Haikal mengetuk ruangan sang papa dengan perasaan campur aduk, antara takut,panik,cemas dan juga khawatir. Di dalam suara sang papa terdengar menyuruhnya untuk masuk dan yang di liat sang papa sedang sibuk dengan banyak berkas diatas meja.
"Ada apa papa panggil abang?"tanya Haikal pelan
Martha papa dari Haikal tidak menjawab dan langsung berdiri dari kursi kebanggaannya. Ia pun tanpa aba-aba langsung menyeret tubuh sang anak dengan kasar menuju tempat yang mungkin sangat di benci oleh sang anak sulungnya. Haikal yang tau dia akan dibawa kemana hanya bisa pasrah tanpa berusaha untuk memberontak sama sekali.
Ah! Ini adalah gudang tempat dimana dia di siksa oleh sang papa karena melakukan sebuah kesalahan entah kesalahan kecil maupun besar. Tubuh gembul milik Haikal pun di dorong kuat oleh Martha membuatnya tersungkur ke lantai.
Bruk!
"Hanya sekali dorong, sudah jatuh aja kamu. Dasar lemah!" ucap Martha sembari mengambil cambuk yang ada di lemari gudang itu.
Haikal meringis pelan dan melihat telapak tangannya yang terluka karena tergores serpihan kaca yang ada di sebelahnya.
"Buka bajumu" Perintah Martha pada sang anak dan di turuti oleh Haikal
Haikal menuruti perintah sang papa dan langsung membuka baju atasannya. Sebuah cambukan menghantam punggungnya setelah bajunya berbuka, rasanya nyeri dan perih menjalar di punggungnya sepertinya luka seminggu yang lalu kembali terbuka.
"Berhitung! Bukannya meringis seperti ini sialan!" bentak Martha
Ctas
"S-satu" ucap Haikal mulai berhitung
Ctas
Ctas
Ctas
terhitung sudah ada 50 cambukan yang diterima oleh Haikal dan itu belum membuat sang papa merasa puas. Ia bisa melihat sang papa membuang cambukan itu dan menarik tubuhnya yang lemas dengan kasar membuatnya merasa tercekik. Bau anyir tercium di sudut bibirnya dan juga hidungnya yang mancung, dengan perlahan Haikal mengusap darah itu secara perlahan.
Bugh!
Bogeman terakhir yang diterima oleh Haikal dan langsung membuat pandangannya memburam setelah itu kegelapan merenggut kesadarannya. Martha selaku pelaku yang membuat sang anak seperti itu pergi meninggalkan gudang, tak lupa juga menguncinya dari luar.
****
Prang!"Leo!!" kaget Ravana saat melihat gelas yang dipegang sang adik terjatuh dan pecah.
"Bang" ucap Leo
"Jangan kemana-mana, tetap di sana abang bersihkan dulu serpihan kaca ini" balas Ravana sambil membersihkan serpihan kaca itu dan membuangnya ke tempat sampah.
"adek kenapa? Kayak orang gelisah gitu" tanya Ravana menuntut sang adik menuju ruang tamu.
"Bang perasaan adek ga enak, adek kepikiran sama Haikal, padahal kita baru kenal loh bang," jelas Leo membuat Ravana berpikir sejenak.
"Mungkin cuma perasaanmu aja, sekarang adek tidur besok kan harus sekolah"
"Tapi bang...."
"Gapapa, dia pasti baik-baik Saja. Kan besok adek masih bisa bertemu dengan Haikal" ujar Ravana dibalas anggukan oleh Leo.
Leo berjalan kearah kamarnya dan langsung masuk ke dalam bersiap untuk tidur, perasaan hatinya masih gelisah memikirkan teman barunya yang dia kenal baru tadi saat disekolah. Ravana yang di tinggal begitu saja hanya bisa menghela nafas sebelum beranjak dari duduknya menuju kamarnya.
"Mungkin cuma perasaan leo aja dan kenapa gue jadi ikut kepikiran juga sih!" kesal RavanaJangan lupa vote,komen dan follow
Semoga suka sama ceritanyaAuthor update sesuai dengan mood aja sih dan sekarang up juga karena author lagi pengen aja hehe
Author sering kepikiran sama cerita ini sampai kebawa mimpi dan itu sungguh sangat menyiksa sekali
Oh iya! Gimana puasa kalian semuanya? Lancar ga? Ga kerasa ya, bentar lagi udh mau lebaran aja.
Udh siapin baju baru buat lebaran belum nih?
Kalau author sih belum kayaknya nanti waktu mendekati lebaran aja
Udh itu aja
Sekian terima kasih dan
See u guys-!