Perkenalkan.
Aku, Kim Ah-you. Itu nama Korea-ku. Nama itu resmi kudapatkan setelah ibuku menikah dengan pria bermarga Kim asal Busan, yang setelah ini akan kupanggil "appa (아빠)". Ketika menikah dengan ibuku, appa masih lajang dan aku berusia 8 tahun. Walau begitu, Appa tetaplah yang lebih tua dibanding ibuku. Yah, kalian semua tau, rata-rata orang Korea menikah di usia 35 ke atas. Saat bertemu, usia appa 36 tahun dan ibuku 33 tahun.Sampai sini, apakah sudah terbersit di benakmu sebuah pertanyaan? Ya. Nama Korea. Itu artinya aku punya nama selain nama Korea. Nama asliku adalah Rahayu. Itu saja. Ayah dan ibuku sangat malas memikirkan nama yang lebih estetik daripada itu. Aku lahir dan besar di Indonesia. Saat usia 5 tahun, ketika ayah dan ibu memutuskan untuk berpisah, aku pindah ke Busan ikut dengan ibu. Tiga tahun setelah pindah, ibu bertemu dengan appa. Appa orang yang baik. Dia menerimaku sebagai anaknya. Sering sekali membelikanku mainan dan makanan, juga membawaku jalan-jalan. Tidak butuh waktu lama bagi appa untuk menarik perhatianku. Kasih sayangnya sama sekali tidak berubah bahkan setelah menikahi ibuku. Dia tetap menyayangiku.
Ayah kandungku memilih untuk menetap di Indonesia. Saat itu aku tidak tau apa yang menyebabkan perpisahan mereka. Bahkan ibuku tidak mau membicarakannya padaku. Yang kulihat mereka baik-baik saja. Hanya saja yang kuingat tatapan mereka tidak lagi sama. Setelah perpisahan itu, kami hanya terkoneksi via telepon. Tidak bertemu fisik hingga saat ini.
Cukup dengan latar belakangku. Sekarang, perkenalkan, teman-temanku.
Seo Ji-eun.
Aku memiliki banyak teman perempuan, Seo Ji-eun adalah yang paling dekat. Aku bertemu dengannya ketika semester pertama perkuliahan. Dia duduk di bangku sebelah kiriku. Dosen yang tiba-tiba mengadakan kuis di tengah-tengah perkuliahan membuat seisi kelas panik. Menyesal tidak mendengarkan dengan baik. Aku dan Ji-eun tanpa sadar sudah sibuk berdua berbagi jawaban. Hahaha.
Kami dekat dengan cara yang natural.
Ji-eun berasal dari Jeju. Fakta ini sangat menyenangkan bagiku.Zayyan.
Orang Indonesia yang satu fakultas denganku, tapi berbeda jurusan. Kami kenal dari grup WA yang isinya khusus untuk pelajar WNI yang berkuliah di OCJ University (PPI OCJ). Setelah bertemu dengan Zayyan di acara pertemuan resmi anak-anak baru PPI, aku langsung merasa klop dengannya. Mungkin karena kami berasal dari negara yang sama. Obrolan kita jadi nyambung, apalagi ditambah joke-joke yang hanya orang Indonesia yang paham, waahh, makin heboh kami berdua.
Zayyan pribadi yang lucu dan polos. Punya suara bagus nan unik. Harusnya dia masuk fakultas seni, sih. Secara bakatnya di musik sangat luar biasa. Bahkan bisa memainkan beberapa alat musik dengan sempurna. Kenapa dia malah memilih fakultas ekonomi.Beomsoo.
Beomsoo juga berasal dari Busan. Daya tariknya adalah hidung mancung yang dihiasi tahi lalat kecil. Semua mahasiswi mengaguminya. Bagaimana tidak? Selain tampan, Beomsoo sangat lembut. Segala gerak-geriknya adalah sikap idaman yang diharapkan para wanita ada pada pasangannya.
Aku kenal Beomsoo melalui Zayyan. Mereka satu jurusan. Aku bahkan tidak tau ada pria setampan ini di Busan. Ternyata Busan sangat luas, ya.Sing.
Pertama kali bertemu dengannya di kantin fakultas. Tak sengaja bertemu. Zayyan mengenalkannya padaku dan Ji-eun. Satu jurusan juga dengan Zayyan. Asal Hongkong, tengil, ceria, dan cerewet. Dia selalu membangga-banggakan lesung pipinya yang bisa ditaruh earpod. Semua obrolan di meja saat itu didominasi olehnya. Cerewet. Itu kesan pertamaku padanya. Tapi, siapa yang tau tengilnya dia membuat buku cerita hidupku dipenuhi namanya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
."Bukankah itu You?"
Sing berhenti berlari. Jogging malam membuatnya segar bangun di pagi hari. Karena itu, dia sering melakukannya. Saat hampir mencapai lokasi akhir larinya, fokus Sing teralihkan melihat sosok perempuan yang duduk di ayunan di taman kota. Pasalnya sosok itu mirip dengan orang yang dikenalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
If You Love, Say Love
FanfictionAku yakin beberapa orang pernah merasakannya. Ketika mereka dilanda kasmaran. Saat dikejar, dia menjauh. Saat dibiarkan pergi, dia mendekat. Saat kita menemukan yang baru, dia tak terima. Lantas, mengapa dulu dia begitu? I mean, if you love, say lov...