Third Person 3

45 3 0
                                    

damian di larikan ke rumah sakit karena ia akan melahirkan dan mereka mau melakukan operasi sesar karena keadaan damian dan pinggulnya tidak memungkinkan damian untuk melahirkan normal, maya dan arthur gelisah di ruang tunggu.

"aku pulang sebentar, aku lupa membawa tas pakaian damian"

"aku akan menelpon supir untuk menjemputmu"

"tidak usah, aku akan menyetir sendiri kan dan aku pinjam mobillmu ya?"

"ya, hati hati karena cuaca sangat buruk tiba tiba"

maya mengangguk dan segera bangkit, entah mengapa perasaan arthur tidak nyaman yang ia pikir mungkin keadaan damian yanh sedang menjalani operasi sekarang ini.

arthur menunggu sendiri dengan gelisah dan entah kenapa rasanya waktu berjalan sangat lambat, ia harap damian serta bayi mereka akan baik baik saja karena ia tidak bisa membayangkan jika sesuatu terjadi pada keduanya.

====

damian siuman dan merasakan sakit dengan tubuh yang sangat lemah karena bius yang ia dapatkan saat operasi, ia palingkan wajah nya lada boks bayi yang sepertinya bayinya sedang tidur namun damian tidak menemukan maya maupun arthur.

wajah damian sedih yang mana ia hanya sendirian dan ia ingat kalau ia harus meninggalkan anak nya dan mereka saat ia pulih nanti, damian tidak tahu harus apa saat ia pergi nanti karena mana mungkin ia kembali pulang dan tinggal bersama ayahnya membuatnya muak.

sudah dua hari berlalu namun arthur maupun maya tidak juga muncul dan ia hendak menghubungi mereka tapi ia harus mengatakan apa, damian hanya menatap layar ponselnya yang bahkan ia tidak melakukan apa apa hanya ia semakin yakin kalau arthur tidak mencintainya.

keesokan. harinya barulah arthur datang dengan buket bunga mawar besar namun ia hanya sendiri namun wajahnya sangat sedih membuat damian bingung, arthur meletakkan kepalanya di bahu damian dan ia terdengar terisak halus mengatakan kalau maya tewas karena kecelakaan beberapa hari yang lalu.

damian terkejut dan terpukul mendengar nya karena ia sangat menyayangi maya seperti kakak mya sendiri, damian menangis memeluk arthur mengabaikan sakit pada perutnya karena hatinya sangat sakit ia kembali kehilangan orang yang ia sayang seperti ibunya.

====

damian merindukan maya dan ia menatap foto besar yang tergantung di ruang tamu dimana ada foto arthur, maya dan dirinya, damian masih ingat semua berkat maya ia memiliki hidup yang lebih baik.

"damian kau baru pulang dari rumah sakit, istirahatlah"

suara arthur menyadarkan nya dan ia berjalan menuju kamar nya namun arthur membuatnya terkejut, arthur mengambil anak mereka dari gendongan damian.

"tuan memintaku untuk istirahat"

"itu bukan kamar mu lagi, kamar itu sudah menjadi kamar bayi dan mulai sekarang kau sekamar dengan ku damian namun bukan kamar ku dengan.....maya tapi kamar lain yang khusus untuk kita berdua, kau suamiku damian"

damian mematung dan ia pikir ini hanya mimpi.

"satu lagi damian, aku tidak mau berpisah dengan mu karena aku dan anak kita membutuhkan mu ada di sisi ku"

"tuan, saya tidak sejajar dengan nyonya"

"kau sejajar sejak menikah dengan ku, ini permintaan mata karena ia tahu kah mencintaiku dan aku perlahan mulai mencintai mu"

damian mematung dan ia menangis, mana mungkin mimpi indah menjadi nyata.

"kenapa menangis, aku pikir kau akan tersenyum lebar damian"

damian mendongak menatap arthur.

"aku senang, aku tahu meskipun aku tidak seperti nyonya di hati tuan aku akan menunggu tuan menerimaku dan memiliki sedikit tempat di hati tuan"

"kau sudah menempatinya damian"

arthur mencium bibir damian hingga wajah damian tersenyum, arthur menggendong damian yang mana di gendongan damian ada bayi mereka dan arthur membawa mereka di kamar baru untuk memulai awal yang baru bersama damian.

end

The DaddiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang