenapa aku merasa kecewa padamu Sean," lirihnya.

-000-

"Seannnn, apa yang kau katakan," ucapnya penuh frustasi.

Jam di nakas telah menunjukkan pukul 2 dini hari. Ia belum bisa memejamkan matanya dikarenakan masih terpikir akan ucapannya tadi.

"Kenapa aku menolak permintaannya? Seharusnya aku menemaninya. Selalu saja egoku yang menjadi penghalang untukku. Owh, tidak. Apa yang harus ku lakukan? Aku tidak bisa melihat Zea di permalukan oleh keluarga Dexter," Sean terus membatin.

Pikirannya begitu kacau, ia terlalu kalut dengan permasalahan yang terbilang sepele ini. Tapi, tidak bisa dikatakan sepele juga. Sean tahu seperti apa keluarga Dexter, ia telah mengenal keluarga sang rivalnya bertahun-tahun lamanya dari kakek buyutnya.

-000-

Disebuah rumah megah pada pagi hari yang begitu cerah saat ini hanyalah terdengar suara dentingan sendok yang bertabrakan dengan piring.

Pada ruang makan itu terdapat lima orang yang tengah sarapan. Suasana yang tadinya sunyi kini terdengar sebuah suara menginterupsi.

"Ku dengar kau telah melamarnya. Apakah itu benar?" pertanyaan itu dilontarkan oleh seorang pria tua dengan usianya yang berkisaran 70-an keatas. Ia menatap tajam pada seorang pria yang duduk begitu tegap.

Ia pun menghentikan suapan terakhir miliknya. Matanya menoleh kearah lawan bicaranya dengan ekspresinya yang tak bersahabat. "Ya. Dan malam ini adalah perjamuan antara kedua keluarga,".

"Kita lihat saja perempuan yang kau pilih itu seperti apa," ucapnya lagi sebelum ia beranjak pergi dari bangkunya.

Pria itu melempar kasar sendoknya kearah meja makan. Ia pun ikut beranjak dari tempatnya dan berjalan kearah depan rumahnya.

"Mama akan menyusul Kenzo dulu," ucap Dian. Nyonya dari keluarga Dexter.

Tinggallah dua orang yang tersisa yang kini menikmati sarapan mereka. Dengan santainya mereka menikmati sarapan yang belum habis.

"Kak Kenzo beneran mau ngelamar kak Zea ya, pa?" tanya seorang gadis yang memiliki paras yang begitu imut.

"Iya, kakak mu itu akan nikah," jawab tuan Dexter setelah mengunyah sarapan miliknya.

LOVE MAZETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang