TIGA BELAS

29 3 0
                                    

Hari ini adalah hari kebahagiaan mereka berdua. Yah, hari pernikahan adalah hari paling bahagia kedua setelah hari kelahiran kita di dunia. Kedua mempelai mengambil gambar. Gambar mereka berdua, satu keluarga besar, dua keluarga besar, rekan kerja, teman seangkatan, guru-guru pondok, teman-teman khodimah, dll. Tapi masih ada satu orang yang masih dinanti-nanti oleh Qila. Sebelum akad berlangsung Qila berusaha mengabarinya lewat whatsapp, tapi tidak ada respon darinya sama sekali. Qila merasa masih ada yang kurang tanpa kehadirannya. Yah, siapa lagi kalau bukan Dea, bestienya.

Qila menengok ke sana ke mari berharap bisa menemukan Dea di tengah-tengah keramaian lalu mengajaknya berfoto. Tapi hasilnya nihil, tidak terlihat sama sekali. Qila mulai mengkhawatirkan satu hal, apa sejak di-DO, Dea mulai membencinya? Tapi dia salah apa?

"Hey, ada apa sayang? Wajahmu terlihat sangat cemas. Ada yang bisa saya bantu?" Ucap suaminya yang memperhatikan kecemasannya sejak tadi.

Wajah Qila memerah saat medengar kata 'sayang' terucap dari bibir suaminya. Sontak ia menatap pria yang berdiri di sisi kanannya itu. Pria itu selalu tersenyum padanya, terlihat semakin tampan. Qila menundukkan kepalanya, sepertinya ia sudah tidak tahan jatuh cinta berkali-kali dalam waktu setengah hari kepada pria menawan itu.

"Sa-saya nunggu teman saya mas, sejak pagi belum pernah kelihatan." Jawab Qila gugup.

Pria itu tersenyum lagi sembari menyelipkan jemarinya di antara jemari Qila. Ia menghangatkan tangan mungil yang dingin itu. Qila semakin gugup tak tertolong. Serasa ingin meleyot saat itu juga.

Deg deg deg deg deg deg deg deg deg

(laju detak jantung Qila seperti ketika dikejar anjing)

"Ya Allah...... Apa dijodohkan dengan laki-laki yang paham agama memang se-gemesh ini? Pacaran setelah nikah ternyata seru banget. Halal lagi." Gumam Qila sembari senyum-senyum sendiri.

***

"Eh Mal, coba lihat di ujung sana!" Seru Alfian sambil menepuk bahu Hikmal.

"Mana?" Jawab Hikmal.

"Itu tuuh.... cewek jilbab hitam di ujung tenda sono. Cakep kan!?" Alfian menunjuk ke arah itu lagi.

"Waaahhh cakep benerrr!" Ucap Hikmal terkagum-kagum.

"Eh, tapi kok kayak gak asing?" Tambah Hikmal.

"Maksud lho gak asing?" Tanya Alfian.

"Iya, tuh cewek kayak....... " Hikmal mengingat-ingat sesuatu.

"Oooowhhhh iyaaaaa! Cewek jilbab merah yang pernah dijemur di depan pondok putra.. hahaha... Inget-inget." Ucap Hikmal sambil bertepuk tangan dan tertawa jahat.

"Lho kenal dia?" Tanya Alfian penasaran.

"Iyalah... Tapi cuma kenal nama doang. Namanya Dea. Dea Imelda. Santriwati yang terkenal paling pelanggar di pondok putri. Katanya suka kabur, jarang ikut kegiatan, terakhir sebelum di-DO sih denger-denger dia bawa HP. Sayang banget sih, cakep tapiiii... gitulah."

"Dia nakal yak?" Tambah Alfian.

"Gak tau lah. Bodoamat, dia bukan siapa-siapa gue." Jawab Hikmal cuek.

"Tapi kok gue kepo yak, Mal! Deketin ah...!" Seru Alfian seraya berjalan mendekati Dea.

"Sialan tuh bocah, emang dia pikir Dea anak SMP apa? Hah, biarin aja!" Lirih Hikmal sambil menyantap makan siangnya.

***

"Hey Mbak!" Sapa Alfian penuh percaya diri.

Dea hanya menoleh. Melihat makhluk asing di depan matanya yang rada-rada sok kenal itu membuat ia risih hingga membuang muka tanpa ekspresi.

Miracle After Met YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang