Prolog

528 55 15
                                    

You memandang letih kotak-kotak makanan di atas meja makan. Beberapa hari terakhir ini pengantar makanan sering berdatangan ke apartemennya. Mengantarkan pesanan makanan, padahal You sendiri tidak memesannya. Mereka berkata makanan ini dipesan untuk You dari seseorang bernama Sing.
Awalnya You terkejut dan tidak percaya ketika mendengar penuturan dari si pengantar dan memintanya menunjukkan profil pemesan. Dan benar, di layar terpampang jelas foto dan nomor handphone Sing. Tentu saja You hafal nomornya tanpa harus mencek sendiri di ponselnya.
Semua makanan itu You berikan pada tetangga apartemennya atau ke teman yang berkunjung. Ya, You tidak memakannya. Jika dia menerima dan memakannya, You takut segala usahanya selama ini akan sia-sia. Usaha melupakan perasaannya pada Sing.

Ding dong~~~
Suara bel lagi. Untuk yang ketiga kalinya hari ini.
You menghela nafas.
Dia bergerak lunglai menuju pintu.

"Makanan dari Sing?".
Si pengantar terkejut tatkala pertanyaan itu langsung keluar dari mulut You bersamaan dengan pintu yang dibuka.
"Ya, benar. Silakan diterima dan selamat menikmati."

Kali ini You mulai kesal.
Kenapa Sing terus-terusan mengirimnya makanan. Padahal dia sama sekali tidak meminta.
You membuka ponselnya dan melihat satu pesan masuk beberapa menit yang lalu.

Kau sudah menerima makanannya?

Di layarnya tertera banyak pesan dari Sing yang diabaikan. Karena mulai jenuh, You membalas pesan Sing kali ini.

         Berhenti mengirimiku makanan.
        Terimakasih, tapi aku sama sekali tidak memintanya.

Kau memang tidak meminta.
Tapi aku ingin.
Akhir-akhir ini kau terlihat tidak sehat,
dan aku tau jadwal makanmu pasti berantakan.
Jadi kukirimkan makanan.
Habiskan ya!

You menatap nanar balasan dari Sing. Kemudian meletakkan ponselnya dan merebahkan diri di atas sofa ruang tamu. Matanya terlihat sendu, mengenang kembali memori lama.
.
.
.
.
.
.
.
.
Setahun lalu~
"Hei, kenapa kau tidak masuk kelas hari ini?"
"Aku sakit."
Suara You terdengar sengau di balik telepon.
"Gara-gara kemarin pasti. Sudah kubilang, jangan hujan-hujanan. Nakal sih".
"Jangan marah-marah terus. Lebih baik kau belikan makanan untukku."
You tersenyum. Berharap Sing kali ini mau melakukannya.
"Enak saja. Kau beli saja sendiri."
Seketika senyuman You hilang. Berganti cemberut.
"Ya sudah. Aku mau tidur dulu."
"Hei, tunggu ak-"
You mematikan sambungan telepon.
Menyebalkan sekali, bukannya memberi perhatian, Sing malah memarahinya.
.
.
.
.
.
.
.
.
You tersenyum kecut mengingat momen itu. Saat itu dia mengode Sing agar menemuinya yang sedang sakit. Atau setidaknya mengirimkannya makanan sebagai bentuk perhatian. Sebenarnya itu hanya akal-akalan You agar bisa membuat Sing sedikit saja melihatnya. Namun yang dia dapatkan adalah respon yang tidak diinginkan. Yah, walaupun respon yang dia dapatkan sebelumnya juga mengecewakan sih.
Namun entah kenapa akhir-akhir ini Sing sangat memperhatikannya. You bahkan tidak memberikan kode apapun. Dia juga sudah tidak berharap lagi terhadap Sing. Tapi kenapa pria itu seolah memberikan apa yang dulunya You harapkan darinya di saat You sudah tidak menginginkannya lagi.
You membolak-balikkan badannya gelisah. Matanya mulai diserang kantuk.
"Dasar pria aneh," gumamnya bersamaan dengan matanya yang perlahan tertutup.
.
.
.
.
.
.
Bersambung

If You Love, Say LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang