EMPAT BELAS

26 3 2
                                    

Kriiiiiiiiiiiingggggggg.... Kriiiiiiiiiiiingggggggg.....

Bel berbunyi pertanda waktu belajar untuk jam pertama di pagi ini sudah habis. Ayra, Salmiah, dan Hamidah bergegas menuju kediaman Ustadzah Azizah. Ba'da subuh tadi Ustadzah Azizah memberitahu mereka bahwa kemungkinan di jam istirahat nanti akan ada sahabatnya yang datang bertamu, sekaligus mengantar putrinya berpindah ke pesantren Nurul Huda. Salmiah dan Hamidah penasaran, siapakah gerangan yang akan datang.

"Tak biasanya Ustadzah Azizah bersiap-siap nyiapin se-perfect ini kan, Sal. Sampai merenovasi ruang tamu, halaman depan, ganti gorden. Aku kepo banget deh, Sal. Siapa yang bakal datang nanti." Bisik Hamidah.

"Hussttt diaam! Ini bukan urusan kita." Balas Salmiah.

***

Mobil Toyota Alphard berwarna silver berhenti di depan gerbang. Sontak Ustadzah Azizah menuju gerbang tuk menyambut kedatangan para tamu itu dengan sapaan dan senyuman hangat. Beliau mempersilahkan para tamu memasuki rumahnya. Ketiga khodimah juga menjamu mereka dengan senang hati.

"Rayhan di mana, nak?" Bisik Ustadzah Azizah.

"Kurang tau ustadzah, tapi sepertinya gus ada di toko. Tadi saya sempat mendengar suaranya, sekilas." Balas Ayra juga berbisik.

"Panggilkan dulu yah, nak! Minta tolong." Ucap Ustadzah Azizah lembut.

"Na'am ustadzah." Balas Ayra santun.

***

Tuk... tuk....

Ketuk Ayra pelan di pintu toko. Ia takut berlaku kasar atau tidak sopan kepada Gus Rayhan, anak dari gurunya.

"Assalamu'alaikum gus, ustadzah mencari gus di ruang tamu." Ucap Ayra pelan tanpa menoleh sedikitpun ke dalam toko. Ia terlalu takut melihat raut wajah Gus Rayhan yang seperti monster.

Namun hasilnya nihil, tidak ada jawaban sama sekali.

"Gus? Gus ada di dalam?" Lanjut Ayra sambil memberanikan diri memasuki ruang toko.

Dan ternyata benar, tidak ada siapapun di dalam sana.

Ayra pun meninggalkan ruang tersebut lalu menguncinya. Tiba-tiba ia mendengar sedikit keributan dari ruang tamu saat seorang perempuan bergamis hitam baru saja memasuki rumah. Hadap perempuan itu membelakanginya, sempat membuat ia sedikit penasaran. Tapi kembali lagi, ia harus melaksanakan perintah Sang Guru untuk mencari Gus Rayhan.

Ia lalu berjalan mengelilingi halaman rumah untuk mencari Gus Rayhan. Halaman depan, belakang, samping kiri dan kanan, kembali ke depan gerbang, tetap saja wujud manusia yang susah senyum itu tidak ditemukan. Ayra menghela napas, ia menyerah. Ia membalikkan badan kembali menuju ruang tamu rumah. Tetapi langkahnya terhenti saat melihat lingkar wajah dari kerudung seragam yang ia kenakan sedikit miring ke kanan. Kaca mobil yang ia lewati tak sengaja memberitahukan hal itu padanya. Dengan sigap ia memperbaiki penampilannya. Seperti biasa, ketika bercermin kita akan spontan tersenyum sendiri. Ayra menikmati senyumannya sendiri dengan menatap sosok perempuan yang bayangannya terpantul di kaca mobil.

"Cantik juga ya aku, kalau senyum. Alhamdulillah." Gumam Ayra dengan bangga.

Tiba-tiba ia teringat saat pertama kali Gus Rayhan melempar senyum kepadanya 2 hari yang lalu. Lagi-lagi ia tersenyum-senyum sendiri karena mengingat Gus Rayhan.

"Eh Astagfirullah... Apa yang kupikirkan!?" Gumam Ayra sambil menutup mata dan memukul pelan jidatnya.

"Kalau mau bercermin, di ruang tengah. Cerminnya lebih besar. Jangan di sini!" Ucap Gus Rayhan sambil menurunkan kaca mobil.

Ayra terkejut lantas membuka matanya. Untuk keberkian kalinya kedua insan itu kembali bertemu secara konyol.

Mata Ayra melotot terkejut. Ia spontan mundur dan menjauhi mobil biru yang terparkir itu. Pikirannya terus bergumam tanpa henti. Ia sangat malu mengingat kejadian yang baru saja ia alami beberapa detik yang lalu.

"Gilaaaaaa.... berarti dari tadi dia ngelihat kamu bercermin, perbaiki kerudung yang miring, ngelap keringat, menjepit hidung yang pesek, menjilat bibir kering, monyongin bibir, cubit pipi sendiri, bergaya ala pose dua jari, senyum-senyum sok cantik, bahkan ngupil dan hilangin belek. Dia melihat aksi konyolmu itu dari dalam mobil, Ra! Sialan, kamu malu-maluin bangeeettttt! Rusaaakkkkk.... Rusaakkkkk....!!! Bisik pikiran jahat Ayra.

Ayra masih menatap Gus Rayhan dengan jantung yang berdebar parah.

"Kenapa menatapku seperti itu!? Hati-hati, jangan sampai jatuh cinta!" Jokes Gus Rayhan dengan senyum tipis lantas meninggalkan mobilnya.

Ayra semakin meleyot tak tertolong. Sorot matanya terus mengikuti langkah Gus Rayhan yang perlahan menjauhinya.

"Kenapa akhir-akhir ini, perlakuan Gus Rayhan sangat berbeda padaku? Jangan-jangan, dia menyukaiku?" Gumam Ayra kege-eran.

Gus Rayhan berhenti sejenak. Tak jauh dari pintu masuk rumahnya. Ayra semakin memperhatikannya, penasaran. Rupanya, ia memberi jalan untuk gadis berkerudung merah muda, bergamis hitam yang baru saja keluar dari pintu. Pandangan Ayra ikut beralih.
Ia turut memandangi gadis berwajahnya agak lonjong, bermata sipit dan kulit putih bersih yang melintas di hadapan Gus Rayhan. Gadis itu juga sekilas menatap Gus Rayhan sambil tersenyum lembut. Senyumannya khas, membuat sedikit gumpalan di pipi atas saat ia tersenyum. Ditambah dengan lesung yang dalam di kedua pipi bagian bawahnya. Sungguh ayu dan sedap dipandang.

Ayra pun sangat takjub melihat pesona gadis asing itu. Ia seperti tidak percaya, ternyata ada perempuan yang secantik itu di dunia ini. Untuk pertama kalinya ia merasa sangat insecure kepada sesama perempuan.

"Ohh jadi dia, perempuan bergamis hitam yang tadi berdiri di pintu membelakangiku." Lirih Ayra setelah mengingat kejadian beberapa menit yang lalu.

Gadis itu juga melewati Ayra yang dari tadi menatapnya begitu dalam. Gadis itu tersenyum lagi. Ayra membalas senyumannya dan merasa semakin insecure. Ternyata dari dekat, ia lebih cantik dan mempesona. Gadis itu keluar dari gerbang rumah, menuju mobilnya.

Ayra termenung sejenak, lalu kembali menatap Gus Rayhan. Ternyata Gus Rayhan masih mengamati gadis jelita itu dari kejauhan. Baru kali ini Ayra melihat senyuman sebahagia itu dari Gus Rayhan. Ia tampak terkesima melihat gadis itu. Seketika Ayra merasakan sesuatu yang tidak wajar. Seperti ada sedikit kekecewaan tapi entah karena apa dan dari mana. Ayra terpaku sejenak, perlahan-lahan menghembuskan napas.

"Ayra, sadar diri! Kamu bukan siapa-siapa!" Gumam Ayra menenangkan perasaannya.

"Gus!" Seru Ayra.

"Ha! Iya-iya, kenapa?" Sahut Rayhan seketika berpaling melihat Ayra tanpa senyuman.

"Ustadzah mencarimu!" Lanjut Ayra.

Gus Rayhan langsung meninggalkan tempat tanpa membalas Ayra sepatah katapun.

***

"Rayhan, ini Amirah, putri bungsu sahabat ummi. Amirah, ini Rayhan, putra kedua saya." Ucap Ustadzah Azizah memperkenalkan kedua pemuda itu.

Miracle After Met YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang