2

148 50 2
                                    

Hiruk-pikuk ruang kelas tak mempan memecah fokus You. Sejak beberapa saat tadi dirinya menatapi Sing yang duduk di barisan depan. Mata kuliah yang akan berlangsung merupakan mata kuliah umum. Dimana semua jurusan dalam satu fakultas ditempatkan di satu ruang yang sama. Kursi-kursi dan meja-meja tersusun meninggi ke atas seperti kursi penonton di stadion. You mengambil posisi di bagian agak paling atas. Untuk mata kuliah satu ini sangat membosankan bagi You, sehingga dia memilih untuk duduk di belakang. Posisi You ini menguntungkan baginya karena dapat memandangi Sing leluasa dari belakang. Orang yang dipandangi sibuk berceloteh dan bersenda gurau dengan dua orang sahabatnya, Zayyan dan Beomsoo.

You terus menatapi Sing yang jikalau tatapan bisa jadi pisau, Sing mungkin telah berdarah. Dia ingin memastikan apakah benar dia telah jatuh hati pada Sing. Ingin memastikan debaran dadanya sekali lagi. Sing yang sedang tertawa menjahili Zayyan tak sengaja mengalihkan pandangan ke belakang sehingga bertemulah pandangannya dengan You.

"Kenapa?", Sing berbisik dari jauh.

Tertangkap basah, You langsung pura-pura menulis di notebook-nya. Dia merasakan lagi debaran malam kemarin. Namun, You bingung. Apakah debaran ini murni karena Sing atau hanya karena tertangkap basah memandanginya?

Kegugupan You mulai berkurang saat dosen mata kuliah memasuki ruangan kelas. Kelas pun dimulai.

Saat kelas berlangsung pun, You sesekali masih memandangi Sing. Dia ingin memastikan sekali lagi.

Ji-eun menyadari keanehan sahabatnya. Menyikut You, "Kau kenapa? Dari tadi mandangin Zayyan terus."

"Hah? Aku?"

"Iya. Kamu pikir aku tidak menyadarinya? Kamu dari tadi mandangin Zayyan, kan?" selidik Ji-eun sambil cengengesan.

You memutar bola matanya jengah.

"Tidak. Aku sedang memperhatikan profesor, bukan Zayyan", You mengelak.

"Jangan bohong," cengengesan Ji-eun masih terdengar.

"Terserah kamu."

You membiarkan saja opini Ji-eun. Dia memang benar, bukan sedang memandangi Zayyan. Terserah saja Ji-eun mau beranggapan bagaimana. You tau persis bahwa Ji-eun sebenarnya menyukai Zayyan sudah dari lama. Hanya saja Ji-eun begitu pemalu, bahkan tidak berani curhat padanya. Sebagai teman yang sudah kenal dekat, You langsung mengerti tanpa Ji-eun menceritakannya. You sebenarnya menunggu-nunggu saat Ji-eun mulai berani curhat padanya dan You bersedia menolong kalau-kalau Ji-eun meminta bantuannya untuk mendekati Zayyan.

Terbersit kejahilan di kepala You. You tersenyum evil pada Ji-eun.

Ji-eun bingung.

"Sebenarnya kamu kan yang menatap Zayyan dari tadi."

Ji-eun langsung menggeleng. Pipinya memerah.

Melihat reaksi Ji-eun, You balik menertawai Ji-eun.

"Enggak kok", Ji-eun sepertinya mulai gugup.

Melihat Ji-eun yang sepertinya malu sekali, You berhenti tertawa. Mulai mengangguk-angguk menenangkan Ji-eun.

"Iya iya, aku cuma becanda."

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

If You Love, Say LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang