BAB 3

641 36 0
                                    

Typo bertebaran
~~~~~~~

Alvin marah dan beranjak dari sana meninggalkan mereka yang masih termenung,ia menuju kamar dan masuk ke dalam kamar nya tidak lupa ia mengunci nya.

Tanpa permisi air mata Alvin lolos begitu saja ia menangis tanpa suara sambil bersandar di tembok.

Yang tadi nya hanya tangisan tanpa suara sekarang berubah menjadi tangisan yang memilukan.

"Hiks... hiks...hiks,sakit hiks...hiks"gumam nya sambil memegang dada nya yang terasa sakit.

Setelah tiga puluh menit akhir nya Alvin meredakan tangisannya dan beranjak menuju kamar mandi.

Tak berapa lama Alvin sudah mengenakan pakaian khas tidur nya ia menuju balkon untuk menjernihkan pikiran nya.

"Huhhffff...ternyata masih sama rasa nya"ucap Alvin sambil menghela nafasnya is menatap taman yang berada tak jauh dari sana dengan pandangan yang kosong.

"Kalau gue jatuh dari balkon,apa gue mati lagi yah?"menolong nya sambil menatap ngeri ke bawah ia membayangkan kalau jatuh dari balkon pasti bakalan remuk tubuh nya.

°°°°°°°°

Sementara itu di tempat lain terlihat seorang pria sedang memantau Alvin dengan cctv nya,tanpa sepengetahuan alvin ia menaruh cctv di kamar Alvin.

Ia menatap tajam mendengar ucapan Alvin walau terdengar samar tapi ia masih bisa mendengar nya.

Ia pun bergegas menuju kamar Alvin namun nihil Alvin mengunci pintu nya dari dalam tanpa kehabisan akal ia mengambil kunci cadangan yang berada di kamar nya ia telah membuat sendiri tanpa sepengetahuan siapapun.

Ceklekkk

Pintu terbuka ia bergegas menghampiri Alvin yang sedang melamun,sorot matanya begitu tajam menatap pandangan di depan nya,tanpa disadari Alvin ia hampir aja terjatuh dari balkon namun sebelum itu terjadi seorang pria sudah menarik pergelangan tangannya.

Ia memeluk Alvin yang nampak terkejut,tanpa disadari Alvin pria tersebut melilit kan tangan nya di pinggang Alvin yang nampak ramping itu dan membenamkan wajahnya di ceruk leher Alvin.

Alvin tersadar dari keterkejutan nya ia bisa merasakan hembusan nafas di leher nya,Alvin mendorong pria tersebut sampai pelukan nya terlepas dan bertapa terkejut nya ia melihat pria di depan nya sambil tersenyum.

"LO!!?"

°°°°°°°°

"Eughhh"lenguhan yang berasal dari seorang pemuda yang tak lain adalah Alvin ia membuka matanya sambil mengumpulkan nyawanya.

"Huhhffff....gimana yah caranya gue bisa menghindari dia setelah kejadian semalam gue benar-benar gak bisa tidur dengan tenang"ucap Alvin dengan mengingat kejadian semalam dengan pria itu.

"Nanti aja lah gue urus dia,sebaiknya gue mandi dulu"gumam nya dan beranjak dari kasur nya menuju kamar mandi.

Sehabis mandi Alvin terlihat lebih segar dari pada kemarin ia sudah lengkap dengan seragam nya.alvin berjalan dan menatap pantulan cermin diri nya,terlihat lah wajah Alvin yang tampan nan manis itu.

"Beuh ternyata gue ganteng juga yah"ucap nya dengan narsis dan mengusap kepala nya kebelakang.

"Apa gue rubah aja yah penampilan gue jadi badboy?"tapi nanti bakalan gempar"sambil berpikir apa kah diri nya harus berubah menjadi badboy atau tetap berpenampilan culun.

"Ah lebih baik gue tetap berpenampilan culun,tapi kali ini berbeda"ucapnya berfikir sambil menyeringai.

"Gue gak akan pernah tunduk kepada siapa pun"gumam nya dan menatap tajam pantulan cermin di depan nya.

"Tidak ada lagi yang bisa bully gue di sekolah maupun di rumah,kerena Alvin yang lemah dan bodoh sudah tidak ada lagi sekarang hanya ada Alvin yang tidak mudah di tindas"sambung nya dan berjalan mengambil kacamata nya yang berada di atas meja belajar nya.

Alvin keluar dari kamar nya Sebelum menuruni tangga ia Melihat keluarga nya sudah duduk di kursi makan.

Tap

Tap

Tap

Alvin mendengar suara langkah kaki menuju ruang makan dan menatap seorang pria di sana, ntah kenapa ia merinding ketika bertatapan dengan nya,pria tersebut tersenyum kepadanya

"Pagi semua nya"ucap seseorang pria membuat mereka yang berada di ruang makan terkejut mendengar suaranya.

"Paman Liam!!?pagi paman"ucap Alvaro dengan tersenyum cerah, perkenalkan dia adalah liam Bimantara adik dari xavier Bimantara umur nya masih 25 tahun ia adalah bungsu dari 4 bersaudara, liam tinggal di rumah kakak nya kerena sebuah pekerjaan,kenapa tidak menyewa apartemen saja?Jawabannya kerena ia malas hanya sendirian di apartemen.

"Pagi paman"ucap Felix dan Stevan sementara Xavier hanya menatap datar adik nya tanpa menjawab sapaan nya.

Ayu berjalan ke arah Liam yang berdiri tanpa aba-aba ia menjewer telinga nya kerena pulang gak bilang-bilang.

"Bagus yah kamu gak bilang kalau sudah pulang"ucap ayu dengan mengoceh sambil terus menjewer telinga nya.

"Aduh ka telingaku merah"balas nya dengan berusaha melepaskan jeweran nya.

Ayu pun melepaskan telinga Liam dan berjalan ke arah meja makannya.

"Ngomong-ngomong dimana Alvin?"tanya liam basa-basi padahal ia baru saja melihat nya berada di anak tangga.

"Ngapain paman tanya anak sial itu"jawab Felix dengan sinis sedikit meninggikan nada bicaranya

"FELIX!!..DIA ITU ADEK KAMU"sahut Liam dengan nada yang tegas.

"Cih,aku tidak mau mempunyai adek lemah dan pembunuh seperti dia"balas Felix dengan sedikit ngegas.

Sementara itu ada sosok pemuda yang melihat pertengkaran antara kakak dan pamannya, ia merasa heran.."sejak kapan pamannya membela nya?dan pembunuh? maksudnya apa?"pikir nya

"Apa gue melewatkan sesuatu? kejadian ini tidak pernah terjadi di masa lalu"batinnya sambil mengerutkan keningnya

"Huhhffff..."

"Lebih baik gue siapin mental dulu sebelum turun buat hadapin mereka"gumamnya dan berjalan menuruni anak tangga.

Tap

Tap

Tap

Sebelum liam menjawab perkataan Felix ia mendengar suara langkah kaki menuruni anak tangga.

Interaksi mereka teralihkan dengan turunnya sesosok pemuda yang berjalan kearah mereka.

Felix menatap sinis kearah nya sedangkan Xavier hanya menatap datar anak itu,ayu acuh tak acuh sementara Alvaro tersenyum cerah dan menyapa Alvin sedangkan Stevan hanya diam saja.

Liam bingung bagaimana caranya biar mereka bisa menerima Alvin lagi setelah kejadian itu.

Sedangkan Alvin menatap intens paman nya itu mata mereka bertemu Liam tersenyum dan mengangguk kepalanya dan di balas Alvin dengan tersenyum tipis tidak berapa lama Alvin memutuskan tatapan nya.

"Merusak pemandangan saja"ucap Felix dengan sinis dan menatap Alvin dengan tajam.

"Felix!!lupakan se-

"Apa yang terjadi disini?"sebelum liam menyelesaikan ucapan nya sudah di sela oleh seseorang, sontak saja membuat mereka semua bungkam dan terkejut terutama Alvin sudah berkeringat dingin.

Bersambung
°°°°°°°°°

Gimna cerita nya?

Jangan lupa vote and komen

TRANSMIGRASI KEMASA LALU [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang