Despair

217 11 10
                                    

"Jadi gimana kemarin Ta? Udah dihubungi HRD lagi belum?"

Tek tek tek. Suara pisau Ibu yang sedang memotong tipis bawang merah beradu dengan talenan kayu. Mengiringi pertanyaan yang akhir-akhir ini familiar sekali di telinga Tita. 

Adzan subuh belum berkumandang, hari masih gelap. Tapi dapur rumah Tita sudah ramai dengan aktivitas ibu dan anak ini. Pintu dapur yang menuju langsung ke halaman kecil di belakang rumah sengaja dibuka, mempersilakan masuk udara dingin nan sejuk. Setidaknya Ibu dan Tita tidak merasa terlalu gerah karena berhadapan langsung dengan hawa panas kompor yang sudah menyala dari pukul tiga tadi.

"Belum ada kabar lagi, Bu. Mungkin masih berlangsung proses rekruitmennya. Doain Tita aja ya Bu." Jawab Tita sambil memisahkan daun kangkung dari batangnya. Jawaban template yang selalu Tita berikan. 

Meskipun Tita sebenarnya sudah tahu bahwa ini adalah kegagalannya yang kesekian kalinya, tetapi dia tetap berusaha untuk tetap tegar. Dua minggu telah berlalu sejak terakhir kali dia menghadiri wawancara di perusahaan swasta tidak jauh dari rumahnya ini. Ibu, seperti biasa, sangat berharap agar Tita bisa diterima di perusahaan tersebut. Dua kakak Tita sudah berkeluarga dan tinggal bersama keluarga kecil mereka masing-masing. Tita tahu, di dalam hati Bapak dan Ibu, hanya Tita satu-satunya yang diharapkan untuk tetap dekat dengan mereka.

Setelah Tita memberikan jawaban yang terkesan biasa-biasa saja, Ibu hanya mengangguk dan tersenyum tipis. Kemudian, dia kembali fokus menyelesaikan pekerjaannya. Meskipun tak ada kata-kata yang diucapkan, Tita bisa merasakan betapa besar harapan dan dukungan yang terpancar dari tatapan lembut Ibu.

Sreeeenggg. Aroma sedap ayam ungkep yang masuk ke penggorengan seketika merebak, memenuhi ruangan kecil itu. Ruang dapur yang sederhana namun hangat itu menjadi saksi dari berbagai kenangan indah keluarga Tita. Di sudut dapur, terdapat meja kayu tua yang menjadi tempat Tita dan Ibu berkreasi memasak. Meja itu telah menyaksikan banyak momen bahagia dan kebersamaan antara ibu dan anak.

Tita, seperti biasa, bangun sebelum fajar untuk membantu Ibunya mempersiapkan masakan untuk warung makan milik keluarganya. Warung makan yang telah membantu menghidupi keluarga mereka sejak Tita masih kecil. Masakan Ibu memang selalu enak dan lezat, tak heran jika warung makan mereka selalu ramai pengunjung. Ibu juga sering menerima pesanan untuk berbagai acara, menunjukkan betapa populer dan dihargai masakan Ibu di lingkungan sekitar.

Dengan lincahnya, Tita mulai menyiapkan bahan-bahan untuk memasak. Tiba-tiba, ruang dapur yang tadinya sunyi menjadi penuh dengan keramaian dan kegiatan. Suara gemerincing pisau yang memotong bawang dan bumbu-bumbu lainnya, serta suara berdesir minyak yang memanggoreng ayam, menciptakan harmoni tersendiri di dalam ruangan. Tita dan Ibu bekerja sama dengan gesitnya, saling bahu membahu untuk menyelesaikan tugas mereka.

Di sudut dapur, terdapat rak kayu yang dipenuhi dengan berbagai macam bumbu dan rempah-rempah yang telah disusun dengan rapi oleh Ibu. Setiap wadah bumbu memiliki cerita tersendiri, mengingatkan Tita akan kenangan-kenangan manis masa kecilnya ketika dia belajar memasak bersama Ibu.

Warna-warni bahan-bahan masakan yang tersusun di atas meja memberikan sentuhan keceriaan di ruang dapur yang sederhana namun hangat itu. Sayuran segar, daging ayam, dan rempah-rempah yang beraneka ragam menjadi bahan utama untuk masakan yang akan disajikan hari ini. Semangat dan kegigihan Tita dan Ibu dalam mempersiapkan masakan tidak pernah pudar, meskipun mereka mungkin harus menghadapi berbagai tantangan dan kesulitan.

Di sudut ruangan, terdapat lemari es tua yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan berbagai bahan makanan yang dibutuhkan. Setiap lemari es penuh dengan berbagai macam bahan makanan yang disusun dengan rapi oleh Ibu. Lemari es itu menjadi penjaga kelezatan masakan Ibu, menjaga agar bahan-bahan makanan tetap segar dan berkualitas.

Arcadia: Perjalanan Menemukan Peta MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang