BAB 2

7 0 0
                                    

Disinilah mereka berdua berada, didalam ruangan sang bosnya. Sedangkan Zea kini tengah sibuk membereskan wadah dan sisa remahan makanan yang baru saja mereka makan. Setelah Sean mengatakan bahwa ia tadi sangat lapar dengan sigap pula Zea menyuruh seorang pelayan yang bekerja di rumah Sean untuk mengantarkan makanan siangnya.
Yah, Sean begitu anti makanan luar, bahkan jika ia bertemu dengan klien di tempat semacam restoran maupun cafe ia hanya memesan kopi hitam dengan rasa yang begitu pahit. Hal ini dikarenakan ia terlalu terbiasa dengan masakan rumahan.

"Kau memiliki waktu luang?" Zea menoleh saat pria itu bertanya dengannya.

"Sekitar?" gadis itu sempat berhenti sejenak untuk melihat bosnya.

"Malam ini," tutur Sean.
Gadis itu nampak berpikir sejenak. Terlihat kerutan di dahinya serta matanya yang bergerak kesana kemari pertanda bahwa ia sedang mengingat suatu hal.

"Hmm, sepertinya tidak bisa," putusnya kemudian dengan nada penuh keyakinan.

"Kenapa?"

"Karena aku akan pergi berkencan," ucapnya santai sambil tersenyum manis.

Sean yang mendengar akan jawaban Zea pun hanya menganggukkan kepalanya tanda mengerti, sedangkan didalam hatinya menjerit karena terluka.

-000-

"Kau dimana? Aku telah menunggu mu didepan kantormu. Cepat temui aku. Jika boleh jujur, aku sangat merindukanmu," yah, begitulah isi pesan yang didapatkan oleh Zea. Gadis itu dengan terburu-buru nya mengemasi barang miliknya.
Ia berlari di setiap pelosok gedung tersebut dengan kecepatan yang lumayan sangat laju. Saat telah berada di luar gedung itu, gadis itu celingak celinguk mencari seseorang. Dan yah, ketemu. Pria dengan pakaian setelannya yang masih lengkap berwarna silver itu tengah melambaikan tangannya.

Zea yang melihat itupun tersenyum manis dan berlari. Kini ia tengah berada didalam pelukan pria tersebut. Pelukan yang begitu hangat dan memberikan sebuah rasa nyaman yang menenangkan.

Pria itu mengacak kasar rambut gadisnya "Ready?" tanyanya.

"Yes. I'm ready, baby" ujarnya dengan kesenangan yang tiada tara.

"Baiklah, silahkan masuk tuan putri," ucapnya dan mempersilahkan gadis itu masuk ke mobilnya.
Gadis itu sangat terkekeh pelan saat ia diperlakukan layaknya seorang princess dan ia begitu tersanjung. Pastinya para wanita lain tampaknya ingin diperlakukan semanis ini.
Ia pun segera masuk ke dalam mobil. Pria berparas tampan itupun segera menutup pintu mobil yang dinaiki oleh gadisnya. Dan ia menaikinya lewat pintu sebelah kanan. Mobil itupun segera meninggalkan pekarangan gedung yang tinggi menjulang tersebut.

Pemandangan itupun tak lepas dari kedua netra pemilik lensa abu-abu itu. Pria itu hanya memandang dengan tatapan yang sulit diartikan, dan dia adalah Sean. Yah, sejak tadi ia melihat adegan picisan yang tak sengaja disiarkan tepat didepan matanya.

-000-

Sebuah mobil melaju dengan kecepatan sedang ditengah keramaian kota. Mobil tersebut semakin berjalan menuju kearah jalanan yang sepi. Tampaknya, kebingungan kini tengah melanda gadis yang tadinya duduk santai didalam mobil.

"Ken, kita mau kemana?" gadis itu bertanya-tanya, sedangkan yang ditanya hanya tersenyum manis sambil menggenggam erat tangan gadis itu.

Gadis itu terlihat sedikit kebingungan, entah kenapa pikirannya pada pria disampingnya itu malah membuat ia takut. Padahal selama ini ia memiliki sifat khas seorang pria sejati dan begitu menghormati wanita. Tapi, entah kenapa, kini ia dilanda oleh keraguan yang ia ciptakan sendiri.

Lama bergelut dengan pemikiran yang tidak-tidak, akhirnya sepasang kekasih itu telah tiba di suatu tempat yang begitu indah. Perjalanan yang cukup memakan waktu.

Dan kini, gadis itu sangat takjub dengan apa yang ia lihat sekarang. Kedua netranya tak terlepas dengan pemandangan yang begitu indah, terlihat bulan purnama bersinar penuh dengan taburan bintang yang menghiasi langit malam. Deburan ombak serta angin sepoi menambah kesan yang hangat. Yah, mereka tengah berada dipinggir pantai.

"Ken," lirihnya. Kini pandangannya beralih pada pria yang tengah tersenyum didepan matanya.
Pria itu menggenggam jemari tangan sang kekasih. Lalu, menariknya dengan sedikit kasar membuat gadis itu terperanjat. Jadilah, saat ini mereka tampak berlari dipinggir pantai. Dengan diiringi senyum manis dari keduanya.

Lelah dengan gaya larian, akhirnya sang pria menuntun gadisnya kesebuah tempat yang telah dihiasi dengan berbagai lampu warna-warni, sekumpulan bunga, serta lilin. Terdapat dua bangku dengan satu meja. Katakan saja mereka ingin makan malam bersama. Wah, lihatlah kini suasananya sangatlah romantis sekali.

"Duduklah," pria itu menarik bangku didekatnya dan sang gadis dengan polosnya menurut perkataan pria itu.

"Tuan Kenzo yang terhormat, apakah ini kau yang menyiapkannya?" tanyanya.

Pria yang bernama Kenzo pun tersenyum manis lagi. Sebelumnya ia terlebih dahulu duduk dibangku yang satu lagi. Kini mereka saling berhadapan.

"Tentu saja. Karena hari ini sangat special untukku," jawabnya dengan seadanya.

"Special? Apakah kau memenangkan job mu?"

"Tidak. Lebih baik kita makan terlebih dahulu,".

Zea pun segera menyantap berbagai hidangan didepannya. Hanya dentingan sendok dan suara ombak yang menemani mereka. Tidak ada musik romantis. Karena Zea lebih suka hal yang berbau alami.
Mereka berdua telah selesai menyantap makanan yang telah dimakan oleh mereka. Sedikit ada jeda waktu. Tak lama setelah itu, Kenzo menarik lengan Zea.
Zea pun menurut. Mereka berdua berada dipinggir rumbai bunga yang telah dibentuk hati. Kenzo mulai berlutut dan mengeluarkan sebuah kotak kecil berwarna merah.

"Zea Aaera Trixie. Maukah kau menjadi tulang rusukku?".

-000-

LOVE MAZETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang