flashback²

15 1 0
                                    

Suara sirine ambulance terdengar di area sekolah membuat semua siswa-siswi yang sedang ada dalam kelas pun bergegas keluar kelas untuk melihat apa yang terjadi sampai ada ambulance di area sekolah mereka. Di koridor petugas ambulance langsung berlari ke arah dimana pasien mereka berada, Leo membantu para petugas untuk mengangkat tubuh lemah milik haikal di atas bangsal secara perlahan.

Pertolongan pertama yang diberikan karena nafas Haikal sudah melemah karena terlalu banyak darah yang keluar, Leo masih setia menggenggam tangan sang sahabat sampai ikut masuk ke dalam ambulance. Bahunya bergetar hebat saat melihat wajah sahabatnya begitu pucat dan nafas yang terputus-putus di balik masker oksigen yang di pasangkan oleh petugas medis.

Sesampainya di rumah sakit, mereka langsung mendorong bangsal Haikal menuju ruang operasi sesuai dengan instruksi dari dokter. Bangsal milik Haikal mulai masuk ke dalam ruang operasi meninggalkan Leo dengan seragam dan tangan penuh dengan darah milik sahabatnya. Pak Nico selaku guru pendamping yang menemani Leo tadi di ambulance hanya bisa memberikan kata penenang dan menyuruhnya untuk berganti pakaian tapi Leo dengan tegas menolaknya.

Leo berjalan mondar mandir di depan pintu ruang operasi berharap operasinya berjalan dengan lancar, sesekali dia akan melihat lampu operasi itu akan berubah menjadi merah atau belum. Pak Nico yang melihat itu hanya terdiam dan berharap yang sama dengan Leo yaitu operasinya berjalan dengan lancar.

di dalam ruang operasi saat ini sedang di landa kepanikan karena detak jantung milik Haikal melemah dan membuat Para dokter langsung bertindak dengan cepat.

"Masih belum dok, detak jantung pasien semakin melemah." ucap suster

TIIIIIIIIIIIIIINNNNNNNNN~

suara mesin Ekg berbunyi nyaring membuat Leo, pak Nico dan Aji yang baru datang terkejut mendengar hal itu. Mereka tau jelas itu suara apa dan menandakan sesuatu yang tak baik di dalam ruang operasi.

"Abang" lirih Aji menatap pintu ruang operasi

"Haikal, lu jangan nyerah dulu ingat janji lu sama gue" gumam Leo
Para dokter sedang berusaha mengembalikan detak jantung milik Haikal, berkali-kali mereka akan mencoba walaupun semua keajaiban ada di tangan tuhan. Sampai akhirnya suara mesin Ekg berbunyi kembali, membuat para dokter bernafas dengan lega.

"Pindahkan pasien ke ruang IGD terlebih dahulu karena keadaannya masih belum stabil" ucap dokter sembari melepaskan sarung tangannya dan membuang ke tempat sampah.

Lampu operasi telah padam dan pintu yang sudah terlalu lama tertutup kini terbuka, dokter keluar dari ruang operasi dengan raut wajah lelahnya. Leo dan Aji langsung menghampiri sang dokter dan memberikannya banyak pertanyaan membuat sang dokter bingung.

"Dokter bagaimana keadaan sahabat saya? Dia baik-baik saja kan? Apakah dia sudah bangun?" tanya Leo beruntun

"Apa abang saya gapapa? Dia ga pergi meninggalkan Kami kan? dok katakan sesuatu jangan diam saja!" tanya Aji dengan kesel melihat sang dokter hanya diam saja tanpa mengeluarkan sepatah katapun dari mulutnya.

"Kalian tenanglah, dok silahkan" ucap pak Nico menenangkan kedua anak didiknya itu.

Sang dokter menghela nafas," pasien kehilangan banyak darah, untung saja stok darah di rumah sakit ini masih ada walaupun sangat menipis bagi golongan AB. Keadaan pasien saat ini masih dalam kondisi kritis dan pasien akan di pindahkan ke ruang IGD di lihat dari lukanya begitu dalam dan memerlukan 3 jahitan saja" jelas sang dokter membuat Leo dan Aji diam mematung.

"Terimakasih dok atas penjelasannya, apakah pasien bisa di jenguk oleh pihak keluarganya?" tanya Pak Nico mewakilkan

"Saat ini masih belum bisa di jenguk sampai keadaan pasien membaik pak. tapi jika kalian ingin menjenguk pasien bisa hanya 1 orang dan itu harus memakai pakaian khusus yang sudah di sediakan" ucap dokter menjelaskan dibalas anggukan oleh Pak Nico.

"Kalau begitu saya permisi" sang dokter berlalu pergi bertepatan dengan bangsal milik Haikal keluar dari ruang operasi.

Beberapa suster mendorong bangsal itu menuju ruang IGD di ikuti oleh Leo dan Aji di belakang mereka, sedangkan pak Nico dia harus kembali ke sekolah karena harus memberikan laporan kepada pihak sekolah.

****

"Abang cepat bangun" gumam Aji sambil menyentuh pembatas kaca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Abang cepat bangun" gumam Aji sambil menyentuh pembatas kaca.

"Ji, kalau lu mau nemuin abang lu sana masuk" suruh Leo

Aji menoleh menatap Leo yang sedang menatapnya juga, Aji bisa melihat mata itu penuh harap dan pada akhirnya Aji menyuruh Leo untuk masuk ke dalam terlebih dahulu.

"Lu masuk aja sana bang. Gue mau hubungi orang tua gue dulu" setelah mengatakan itu, Aji langsung pergi meninggalkan ruang IGD.

Leo memandang punggung rapuh itu dengan tatapan sendu, seharusnya Aji yang masuk ke dalam tapi malah dirinya di suruh masuk terlebih dahulu. Mau tak mau Leo masuk ke dalam dengan pakaian yang sudah di sediakan di sana, setelah memakainya ia baru berjalan kearah bangsal kesakitan milik sahabatnya. Liat lah wajahnya yang pucat, pipi yang tembam sekarang tertutup dengan luka dan juga seluruh wajahnya juga.

Hancur mendeskripsikan perasaan Leo saat ini melihat keadaan sang sahabat seperti ini, Leo menarik kursi yang ada di samping bangsal dan duduk di sana menundukkan kepala sembari menggenggam tangan Haikal yang terasa dingin.

Hancur mendeskripsikan perasaan Leo saat ini melihat keadaan sang sahabat seperti ini, Leo menarik kursi yang ada di samping bangsal dan duduk di sana menundukkan kepala sembari menggenggam tangan Haikal yang terasa dingin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Maaf gue gagal jagain lu, maaf kal, maaf ga bisa bantuin lu. waktu lu lagi butuh gue samping lu, bertahan ya kal, jangan menyerah masih banyak tempat yang belum kita kunjungi. Kalau lu menyerah gue nanti sama siapa di sini, gue rapuh dan gue hancur tanpa rumah buat gue berlindung" monolog Leo menatap wajah Haikal yang pucat itu.

"Gue sakit lihat lu seperti ini, gue sakit setiap waktu mesin monitor itu bergerak naik turun. Gue takut layar monitor itu garis lurus kayak waktu lu di ruang operasi. Bangun ya? Lihat aji dia sok sokan kuat padahal dia sedang rapuh melihat keadaan lu ini" tambah Leo nada bergetar.

Aji yang mendengar itu hanya bisa diam dan menundukkan kepalanya dengan perasaan yang campur aduk. Kesal karena respon orang tuanya yang tak peduli dan juga Sedih karena melihat kondisi abangnya masih dalam keadaan kritisnya.

My Home Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang