SEMBILAN

71 9 2
                                    

"Jadi Ra, kamu bisa gak, gantiin Qila jadi khodimah di sini?" Ucap Hamidah menawarkan.

"Bisa banget. Mondok bukan hanya sekedar menuntut ilmu, tapi mencari berkahlah yang paling utama." Jawab Ayra dengan senang hati.

***

Malam sudah semakin larut. Begitu gelap dan tenang. Sayup-sayup terdengar suara jangkrik memecah keheningan malam. Ketiga khodimah itupun kembali ke asrama setelah melakukan banyak pekerjaan rumah. Mulai dari membersihkan pojok-pojok rumah, menyusun rapi barang jualan dan kitab-kitab yang berserakan, membersihkan debu di setiap ruangan, menyapu dan mengepel seisi rumah, mencuci seluruh pakaian kotor, dll. Ada banyak yang mereka lakukan hari ini karena besok Ustadzah Azizah bersama suami akan pulang dari umroh. Betapa tenangnya perasaan guru mereka itu ketika pulang sedangkan rumah mereka dalam keadaan bersih dan rapi.

"Aku udah gak sabar menyambut kedatangan Ustadzah Azizah, Sal! Udah kangen banget." Ucap Hamidah memulai topik, sesaat setelah meninggalkan gerbang depan rumah Gus Rayhan.

"Akupun... Semoga perjalanan mereka dilancarkan oleh Allah." Lanjut Salmiah.

"Aaaamiiinnn... " Balas Hamidah dan Ayra turut mendoakan.

"Eh, tunggu!!! Hamidah menghentikan langkah mereka dan menatap gerbang asrama putri yang sudah terkunci dengan gembok.

"Kayaknya malam ini kita gak bisa tidur di asrama deh guys." Lanjut Hamidah.

"Tenang, masih ada jalanan kecil kok di samping rumah Ning Itta yang mengarah ke serambi masjid." Ucap Salmiah memberi saran.

"Owh iya, lupa. Oke gas, kita ke sana!" Seru Hamidah.

***

Rupa-rupanya, jalanan kecil itu telah ditutup dengan pagar tembok yang mengelilingi masjid sejak 3 hari yang lalu.

"Awweh... Terus kita tidurnya di mana? Aku dah ngantuk beraatttttt... " Keluh Hamidah sambil menghentak-hentakkan kakinya.

"Hussttt... yang sabar, Ham! Jangan ribut...!!! Ntar orang lain terganggu. Gini aja, kita kembali ke rumah Ustadzah Azizah lalu tidur di sana." Saran Salmiah.

"Emang kita mau tidur di kamar manaaaaaaa!? Belum izin juga sama penghuni rumah." Lanjut Hamidah.

"Bukan dalam kamar, di sofa aja. Atau di atas karpet di ruang tengah."

"Owh iya, ayoooooo!!! Aku dah ngantuk." Seru Hamidah sambil memutar badan dan berlari menuju arah tujuan.

"Ayo, Ra!" Ucap Salmiah sambil menggandeng tangan kanan Ayra.

Ayra hanya berjalan mengikuti ke manapun kedua perempuan itu pergi.

***

"Alhamdulillahhhh....." Kata Hamidah sambil merebahkan tubuhnya di atas karpet.

"Aku bobo duluan yah, Sal, Ra! Selamat perawatan! Semoga makin glowing. Bismikallaahumma ahyaa wa bismika amuut." Kata Hamidah lalu memejamkan matanya seusai membaca doa.

"Selamat tidur si paling capekkkk!" Lanjut Salmiah sambil mengolesi masker di wajahnya.

"Eh, Sal! Kalau maskeran tuh jangan bicara, ntar maskernya rusaaakkkk!" Timpal Ayra.

"Owh iya, ini pertama kalinya aku maskeran. Selama ini aku belum pernah perawatan hehe." Balas Salmiah malah tertawa.

"Eh jangan ketawa jugaaa aduhhhh.. !!! Malah tambah rusak nantiiii!!!" Keluh Ayra.

***

Pukul 02.20 Dini hari

Tuuuuttt... Tuuuuttt.... (Ponsel Gus Rayhan berdering)

Tangan Gus Rayhan meraba mencari ponselnya yang terletak di atas dessert (lemari kecil) di samping tempat tidurnya.

"Halo? Kenapa!?" Gus Rayhan menjawab panggilan telepon.

"Rey, hiks..hiks... Kak Fakhry kecelakaan dan sekarang sedang dirawat di ruang ICU. Kamu bisa ke sini gak?" Ucap suara wanita yang menangis dari telepon.

"Di rumah sakit mana?" Tanya Gus Rayhan dengan nada pelan.

"RSUD, Rey. Eh, kamu baru bangun yah? Maaf yah, kalau aku bangunin! Soalnya gak ada lagi yang... " Ucap wanita itu.

"Gak apa-apa, aku cuci muka dulu! Baru ke sana, oke? Kamu tunggu di sana yah, jangan nangis!" Gus Rayhan memotong pembicaraan.

"Oke, terima kasih. Hati-hati yah.....say!" Ucap wanita itu sebelum menutup telepon.

Gus Rayhan meletakkan ponsel di tempat tidurnya dan segera menuju kamar mandi yang ada di lantai dua. Tiba-tiba listrik dan lampu mati berbarengan tepat ketika Gus Rayhan baru saja meninggalkan kamarnya. Ia kembali mendatangi kamarnya dan mencari ponsel untuk menyalakan senternya, namun ponsel itu tidak dapat ditemukan. Akhirnya ia kembali meninggalkan kamarnya menuju kamar mandi untuk mencuci muka dan segera bersiap-siap pergi.

Ternyata air yang tersisa di kamar mandi tidak cukup untuk ia gunakan mencuci muka. Bahkan ¼ gayung pun tidak cukup. Ia meraba mengambil face washnya dari lemari kecil dalam kamar mandi itu lalu menuju kamar mandi lantai satu.

Ia berjalan menuruni anak tangga diiringi dengan rintik hujan nan deras dan petir yang menggelegar di luar sana. Tiba-tiba langkahnya terhenti ketika tak sengaja melihat sosok wanita di pembelokan tangga yang menempelkan dirinya ke tembok. Rambutnya teruai panjang berwarna hitam, wajahnya putih bersih bak kertas hvs, dan matanya melotot ke arah Gus Rayhan.Tepat disaksikannya saat cahaya kilat sepintas menyinari tangga dan sekitarnya. Tubuh Gus Rayhan mulai gemetar dan napasnya terengah-engah. Dengan sigap ia memejamkan matanya lalu membaca ayat kursi agar makhluk astral itu segera menghilang dari pandangannya. Tak cukup 3 menit lalu Gus Rayhan kembali membuka matanya. Tapi makhluk yang tadi malah menutupi rambutnya dengan jilbab.

"Haaaaaaaaa!!!!!! Kamu siapaaaaaa!!!!????" Jerit Gus Rayhan ketakutan bahkan hampir terpeleset dari tangga.

"Saya Ayra gus, saya mau ke atas mengambil dompet saya yang ketinggalan tadi siang. Tapi saya menunggu gus berjalan duluan." Jawab Ayra dengan polosnya.

***

Miracle After Met YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang